KEP & KWT, Mentan Apresiasi Petani CSA Jabar Kembangkan Hilirisasi Produk

Indonesia Irrigation Development the Target of Government`s Loan Program

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


KEP & KWT, Mentan Apresiasi Petani CSA Jabar Kembangkan Hilirisasi Produk
PROGRAM SIMURP: Mentan Amran Sulaiman [kanan] dialog dengan petani dan penyuluh CSA Jawa Barat saat menyambangi stand KEP dan KWT SIMURP usai membuka ´Pembinaan Penyuluh dan Petani Jawa Barat´ di Soreang, Bandung Barat.

Bandung, Jabar [B2B] - Upaya petani berwawasan Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] di Jawa Barat mengembangkan Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] dan Kelompok Wanita Tani [KWT] diapresiasi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dalam upaya hilirisasi produk dan pemasaran hasil pertanian berorientasi laba.

Apresiasi tersebut dikemukakan Mentan Amran Sulaiman saat menyambangi stand KEP dan KWT yang didukung Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] usai membuka kegiatan ´Pembinaan Penyuluh dan Petani Jawa Barat´ yang digelar Kementerian Pertanian RI di Bandung, Rabu [6/12] dihadiri 10 ribu petani dan penyuluh dari seluruh Jawa Barat.

Didampingi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi, Mentan Amran bukan hanya sekadar melihat aneka produk olahan pertanian CSA, juga dialog dengan petani dan penyuluh CSA yang membuka stand SIMURP di pelataran Gedung Bale Rame Kecamatan Soreang, Bandung Barat.

Project Manager SIMURP Sri Mulyani bersama tim dari National Provincial Implementation Unit [NPIU] maupun PPIU Jabar dan KPIU menyambut kunjungan Mentan Amran Sulaiman pada stand KEP dan KWT SIMURP di Soreang, Bandung Barat.

Petani dan penyuluh CSA dari empat lokasi kegiatan SIMURP Jawa Barat yakni Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon menyambut gembira kehadiran Mentan Amran Sulaiman didampingi Kabadan Dedi Nursyamsi.

"Lanjutkan dan tingkatkan terus kualitas produk olahan pertanian dari petani CSA. KEP dan KWT SIMURP harus terus berkembang seperti diinstruksikan Presiden RI Joko Widodo agar petani mengembangkan hilirisasi produk," kata Mentan.

Hal serupa diingatkan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bahwa petani harus melakukan transformasi dari on farm menjadi off farm agar dapat meningkatkan nilai tambah hasil produk pertanian.

"Petani jangan lagi berfikir tanam, petik lalu jual. Bukan lagi jamannya, petani bekerja sendiri-sendiri. Harus berjamaah seperti di KEP dan KWT didampingi penyuluh," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, untuk membangun dan mengembangkan KEP sebagai cikal bakal korporasi harus didampingi penyuluh dengan melibatkan stakeholder terkait.

"Awali dari kelompok tani untuk membentuk korporasi petani. Sahamnya dari petani. Dukung dengan inovasi dan mekanisasi, agar petani mampu menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis, bukan sekadar bertani," katanya.

Project Manager SIMURP Sri Mulyani mengatakan Program SIMURP yang diusung Kementan berupaya mendukung petani mengembangkan KEP hingga menjadi korporasi petani yang berbasis pada komoditas unggulan di wilayah kerja SIMURP.

"KEP merupakan terobosan dalam upaya pemberdayaan petani dalam pengembangan hilirisasi produk yang dikelola oleh petani sendiri secara profesional sebagai entitas bisnis," kata Sri Mulyani yang hadir di Bandung mewakili Direktur NPIU SIMURP, Bustanul Arifin Caya.

Sri Mulyani menambahkan, Program SIMURP berupaya mengembangkan KEP mengingat keberadaan kelompok tani [Poktan] maupun Gapoktan, yang belum memiliki kekuatan hukum kerapkali tidak berdaya apabila menghadapi permasalahan yang terkait pengembangan usaha, karena dianggap tidak memiliki kekuatan hukum.

"Program SIMURP mengajak Poktan maupun Gapoktan yang berhasil mengembangkan usaha tani secara berkelompok, Poktan atau Gapoktan maupun sebagian dari anggota kelembagaan petani tersebut yang memenuhi persyaratan, berpeluang ditingkatkan kemampuannya untuk membentuk KEP setelah memenuhi sejumlah persyaratan.

Dalam pendirian KEP, Program SIMURP mensyaratkan telah melakukan kegiatan usaha berkelompok yang berorientasi pasar di lokasi SIMURP; ada struktur organisasi kelembagaan petani berupa Poktan dan Gapoktan, dan memiliki kepengurusan yang melakukan kegiatan usaha atau unit usaha agribisnis.

"Memiliki perencanaan usaha yang disusun secara partisipatif dalam kurun waktu atau siklus usaha tertentu; membangun kemitraan usaha dengan pengusaha atau kelembagaan ekonomi lainnya; dan dukungan aspek legal formal untuk memperkuat pengembangan usaha," kata Sri Mulyani. [timsimurpkementan]

Bandung of West Java [B2B] - The objective of the Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] with Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers´ knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers´ income in irrigated areas and swamp areas.

SIMURP locations in 13 irrigation areas and two swamp areas namely Banyuasin and Katingan Regencies and 17 districts in eight provinces.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.