Rebranding Profesi, PWMP Ubah `Citra Buram` Petani jadi Pekerjaan Bergengsi

Indonesia Rebranding the Farmer`s Profession for Farmer Regeneration

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Rebranding Profesi, PWMP Ubah `Citra Buram` Petani jadi Pekerjaan Bergengsi
POLBANGTAN GOWA: Ismaya Parawansa [hijab merah] bersama Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry [ke-2 kiri], Staf Khusus Mentan, Dr Amir Pattu [ke-2 kanan] usai peresmian Polbangtan Gowa Kampus II Bone [Foto: Pribadi]

Jakarta [B2B] - Pemerintah RI mendorong rebranding profesi petani untuk meningkatkan minat pemuda, mahasiswa/i dan sarjana mendukung pembangunan sektor pertanian, dengan strategi utama mengubah stigma tentang pertanian bukan hanya budidaya tanaman, melainkan pengembangan sektor agribisnis dari subsistem hulu sampai hilir yang membuka peluang kerja dan peluang usaha.

Sebutlah misalnya pengembangan agrosociopreneur produk minuman LimaO Syrup di Pontianak, Kalimantan Barat, dalam upaya regenerasi petani melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) sehingga mampu menaikkan harga jeruk limau dari Rp3.000 di tingkat petani menjadi Rp6.000 per kg setelah dibeli oleh LimaO Syrup.

LimaO Syrup adalah kisah sukses kolaborasi Poiteknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta - Magelang [Polbangtan YoMa] dan Universitas Tanjungpura (Untan) memotivasi mahasiswa dan alumni fakultas pertanian mengembangkan potensi agribisnis di Kalbar.

PWMP merupakan program yang dikembangkan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian di Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP] melalui Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan].

"Saat ini telah terbentuk 1.013 PWMP di seluruh Indonesia dan beberapa di antaranya akan dihadirkan oleh Pusdiktan mengisi booth pada ´1st Millenial Indonesian Agropreneurs´ di Botani Square Mall Bogor, 18 hingga 21 April 2019," kata Kepala BPPSDMP Kementan, Momon Rusmono yang didampingi Kepala Pusdiktan, Idha Widi Arsanti di Jakarta, Jumat [12/4].

Kepala Bidang Penyelenggaraan Pendidikan Pusdiktan, Ismaya Parawansa mengatakan pengembangan PWMP ditempuh melalui tahapan kegiatan pelatihan, magang, pembinaan dan bimbingan agar mahasiswa atau alumni perguruan tinggi mengetahui kemudahan merintis usaha, sehingga terdorong menjadi wirausahawan muda pertanian (agrosociopreneur) yang mampu menggerakkan dan menciptakan lapangan kerja di sektor pertanian.

"Untuk menumbuhkan minat berwirausaha, khususnya di kalangan pemuda perlu dilakukan pembinaan mental wirausaha, membuka kesempatan wirausaha seluas-luasnya, dan mempermudah akses mereka terhadap permodalan," kata Ismaya mantan pejabat eselon tiga Polbangtan Gowa di Provinsi Sulawesi Selatan.

Program PWMP dirancang untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai center of agripreneur development berbasis inovasi agribisnis dengan bantuan modal usaha kepada mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] dan sarjana pertanian dari perguruan tinggi mitra BPPSDMP dan siswa sekolah kejuruan pertanian (SMK-PP).

"Kegiatan PWMP dilaksanakan dalam tiga tahap selama tiga tahun yang dibagi menjadi tahap penyadaran di tahun pertama, tahun kedua untuk pengembangan dan tahun ketiga untuk tahap kemandirian," kata Ismaya Parawansa.

Menurutnya, sampai saat ini Pusdiktan BPPSDMP Kementan menjalin kerjasama dengan alumi perguruan tinggi seperti Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Universitas Andalas Padang, Universitas Lampung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Brawidjaya Malang, dan Universitas Hasanuddin Makasar. [Cha2]