Smart Farming, Kementan Dukung Petani Sulteng Tingkatkan Produktivitas Anggur

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s PEPI Serpong

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Smart Farming, Kementan Dukung Petani Sulteng Tingkatkan Produktivitas Anggur
PEPI SERPONG: Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi dialog dengan petani milenial komoditas anggur di Kota Palu yang memiliki potensi luar biasa.

Palu, Sulteng [B2B] - Potensi wilayah Sulawesi Tengah sebagai wilayah produsen komoditas anggur mendapat perhatian khusus dari Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. 

Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman saat mengunjungi Kelompok Tani (Poktan) Duyu Bangkit Kota Palu, disela agenda Jambore Penyuluh Pertanian Nasional Tahun 2023, pada Minggu (5/11/2023).

"Kita tahu, Indonesia impor anggur kurang lebih Rp 7 triliun, ini Sulawesi Tengah bisa selesaikan impor ini. Saya yakin 5 tahun ke depan bisa diselesaikan. Ini menekan devisa, mensejahterakan petani karena agrolimatnya cocok," sebut Mentan Amran.

Mentan Amran mengajak kepada petani anggur Sulawesi Tengah untuk terus mendorong agar produktifitas anggur di Sulawesi Tengah. 

"Perlu di tingkatkan produktifitas sehingga BEP mungkin 1 tahun yang awalnya 3 tahun, yang dimana kalau anggur ini menguntukan pasti ramai-ramai di tanam" ujar Mentan Amran. 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Kelompok Tani (Poktan) Duyu Bangkit, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (6/11/2023). 

Dedi bersama rombongan disambut oleh ketua poktan Saifudin, dan langsung berdialog bersama para petani anggur Duyu Bangkit.

Pada kesempatan tersebut, Dedi mengapresiasi produk anggur Dayu Bangkit yang memiliki potensi yang luar biasa, dengan berbagai macam jenis anggur yang sudah ditanam oleh Poktan Dayu Bangkit.

"Bahwa anggur dari Poktan Dayu Bangkit ini tidak sempat keluar, karena orang berbondong-bondong datang dan memanen anggur dan membelinya, artinya dalam segi pemasaran luar biasa indonesia setiap tahun kurang lebih 6-7 triliun rupiah import anggur padahal Palu dapat menyediakan anggur bukan hanya untuk konsumsi Palu, tidak hanya Sulteng tetapi juga indonesia.” kata Dedi.

Dedi mengharapkan melalui poktan seperti Dayu Bangkit produktifitas dapat ditingkatkan, seperti yang sudah diterapkan salah satu anggotanya, yang sudah melakukan pelatihan di Korea.

“Di Korea dia, mendapatkan ilmu bagaimana membuat kompos dari daun hasil pemapasan anggur, ternyata dapat mendongkrak produktifitas yang luar biasa.” ujar Dedi.

Dedi pun memaparkan kiat untuk meningkatkan pengembangan budidaya anggur petani, dimulai dengan menerapkan pertanian presisi atau smart farming, sehingga produktivitas dan kualitas anggur naik yang akan berdampak meningkatnya kesejahteraan petani, karena anggur yang dihasilkan tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi juga untuk eksport

Ketua Poktan Dayu Bangkit, Saifudin menerangkan asal muasal Kebun Anggur "Duyu Bangkit", pada awalnya Ia menggadaikan BPKB Motor  sebesar 10 juta rupiah, lalu dibelikan 100 pohon anggur dan sekarang tanaman anggur nya sudah mencapai 1.337 pohon anggur.

"Kami awal dari gadai BPKP motor 10 juta rupiah dan dibelikan awal 100 pohon dan sampai sekarang sudah memiliki 1.337 yang tersebar di 12 titik," ujar Saifudin.

Melihat peluang dan potensi yang ada, tanaman anggur cocok ditanam diwilayah yang memiliki kontur perbukitan atau lerengan seperti yang ada di Kelurahan Duyu, budidaya anggur ini cukup menjanjikan. 

Selain cukup sinar matahari Kelurahan Duyu juga tidak terlalu basah sehingga mempengaruhi produksi dan kualitas buah anggur yang dihasilkan.

"Kalau panennya dua kali setahun dan pembeli datang ke kebun kami memetik langsung buah yang diinginkan," tambahnya.

Sejauh ini luas lahan kebun budidaya anggur Poktan Duyu Bangkit seluas 1.000 meter persegi, dengan modal yang dikeluarkan 350 juta, umur budidaya 15 tahun. 

“Panen dilakukan 2 kali setahun, menghasilkan panen pertama 700 kilogram dengan harga Rp 85 per kilogram sehingga pendapatan berkisar 60 juta per panen. Sehingga mencapai balik modal di tahun ke dua sampai ke tiga,” tandas Saifudin. [andriawan/timhumas pepiserpong]

Palu of Central Sulawesi [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the SMKPPN to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Sulaiman said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Sulaiman said.