Tangkal Covid-19, Pusdiktan BPPSDMP Kerahkan Santri Tani Dukung Pangan Rakyat

Indonesian Govt Anticipate COVID-19 by Weaker Health Systems

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Tangkal Covid-19, Pusdiktan BPPSDMP Kerahkan Santri Tani Dukung Pangan Rakyat
12 MARET 2019: Kapusdik BPPSDMP Idha Widi Arsanti [kanan] memberi bantuan pada orangtua santri milenial pada ´Temu Teknis Penyuluh, Petani dan Santri Tani di Kabupaten Bekasi´ pada Maret 2019 [Foto: Humas Pusdiktan]

Jakarta [B2B] - Kementerian Pertanian RI akan mengerahkan 800 Kelompok Santri Tani Milenial [KSTM] untuk mendukung penyediaan kebutuhan pangan masyarakat mengantisipasi penyebaran virus Corona. KSTM akan dikerahkan oleh BPPSDMP Kementan melaksanakan 'peran ganda' sebagai pengusaha, penggerak sekaligus pencipta lapangan kerja [job creator] di sektor pangan.

"Menyikapi situasi saat ini akibat pendemi global Covid-19 akibat virus Corona yang menginfeksi hampir 1 juta penduduk di 206 negara, BPPSDMP Kementan Santri Tani Milenial dapat membantu sebagai penyedia kebutuhan masyarakat memenuhi kebutuhan pangan," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan BPPSDMP] Idha Widi Arsanti di Jakarta, Sabtu [4/4].

Menurutnya, KSTM dapat berperan sebagai pengusaha pertanian khususnya di bidang produksi on-farm seperti sayuran segar, buah-buahan, susu, telur, kacang-kacangan, dan sebagainya, yang merupakan penyedia vitamin dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh menghadapi infeksi Covid-19.

"Santi tani juga dapat menggandeng tokoh masyarakat untuk promosi dan memasok bahan pangan segar ke masyarakat sekitar. Hal itu sekaligus membuktikan bahwa pertanian tidak berhenti dan pertanian cegah Corona, karena kebutuhan pangan tidak bisa ditunda apalagi distop. Kita harus mampu mengantisipasinya dengan jaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan hindari kerumunan," kata Kapusdik Idha WA.

Selain dapat membantu meningkatkan stok pangan nasional, katanya, upaya pemerintah melalui Kementan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi KSTM mengembangkan minat dan bakatnya di sektor pertanian, mulai dari tahap penyadaran, penumbuhan, pengembangan dan pemandirian.

Sebelumnya diberitakan B2B, Kepala BPPSDMP Kementan Prof Dedi Nursyamsi mengakui potensi regenerasi petani dari pondok pesantren sangat berpeluang menghasilkan KSTM menunjang pembangunan pertanian, untuk mendukung kemandirian pangan sekaligus berorientasi ekspor, mengingat saat ini banyak orangtua mempercayakan pendidikan anaknya di pondok pesantren modern [Islamic boarding school].

Dia menambahkan program KSTM berjalan sejak awal 2019, "para santri tani ini kelak setelah keluar dari pesantren akan memiliki skill, dan syukur-syukur dapat menjadi job creator dan job seeker hingga menjadi eksportir milenial," kata Prof Dedi Nursyamsi pada penghujung Agustus 2019 lalu.

Transformasi Pesantren
Masyarakat umum mengenal pesantren sebagai institusi yang mengajarkan dan menjalankan nilai-nilai agama secara detail, khusus dan intensif. Tidak banyak masyarakat luas melihat sisi positif dari lembaga keagamaan ini. Selain belajar agama, mayoritas pesantren menjalankan aktivitas pertanian untuk penghidupannya. Disadari atau tidak, banyak di antara mereka telah berkiprah dalam pembangunan dan bergerak melakukan pembaharuan bagi masyarakat sekitar, terutama keterlibatan dalam membangun sektor pertanian Indonesia.

Pesantren sebagai salah satu lembaga sosial yang berbasis  agama, memiliki potensi dan kekuatan yang diharapkan mampu menjadi penggerak nilai-nilai luhur dalam kehidupan  termasuk menjaga tradisi pertanian. Pesantren yang sudah mengakar dalam masyarakat, untuk mempertahankan keberadaannya dituntut memiliki peran ganda (multifungsi).

Pesantren sebagai lembaga keagamaan tidak hanya membangun karakter manusia tetapi juga berpartisipasi dalam pembangunan, termasuk dalam pembangunan pertanian  khususnya keberlanjutan pangan. Selain itu, pesantren sebagai sebuah institusi berpengaruh terhadap konvensi sosial (pasar dan setting administrasi) serta struktur sosial yang terkait dengan perilaku manusia (nilai, aturan, kebiasaan, moral dan sebagainya).

Mayoritas pesantren tetap mempertahankan cara hidup dengan bercocok tanam - bertani  yang sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Awalnya, bercocok tanam dilakukan pesantren untuk memenuhi kebutuhan terutama pangan bagi warga pesantren.

Cara bertani pun awalnya cenderung menerapkan cara konvensional. Lambat laun, ilmu bercocok tanam semakin berkembang mengikuti kebutuhan hidup manusia, sehingga ilmu bertani para santri pun berkembang. Tidak hanya menanam, memelihara, kemudian panen dan hasilnya diolah, saat ini para santri telah mampu menjalankan usaha pertanian dengan orientasi usaha. [FK/VNL]

Jakarta [B2B] -  Indonesia´s Agriculture Ministry is in intensive care after testing positive for the novel coronavirus, as civil servants in head office and across the country were ordered to close over the health threat. The World Health Organization has said it is particularly concerned about high-risk nations with weaker health systems, which who may lack the facilities to identify cases, according to official of the region.