Rp1,4 Triliun, Kerugian Devisa karena Kakao tidak Difermentasi
Unfermented Cocoa Exports, Indonesia Losses Rp1.4 Trillion
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Indonesia dikenal sebagai produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, tapi mutu kakao Indonesia paling rendah karena mutunya tidak diawasi dengan baik. Pasalnya, sekitar 90% biji kakao Indonesia tidak difermentasi dan hanya 10% yang difermentasi sehingga Indonesia diperkirakan merugi sekitar US$150 juta (Rp4 triliun) per tahun.
"Biji kakao yang difermentasi tersebut itu sebagian besar merupakan produksi perusahaan perkebunan negara atau PTPN maupun perkebunan swasta," kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian, Haryono di Jakarta, Selasa (23/7).
Dalam public hearing Draft Peraturan Menteri Pertanian tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao di Kementerian Pertanian, Haryono mengatakan rendahnya mutu biji kakao ini mengakibatkan biji kakao Indonesia di pasar internasional selama ini harus dipotong harganya (diskon).
Haryono menambahkan, untuk mendorong peningkatan nilai tambah biji kakao, Kementerian Pertanian menyusun Peraturan Menteri Pertanian tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao. Peraturan ini bertujuan meningkatkan daya saing dan nilai tambah biji kakao Indonesia, baik di dalam negeri maupun pasar internasional.
Menurutnya, peningkatan pasokan biji kakao berfermentasi ini diarapkan dapat mendukung pengembangan industri berbahan baku kakao dalam negeri. Perbaikan kualitas ini diharapkan dapat melindungi konsumen dari kakao berkualitas buruk sekaligus meningkatkan pedapatan petani.
"Mutu kakao yang baik akan memperbaiki harga dan meningkatkan devisa negara sehingga petani pun semakin bergairah menanam kakao," ungkap Haryono yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian.
Jakarta (B2B) - Indonesia is known as the third largest producer of cocoa beans in the world after Ivory Coast and Ghana, but the lowest quality of Indonesian cocoa because the quality is not maintained. Because, unfermented cocoa beans around 90%, only 10% are fermented, Indonesia is expected to lose U.S. $ 150 million (Rp 4 trillio
