Dedi Nursyamsi Apresiasi BBPP Latih Petani Kalimantan Buat Pupuk NPK Plus

Indonesia Binuang`s Agricultural Training Center Support Borneo Farmers

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Dedi Nursyamsi Apresiasi BBPP Latih Petani Kalimantan Buat Pupuk NPK Plus
BBPP BINUANG: Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Jakarta [kiri atas] membuka BOC volume 170 didampingi Kepala BBPP Binuang di Tapin, Kalsel dengan host Aman N Kahfi dan narasumber Budiono, keduanya Widyaiswara BBPP Binuang

Jakarta [B2B] - Pelatihan online Bertani On Cloud [BoC] oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian [BBPP] Binuang bagi petani dan penyuluh di seluruh Kalimantan melalui BoC volume 170, diapresiasi oleh Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bagi wawasan dan pengetahuan SDM pertanian tentang pupuk organik dan anorganik.

"Saya apresiasi BoC oleh BBPP Binuang untuk memberi  wawasan dan pengetahuan petani tentang jenis-jenis pupuk. Luar biasa ini, saya beri credit point Widyaiswara Binuang, Budiono yang sudah bisa membuat pupuk NPK organik, itu keren," kata Dedi Nursyamsi saat membuka BoC, Kamis siang [14/4] yang diikuti oleh 500 partisipan Sobat Tani.

BoC volume 170 dibuka Dedi Nursyamsi dari Jakarta, didampingi Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati di Tapin, Kalsel. Hadir host, Aman N Kahfi dan narasumber Budiono, keduanya Widyaiswara BBPP Binuang.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mendorong penguatan peran petani dan penyuluh di seluruh Indonesia, melalui aneka program edukasi pertanian secara masif seperti BoC sebagai program virtual utama dari Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP [Puslatan].

"Penumbuhan petani milenial harus terus didorong secara masif, tujuannya mengotimalkan partisipasi aktif generasi milenial ke sektor pertanian agar pertanian Indonesia semakin tangguh," kata Mentan Syahrul.

Menurutnya, luasnya wilayah Indonesia dan pandemi Covid-19 bukan hambatan bagi Kementan mencetak petani milenial unggulan. Program BoC melalui zoom meeting menjadi wahana mengulas aneka macam pelatihan dan peluang bisnis dari sektor pertanian.

Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP] pada BoC volume 170 tersebut mencoba meluruskan pemahaman petani dan penyuluh Kalimantan tentang pupuk organik dan anorganik.

"Kalau pupuk NPK Plus, pengertiannya adalah pupuk NPK anorganik. Di situ plus-nya boleh dicantumkan atau mungkin juga plus-nya di situ ada unsur hara yang lain, selain NPK. Kalau yang dimaksud di sini adalah pupuk organik yang kadar NPK-nya tinggi, sebut di situ pupuk NPK organik ... bukan NPK Plus," kata Dedi Nursyamsi di Jakarta via zoom meeting.

Dia menambahkan, dirinya memahami betul tentang pupuk lantaran background sebagai ahli pupuk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan [Balitbangtan]. "Saya faham betul karena juga ahli pupuk, profesor riset saya terkait pupuk."

Sejarah Pupuk
Menurutnya, pupuk adalah salah satu sarana produksi yang berperan meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian. Pupuk terbagi atas organik, anorganik dan hayati mengacu sumber bahan baku pupuk.

"Pupuk anorganik seperti urea, SP36, KCL dan NPK. Pupuk organik, ada yang disebut kompos, bokasi, abu  sekam, pupuk kandang dan pupuk hijau dari biomas tanaman," kata Dedi Nursyamsi yang dikukuhkan sebagai Profesor Riset Balitbangtan ke-127 pada 14 Agustus 2017.

Pupuk hayati, katanya lagi, bahan bakunya mikroba atau organ hayati, tentu tergantung fungsinya seperti mikroba pelarut P, mikroba dekomposer dan lainnya yang dikenal sebagai biofertilizer [pupuk hayati].

Sementara pupuk kima dibagi tunggal dan majemuk. Kalau pupuk tunggal berarti unsur hara cuma satu misalnya hanya nitrogen, dinamai urea, dan atau SP36, unsur haranya hanya fosfor. Kemudian pupuk majemuk yakni NPK yang memiliki kandungan tiga unsur hara yakni nitrogen [N], fosfor [P] dan kalium [K].

"Dulu petani melaui Program Bimas dan Inmas dengan Panca Usaha Tani digenjot pada dekade 70-an, tujuannya meningkatkan produktivitas hingga empat ton hektar, waktu itu keren, dengan varietas unggul PB4 dan PB5, karena saat itu produktivitas hanya satu hingga dua ton per hektar," kata Dedi Nursyamsi.

Saat itu, kata Dedi, belum ada pupuk kimia, maka yang dimanfaatkan adalah pupuk kandang dan kompos serta abu dapur untuk menggenjot produktivitas. Mulai diperkenalkan pupuk kimia, setelah berdiri pabrik pupuk Sriwijaya di Palembang dan Iskandar Muda di Aceh.

"Saat itu petani belum mau pakai pupuk kimia, karena belum mengerti, bener nggak? Makanya tidak percaya. Saat itu baru ada pupuk urea, belum ada yang lain maka dilakukan Program Demplot di kawasan Pantura, barulah terbukti, tapi di luar Jawa belum mau pakai pupuk urea," katanya.

Kalau saat ini terjadi kelangkaan pupuk, katanya, dekade 70-an malah dibagi gratis oleh pemerintah hingga ke petani, ternyata pupuk disimpan di rumah atau sawah.

"Petani belum mengerti, seperti di Sumatera yang rumah panggung, pupuk itu dibikin jadi tangga karena kalau pupuk dibiarin lama-lama jadi ngabatu [keras, Sunda] itu akibat petani tidak mengerti," kata Dedi Nursyamsi.

Akhirnya, katanya, penyuluh didukung Babinsa turun tangan mengajak petani memakai pupuk, ternyata hasilnya bagus, akibatnya terjadi ketergantungan seperti saat ini, begitu pupuk langka, langsung ribut. [Budiono/Agus]

Jakarta [B2B] - The role of agricultural training in Indonesia such as the Agricultural Training Center of Indonesia Agriculture Ministry across the country or the BBPP so the ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of agricultural training, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through agricultural training, we connect farmers with technology and innovation so that BBPP meet their needs and are ready for new things," Limpo said.