Chelsea vs Villa 8-0, dari Benci Jadi `Sayang` untuk Rafa
Chelsea vs Villa 8-0, from Hate to `Eight` for Rafa
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
SEBULAN lalu, kebencian dilontarkan di Stamford Bridge ketika Rafa Benitez hadir sebagai pelatih. Kemarin, suasananya berubah ketika tercipta delapan gol. Tidak sekali pun para pendukung Chelsea bernyanyi mengejek kehadiran Benitez.
Terakhir kali mereka mencetak banyak gol Barclays Premier League musim 2010, ketika tim asuhan Carlo Ancelotti menundukkan klub Wigan.
terpukul keras Carlo Ancelotti untuk merayakan leg pertama ganda pertama mereka.
Tapi itu Carlo, seorang manajer yang disukai dan populer yang meminta pemainnya untuk bermain menyerang. Kini, Rafa, seorang pelatih taktis, selalu waspada terhadap bahaya, yang baru duduk setelah menang 8-0 lalu berujar: "Kami tahu mereka akan berbahaya dalam serangan balik."
Emosi serasa ditumpahkan setelah kekalahan di Jepang, Chelsea kembali ke Liga Premier dalam gaya khasnya mempermalukan Aston Villa sebagai kekalahan terbesar dalam 138 tahun sejarah mereka.
Villa datang dengan prestasi tidak terkalahkan dalam enam laga, tetapi tim asuhan Paul Lambert pulang dengan kemungkinan mendekati zona degradasi dengan selisih gol terburuk di divisi utama.
Villa yang 'mengerikan' tapi Chelsea tampil licin dan mengesankan.
Ada delapan gol dari tujuh skor berbeda tetapi bisa saja tercipta gol lebih banyak.
The Blues gagal mengeksekusi penalti tapi menguntit 11 poin di belakang pemimpin klasemen, Manchester United dengan selisih satu pertandingan di tangan di kandang lawan Southampton.
Dalam waktu satu bulan, Benitez 'memoles' Fernando Torres berubah menjadi pemain yang menikmati sepak bola dan tidak lagi merajuk ketika harus digantikan.
Striker Spanyol ini membuka skor di menit ketiga, memanfaatkan umpan silang dari Cesar Azpilicueta dengan sundulan dari pinggir kotak penalti.
Gol ketujuh Torres di bawah manajer baru dan ketujuh pula dalam enam pertandingan terakhir.
A MONTH ago, hate dripped from the steep tiers at Stamford Bridge as Rafa Benitez appeared on the touchline. Yesterday, the place was thrilled by eight goals. Not once did the Chelsea fans join in song to tell Benitez he wasn’t wanted here.
The last time they saw their team score this many was the final game of the Barclays Premier League season in 2010, when Carlo Ancelotti’s team walloped Wigan.
But that was Carlo, a free-wheeling and popular manager who implored his players to attack. This was Rafa, a cautious tactician, always alert to danger, who sat down after an 8-0 win to say: ‘We knew they would be dangerous in the counter-attacks.’
Emotions were all over the place as post-Japan Chelsea returned to the Premier League in emphatic style by condemning Aston Villa to the biggest defeat in their 138-year history.
They may have arrived unbeaten in six games but Paul Lambert’s team went home perilously close to the drop zone with the worst goal difference in the division.
Villa were awful but Chelsea were slick and impressive.
There were eight goals from seven different scorers but there could have been many more.
The Blues even missed a penalty but go into Christmas 11 points behind leaders Manchester United with a game in hand at home to Southampton.
In a month of Benitez, Fernando Torres has been transformed to the point where he seems to be enjoying his football and refused to sulk off when he was replaced.
The Spain striker opened the scoring in the third minute, rising to meet a deep cross from Cesar Azpilicueta with a majestic header from the edge of the penalty area.
It was his seventh under the new manager and his seventh in the last six games.
