Magang ke Jepang, Mentan Lepas 53 Petani Milenial dari 19 Provinsi

53 Indonesian Millennial Farmers to Japan for Apprentice Farming

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Magang ke Jepang, Mentan Lepas 53 Petani Milenial dari 19 Provinsi
PELEPASAN MAGANG: Mentan Syahrul Yasin Limpo mengenakan selempang peserta Magang Jepang pada salah satu peserta didampingi Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Bogor, Jabar pada Selasa petang

Bogor, Jabar [B2B] - Sebanyak 53 petani milenial dari 19 provinsi segera bertolak ke Tokyo, mengikuti Program Magang Jepang. Mereka secara resmi dilepas Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Bogor, Jabar pada Selasa petang [20/4].

Ke-53 petani milenial dipilih dari perekrutan Kementerian Pertanian RI khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] pada 2020 sebanyak 31 orang dan 22 orang pada 2022, sementara 2021 nihil lantaran pandemi Covid-19. Program Magang Jepang diadakan Kementan sejak 1984, tercatat 1.384 alumni hingga saat ini.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menyatakan komitmennya mengupayakan lahirnya petani milenial, guna mendukung regenerasi petani melalui sejumlah program Kementerian Pertanian RI, salah satunya magang bagi pemuda tani ke Jepang.

"Tahun ini, masyarakat global mulai bangkit dari pandemi, ditandai dibukanya pintu-pintu kedatangan internasional di banyak negara. Kita melihat potensi perluasan pasar produk pertanian secara lokal dan global," kata Mentan Syahrul.

Menurutnya, pertanian bertanggungjawab menjaga kecukupan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia saat ini maupun ke depan, yang diharapkan dapat berkontribusi bagi pangan dunia.

Mentan pun mengurai capaian kinerja sektor pertanian meski dirundung pandemi. Nilai ekspor pertanian pada  2019 dan 2020 meningkat dari Rp390,16 triliun menjadi Rp451,77 triliun atau naik 15,79%, kemudian melonjak ke Rp625,04 triliun pada 2021 [meningkat38,68%].

"Menghadapi kondisi yang dinamis dengan ketidakpastian harga dan pasokan pangan dunia, dituntut kemauan kuat tidak hanya andalkan anggaran, perlu diterapkan mindset agenda dan agenda intelektual," katanya.

Program Magang Jepang merupakan kerjasama antara BPPSDMP Kementan dengan Accepting Organization [AO] yang terdiri dari Japan Agricultural Exchange Council [JAEC], Niigata Agricultural Exchange Council [NAEC] International Agricultural Exchange Association [IAEA] Gunma dan Ibaraki Chuo Engei [ICE].

Tujuan program untuk peningkatan kapasitas pemuda tani di bidang pertanian melalui program pelatihan dan magang on farm mulai budidaya hingga pascapanen, dalam hal ini [pengemasan] pada komoditas hortikultura, tanaman pangan dan peternakan.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa pertanian maju, mandiri, dan modern menuntut hadirnya SDM unggulan berkompeten. Kementan pun melakukan berbagai cara agar peningkatan SDM pertanian berjalan masif dan sistematis. 

"Peluang pelatihan atau magang di negara-negara maju dalam bidang pertanian seperti Jepang, Taiwan, Korea dan Australia harus dimanfaatkan maksimal," kata Dedi.

Pembelajaran secara langsung di bawah supervisi petani maju Jepang, katanya, diharapkan dapat menjadi sarana transfer teknologi, pengetahuan, etos kerja, dan kreativitas dalam mengembangkan usaha pertanian. 

"Rakyat Jepang jumlahnya besar dan mengutamakan kualitas, dapat menjadi pintu kerja sama ekonomi pertanian berupa pemasaran produk yang bernilai tinggi dan menguntungkan," kata Dedi.

Harapan terbesarnya, katanya lagi, setelah kembali dari negeri sakura, peserta wajib menjadi petani muda andalan di daerahnya, menerapkan teknologi maju yang diperoleh selama magang serta dapat menghasilkan produk berorientasi ekspor atau pelaku ekspor.

Kementan terus berupaya, bukan hanya fokus pada pemberangkatan, dipikirkan pula setelah mereka kembali ke Indonesia melalui pembinaan dan percepatan pengembangan usaha agribisnis bagi para alumni pelatihan pertanian di luar negeri. 

"Mereka yang pulang harus menjadi pionir, role model petani, dan agripreneur sukses. Untuk itu, para peserta wajib belajar tidak hanya teknis, juga mental untuk menjadi pengusaha tangguh," tegas Dedi.

Program magang, diharapkannya, akan memberikan kesempatan bagi pesertanya mendapatkan keterampilan secara langsung serta menumbuhkan nuansa kerja yang kondusif guna mendorong terciptanya inovasi, agar setelah kembali ke tanah air dapat menerapkan teknologi tinggi tepat guna sebagaimana dilakukan para alumni. 

Bogor of West Java [B2B] - At least 53 Indonesian young farmers of 19 provinces attended an apprenticeship held by the Director General of Agency for Agricultural Extension and Human Resources Development or BPPSDMP at the Agriculture Ministry or the BPPSDMP with the Japan Agricultural Exchange Council (JAEC), and 1,384 young farmers across the country have followed the apprenticeship training in Japan, according to Agriculture Minister Syahrul Yasin Limpo.