Perubahan Iklim, Kementan Ajak Penyuluh dan Petani Atasi El Nino 2023

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s PEPI Serpong

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Novita Cahyadi


Perubahan Iklim, Kementan Ajak Penyuluh dan Petani Atasi El Nino 2023
PEPI SERPONG: Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi saat acara Bincang Seputar Pertanian [Bistan] Volume 21 Special Talkshow, dengan topik El Nino 2023.

Tangerang Selatan, Banten [B2B] - Kementerian Pertanian [Kementan] mendorong seluruh jajarannya untuk melakukan berbagai upaya antisipasi menghadapi El Nino 2023. Mengingat, puncak El Nino diperkirakan terjadi pada Agustus 2023.

Menteri Pertanian [Mentan], Syahrul Yasin Limpo mendorong para petani membuat Indonesia menjadi negara paling kuat dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis global dunia. 

Mentan Syahrul juga meminta kepada jajarannya yang berada di lapangan untuk membantu para petani yang kesulitan dan meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia untuk menghadapi El Nino.

"Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang," tegas Mentan Syahrul.

Pada acara Bincang Seputar Pertanian [Bistan] Volume 21 Special Talkshow, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP], Dedi Nursymasi menjelaskan bahwa El Nino adalah salah satu fenomena sebagai dampak dari climate change, selain itu ada juga La Nina dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman [OPT] yang luar biasa.

Dedi mengatakan El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya. Sebab, rata-rata curah hujan lebih kering dibandingkan dengan rata-rata selama 25 tahun itu.

"Karena namanya kering pasti tergantung dari air dan salah satu kebutuhan air berasal dari curah hujan. Curah hujan yang biasanya relatif basah sekarang kering dan kering menunjukan bahwa udara yang ada di sekitar kita kadar uap airnya relatif rendah sehinggga tidak ada peluang uap air melakukan kondensasi, maka terjadinya hujan," ujar Dedi pada acara Bistan Vol 21, pada Sabtu [13/5].

Dedi juga menjelaskan bahwa El Nino adalah fenomena alam akibat climate change yang eratnya kaitannya dengan peningkatan konsentrasi kenaikan emisi Gas Rumah Kaca [GRK]. Hal tersebut yang menyebabkan suhu dipermukaan bumi hangat bahkan semakin panas. Para ahli klimatologi melihat ada Samudra Pasifik yang sangat luas melebihi sepertiga dari permukaan bumi. Selain itu, dengan luasnya Samudra Pasifik, maka indikator akan terjadi El Nino, La Nina atau normal tergantung dari informasi Samudra Pasifik itu.

"Karena di Samudra Pasifik suhu atmosfirnya cenderung hangat, jadi angin yang melewati Indonesia cenderung relatif sedikit makanya terjadi kekeringan, fenomena inilah yang dilihat para ahli sehingga menduga atau memprediksi di Indonesia akan terjadi kekeringan," jelas Dedi lagi. 

Pertanian terkait dengan makhluk hidup dan terkait juga dengan hayati, menurut Dedi, Yang artinya kebutuhan makhluk hidup yang pertama perlu oksigen, kedua air karena hampir 90% makhluk hidup memerlukan air, ketiga nutrisi, keempat tempat tinggal dan seterusnya.

"Pertanian itu perlu air dan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Saat terjadi El Nino akan menjadi masalah yang sangat besar, begitu air terganggu maka produktivitas terganggu artinya produksi menurun secara drastis," ucap Dedi. 

Dedi mengatakan bahwa El Nino harus diantisipasi oleh petani dan penyuluh, serta petani harus paham El Nino itu apa dan dampaknya bagaimana dan apa yang harus dilakukan. 

"Puncak El Nino terjadi pada Agustus 2023 dan petani harus mencari sumber air alternatif selain air hujan," tegas Dedi. 

Dedi mengungkapkan bahwa langkah yang harus dilakukan oleh petani diantaranya mencari alternatif, seperti mencari air di dalam tanah, tingal angkat pompa dari bawah ke atas atau bisa juga dengan memanfaatkan air yang ada di permukaan; diantaranya dengan melakukan penyodetan pada sungai-sungai besar yang debit airnya tinggi, sehingga lahan pertanian mendapatkan air dari permukaan air.

Selain itu, petani juga harus menanggulangi kekeringan dengan cara lain, diantaranya menggunakan arang atau biochar di lahan pertaniannya, karena biochar dapat menyimpan atau memegang air sebanyak 3-6 kali lipat dibandingkan dirinya sendiri. Lalu lakukan fertigasi atau pemberian pupuk dan air secara bersamaan untuk memenuhi kebutuhan air juga memenui kebutuhan pupuk.

Langkah lainnya adalah petani bisa menggunakan pupuk organik atau kompos karena dapat memegang air. Pupuk organik mengandung 16 macam unsur hara dan unsur organik sehingga disebut juga dengan pupuk komplit. Namun, kelemahannya adalah kadarnya relatif rendah.  

Sedangkan, langkah-langkah yang dihadapi oleh Kementan menghadapi El Nino adalah antisipasi kalau El Nino nya belum terjadi, mitigasi dan adaptasi kalau sudah kejadian. Mitigasi adalah pencegahan dan adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kondisi El Nino. 

"Kita lakukan mitigasi kalau inline dengan adaptasi. Karena El Nino sudah jelas masalahnya di air, maka kita harus menyesuaikan dengan keadaan tersebut. Adapun langkah-langkah yang harus disiapkan diantaranya adalah dengan menggunakan varietas yang toleran atau tahan terhadap kekeringan. Misalnya penggunaan padi varietas inpago, inpari dan padi gogo, ujar Dedi. 

Selanjutnya lakukan juga efisiensi penggunaan air, misalnya di lahan sawah dengan melakukan pengairan basah - kering atau dikenal dengan alternate wetting and drying. Mencari sumber air alternatif dan bagaimana mendistibusikannya dengan lebih efisien, misalnya dengan irigasi tetes. 

Dedi berharap petani dan penyuluh harus saling bahu membahu mencari dan mendistribusikan sumber air.

Dedi memberikan saran kepada petani, menghadapi El Nino yang paling penting adalah antisipasi, adaptasi serta mitigasi. Karena saat ini sudah memasuki El Nino yg paling penting adalah bagaimana melakukan adaptasi dan mitigasi. 

"El Nino itu bisa musibah dan anugerah tergantung dari bagaimana kita bisa menyikapinya. Dikatakan anugerah, dimana lahan rawa yang tadinya tergenang terus dapat melakukan panen raya, tetapi disaat yang sama juga harus menyiapkan varietas yang toleran atau tahan El Nino. Selanjutnya gunakan pengairan alternatif dan lebih efisien, serta jangan lupa lakukan konsevasi air pada tanah-tanah pertanian. Meskipun air dari atas berkurang tapi air dapat bertahan lama didalam tanah sehingg akar tanamannya bagus dan produksi meningkat," tutup Dedi. [andriwan/timhumaspepiserpong]

South Tangerang of Banten [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the PEPI Serpong, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.