Kementan Dukung BBPP Gelar Pelatihan `Smart Farming` bagi Petani Kalimantan

Indonesian Govt Supports BBPP Binuang Conduct Smart Farming Training in Borneo

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kementan Dukung BBPP Gelar Pelatihan `Smart Farming` bagi Petani Kalimantan
BBPP BINUANG: Mentan Syahrul Yasin Limpo membuka Pelatihan Smart Farming di Bogor didampingi Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, sementara Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati menjadwalkan pelatihan serupa pada Maret 2022 di Kalimantan

Tapin, Kalsel [B2B] - Kementerian Pertanian RI mendorong pengembangan Smart Farming, sistem pertanian berbasis teknologi yang membantu petani untuk meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas, agar sektor pertanian terus eksis di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi Covid-19.

Komitmen Kementan diwujudkan melalui Training Of Trainers [TOT] Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian dari seluruh Indonesia. TOT berlangsung selama tiga hari, 25 - 27 Februari 2022, dan dibuka oleh Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Ciawi, Bogor pada Selasa [25/7].

"Sektor pertanian di tanah air sudah tersentuh era 4.0. Era yang membuat pertanian sudah juga disentuh smart farming dan digitalisasi pertanian. Tidak ada alasan tidak mengenal IT untuk mendukung smart farming di sektor pertanian," kata Mentan Syahrul dalam arahannya yang mengangkat tema 'Optimalisasi Informasi Media Digital dalam Mendukung Program Utama Kementan.'

Kegiatan ToT dipusatkan di PPMKP yang dihadiri oleh 60 peserta, sementara peserta online mengikuti melalui zoom cloud meeting, video streaming YouTube dan Facebook BPPSDMP Kementan. 

Begitu pula dengan  widyaiswara di Balai Besar Pelatihan Pertanian [BBPP] Binuang di Tapin, Kalsel yang antusias mengikuti ToT, di tengah persiapan menggelar Pelatihan Smart Farming yang dijadwalkan pada Maret mendatang.

Mentan menambahkan, penerapan smart farming menjadi penting, karena pertanian saat ini dan ke depan menghadapi tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi covid 19. Menghadapinya tidak bisa lagi dengan cara-cara lama, tapi dengan smart farming, karena lahan semakin sempit tapi jumlah penduduk terus bertambah.

"Melalui ToT, kita diharapkan faham bahwa membangun pertanian tidak boleh berspekulasi, maka dengan smart farming, kita faham bahwa bertani tidak harus di lahan luas sementara penanganan dari hulu ke hilir menjadi lebih tepat dan terukur," kata Mentan Syahrul.

Dia berharap ToT tentang Smart Farming digelar secara masif di seluruh Indonesia, untuk menarik minat generasi milenial terjun ke pertanian, yang akan melakukan cara-cara baru dalam membangun pertanian maju, mandiri dan modern.

“Informasi pertanian harus dimasifkan, apalagi pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19  sektor pertanian terbukti tangguh dengan tren pertumbuhan positif. Pertanian menyumbang PDB 16%, artinya pertanian itu bisa diandalkan. 

Di tempat yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengelaborasi smart farming sebagai salah satu respons adaptif terhadap perubahan iklim dan kemajuan teknologi, yang memungkinkan petani memiliki kontrol lebih baik terhadap proses produksi, melalui pengelolaan pertanaman dan ternak efektif dan efisien.

"Konsep pembangunan pertanian harus diikuti dengan peningkatan agenda intelektual seluruh stakeholders utamanya petani sebagai garda terdepan. Kita sudah lama diterpa pandemi covid 19 dan perubahan iklim, namun dalam kondisi ini produktivitas dan produksi pertanian tidak boleh berkurang, bahkan harus terus bertambah. Solusinya ini adalah smart farming atau pemanfaatan internet of things," sebutnya.

Dedi menambahkan smart farming adalah pemanfaatan produk bio teknologi, antara lainnya di dalamnya ada pemupukan berimbang, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi, mekanisasi pertanian, dan pemanfaatan internet of things. 

"Dengan pemupukan berimbang, kita bisa mengurai polemik harga pupuk kimia yang harganya melambung  dan meningkatnya penggunaan pupuk organik. Dan penerapan teknologi Internet of Things merupakan terobosan yang dapat menjadikan produksi pertanian lebih efektif dan berkelanjutan," kata Dedi Nursyamsi.

Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati menegaskan komitmen jajarannya untuk mensosialisasikan seraya mendukung petani mengembangkan smart farming di Kalimantan, melalui pendekatan pengelolaan pertanian secara bisnis yang berorientasi laba.

"Cirinya, dengan mengembangkan produksi bernilai tambah sebagai manifestasi pertanian maju, mandiri dan modern yang menguasai sektor hulu hingga ke hilir," kata Yulia AK. [Retno/Irfan/Agus]

Tapin of South Borneo [B2B] - Indonesian government to increase number of agricultural extension workers to support the farmers to increase agricultural production, develop farmer organizations, utilize technological innovations, access banking capital, and other resources to support food self-sufficiency and improve farmers´ welfare, according senior official of the Agriculture Ministry.