Kementan Minta Pemda Dokumentasikan Data CSA bagi Pertanian Berkelanjutan
Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Loan Program
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani

Semarang, Jateng [B2B] - Pemerintah daerah pada 24 kabupaten di 10 provinsi lokasi kegiatan Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] diminta oleh Kementerian Pertanian RI untuk mendokumentasikan seluruh data Pertanian CSA secara baik dan akurat, sehingga dapat menjadi pijakan pengembangan pertanian berkelanjutan.
Harapan tersebut dikemukakan Tim dari National Project Implementation Unit [NPIU] Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] dari Kementan, belum lama ini, pada koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemprov Jawa Tengah selaku Provincial Project Implementation Unit [PPIU] dari Program SIMURP.
Program SIMURP merupakan kegiatan modernisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi yang mendesak dan penting, pelaksanaan secara lintas Kementerian di bawah koordinasi Komite Pengarah Nasional Sumber Daya Air/National Steering Committee of Water Resources [NSCWR].
Pelaksanaan secara lintas kementerian dan lembaga yakni Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas], Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR] dan Kementerian Dalam Negeri [Kemendagri] dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai [DAS].
Upaya petani CSA Pinrang sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman pada petani dan penyuluh di seluruh Indonesia, untuk meningkatkan produksi padi dan jagung guna mendukung pencapaian swasembada sehingga dapat menekan impor.
"Kami siapkan Alsintan dan pupuk. Kalau dulu harus ada Kartu Tani, baru dapat pupuk. Sekarang cukup KTP dapat pupuk, ini sedang kita proses harmonisasinya," katanya.
Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa.
"Pemerintah akan terus mendukung seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian, terutama kegiatan olah tanah, olah tanam, hingga masa panen, harus tetap berlangsung di tengah kondisi seperti saat ini," katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan, manfaat teknologi CSA dari SIMURP untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global seperti fenomena El Nino, yang saat ini melanda Indonesia.
Pertemuan koordinasi NPIU SIMURP dengan PPIU Jateng dilakukan oleh penyuluh pusat Hasan Latuconsina, yang mengharapkan pemerintah daerah ´mendokumentasikan´ data-data pertanian CSA dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten hingga provinsi.
"Tim pusat berharap agar data-data terkait penerapan CSA oleh petani, data Scalling Up dan Demplot CSA yang sudah dilakukan oleh petani. Apakah nama petani, lokasi dan hasil analisa usahatani serta adanya peningkatan produksi dan produktivitas agar terdokumentasi dengan baik," katanya.
Menurut Hasan Latuconsina, dokumentasi data dilakukan secara baik di provinsi, kabupaten dan kecamatan sehingga dapat digunakan setiap saat bagi kepentingan pemerintah pusat maupun daerah atau badan dan lembaga internasional.
"Tak kalah penting, apabila ada kunjungan dari Bank Dunia, dapat disajikan secara tepat dan akurat," katanya.
Pelaksanaan Pertanian CSA koheren kondisi perubahan iklim global saat ini, dampaknya pun kian nyata, antara lain dengan meningkatnya suhu udara, naiknya permukaan air laut dan perubahan pola musim hujan dan kemarau yang semakin tidak menentu.
"Perubahan fenomena alam yang ekstrem ini mempengaruhi kegiatan budidaya tanaman dan penerapan teknologi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional," katanya.
Di lain pihak, kata Hasan Latuconsina, permasalahan serupa menimpa sejumlah negara, sehingga dapat berpengaruh pada harga dan pasokan pangan nasional, regional dan dunia yang semakin besar dan sulit untuk diprediksi.
"Selain itu, perilaku negara-negara pemasok bahan pangan dunia yang cenderung memasarkan cadangan pangan ke pasar global sangat tergantung pada kondisi tiap negara atas interaksinya dengan kepentingan global," katanya. [timsimurpkementan]
Semarang of Central Java [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.
The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.
Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.
SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.
The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.