Peneliti BRIN Kritisi Kepopuleran Biosaka

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s PEPI Serpong

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Peneliti BRIN Kritisi Kepopuleran Biosaka
PEPI SERPONG: Kandungan jenis metabolit sekunder dari Biosaka akan selalu bervariasi tergantung pada jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku Biosaka.

Tangerang Selatan, Banten [B2B] - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN] mengkritisi kepopuleran biosaka dapat meningkatan pertumbuhan, efisiensi pupuk, dan hasil menjadi kurang valid untuk diterapkan secara umum dengan dasar hasil kajian TIM Fakultas Pertanian Universitas IPB. Lantaran, bahan baku biosaka yang beragam dan tidak standar, memiliki kandungan bahan aktif yang bervariasi.

Hal ini dikemukakan oleh I Wayan Suastika selaku Peneliti OR Tanaman Pangan BRIN,  saat memoderatori diskusi tentang Pandangan HITI dan IPB terhadap Biosaka secara virtual pada Jumat, [9/6].

Pendapat dari tim Fakultas Fertanian Universitas IPB, komposisi bahan baku yang beragam dan tidak terstandar akan membuat biosaka menjadi larutan yang memiliki komposisi dan kandungan bahan aktif yang bervariasi. Biosaka tidak dapat distandardisasi secara ilmiah untuk mendapatkan peran bahan aktif Biosaka terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Menurut Suatika, klaim bahwa Biosaka dapat meningkatan pertumbuhan, meningkatkan efisiensi pupuk, dan meningkatkan hasil menjadi kurang valid untuk diterapkan secara umum.

Suatika menambahkan bahwa Biosaka sering disebut sebagai elisitor. Hubungan langsung antara elisitor dan peningkatan produksi dan efisiensi penggunaan pupuk, sampai saat ini belum dapat dijelaskan dengan baik. 

"Kandungan jenis metabolit sekunder dari Biosaka akan selalu bervariasi tergantung pada jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku Biosaka," terang Suatika.

Lebih lanjut, Suatika menambahkan bahwa dari berbagai bahan aktif Biosaka, hanya fitohormon yang mungkin memiliki kaitan erat dengan pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi tanaman, sehingga mungkin saja Biosaka dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Namun, hal ini masih perlu pembuktian secara ilmiah, melalui percobaan yang didesain dan dilaksanakan sesuai prosedur ilmiah yang benar.

Tanaman padi tetap memerlukan pupuk NPK, jika hanya diberi Biosaka maka hasilnya lebih rendah dari tanaman kontrol tanpa Biosaka. Klaim bahwa Biosaka dapat mensubtitusi 50% pupuk NPK dan meningkatkan hasil tidak dapat dibuktikan pada percobaan-percobaan tersebut. Perlakuan dengan Biosaka [P1] justru memberikan hasil yang lebih rendah dibanding perlakuan tanpa pupuk [P0].

"Penggunaan Biosaka harus tetap dibarengi dengan penggunaan pupuk anorganik dan/atau pupuk organik karena Biosaka tidak mengandung hara-hara esensial makro ataupun mikro yang cukup. Penggunaan Biosaka tanpa penambahan pupuk anorganik dan atau organik, dikhawatirkan dalam jangka panjang akan menguras hara-hara tanah sehingga di kemudian hari tanah akan kehabisan hara-hara esensial," tegas Suastika.

Pemanfaatan Biosaka dalam praktek budidaya tanaman harus selalu didasarkan pada status hara tanah dan kebutuhan minimal tumbuhan akan unsur hara. Oleh karena itu, pemberian Biosaka tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus diimbangi dengan pemberian pupuk organik dan/atau pupuk anorganik, agar keberlanjutan ketersediaan hara di dalam tanah selalu terjaga.

Himpunan Ilmu Tanah Indonesia [HITI] sampai saat ini juga belum merekomendasikan pemanfaatan Biosaka sebelum ada hasil penelitian/uji/kajian  dengan standar ilmiah lingkup ilmu-ilmu tanah-tanaman-lingkungan  yang valid. Uji multi-lokasi sangat diperlukan dalam membuat rumusan, mengingat Indonesia mempunyai keragaman tanah dan lingkungan yang cukup besar.

Biosaka mungkin dapat memberi efek psikologis ke petani ketika harus menurunkan dosis pupuk kebiasaan yang berlebihan ke dosis rekomendasi, sehingga petani akan merasa aman untuk menerapkan dosis pupuk yang sesuai kebutuhan tanaman ketika dibarengi dengan aplikasi biosaka.

South Tangeran of Banten [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Programme or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.