Mentan Ingatkan Hati-hati, Kembangkan Pertanian di Lahan Gambut

Dilemma Indonesia`s Peatland Development and Food Security Needs

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Mentan Ingatkan Hati-hati, Kembangkan Pertanian di Lahan Gambut
PERTANIAN BERKELANJUTAN: Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada kunjungan kerja di daerah [Foto: BPPSDMP]

Jakarta [B2B] - Sebagian besar lahan rawa di Indonesia berpotensi menjadi lahan pertanian, namun pengembangannya harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan komoditas tanaman yang cocok di lahan rawa.

"Lahan rawa Indonesia luas. Sebagian besar berpotensi untuk lahan pertanian, namun harus hati-hati. Harus dicari komoditas yang cocok untuk lahan rawa," kata Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, Kamis [11/2] pada Webinar HGI Series #2 ´Praktik Pengelolaan Gambut secara Berkelanjutan untuk Pengembangan Ekonomi, Lingkungan, dan Masyarakat´. 

Kendati begitu, Mentan Syahrul tidak telalu merekomendasikan lahan gambut untuk pengembangan pertanian. “Sedapat mungkin dihindari lahan gambut." 

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan sebenarnya lahan gambut sudah lama dimanfaatkan masyarakat di daerah rawa, salah satunya masyarakat Dayak dan Banjar di Kalimantan.

“Kuncinya, pengelolaan pertanian di lahan gambut harus hati-hati. Jangan sampai terlalu banyak di-drainase, jangan over drain, karena akan merusak komposisi gas rumah kaca,” kata Dedi pada kegiatan yang sama.

Menurutnya, lahan gambut yang dangkal sebenarnya menguntungkan pertanian, namun kurang dimanfaatkan, padahal bila dimanfaatkan akan menguntungkan. "Bahkan produktivitasnya mendekati sawah di Jawa.”

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan [LHK] Alue Dohong menegaskan, pengelolaan gambut tidak cukup hanya dilakukan secara berkelanjutan, namun juga harus secara bertanggung jawab dan bijaksana. 

"Ketiganya harus seiring sejalan dalam mengelola, memnafaatkan dan melindungi ekosistem gambut. Ada keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan sosial. Tidak boleh hanya memperhatikan dan memberikan penekanan satu aspek saja," kata Wamen Alue Dohong.

Tantangan pengelolaan gambut tropis, katanya, sangat dinamis. Tidak hanya terkait tantangan restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati, juga dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat, produktivitas lahan, kepastian hutan, tata kelola sumber daya air dan tantangan lainnya menuju pemanfaatan yang bijaksana dan berkelanjutan. 

"Kita perlu tahu, ekosistem gambut sangat unik, namun juga sangat rentan dan sensitif terhadap gangguan dan degradasi. Kita perlu mengelolanya dengan prinsip kehati- hatian dan menerapkan tiga prinsip di atas," kata Wamen LHK Alue Dohong. [Cha]

Jakarta [B2B] - Almost a third of Indonesia´s peatlands has been degraded or neglected. What should we do? Put it into the forest is the ideal answer. But rationally, it should be realized that the food needs economic growth to sustain the well-being of more than 240 million people, with a growth rate of 1.3%, which should be supported by the addition of new land.