Kementan Dukung Biochar jadi Teknologi Kunci Pertanian Rendah Karbon

Indonesian Govt Supports the Development of Biochar as the Carbon Store in Soil

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Kementan Dukung Biochar jadi Teknologi Kunci Pertanian Rendah Karbon
BPPSDMP KEMENTAN: Workshop membahas peluang Indonesia memanfaatkan biochar, yang merupakan bahan berkarbon hasil pirolisis biomassa yang berfungsi sebagai pembenah tanah sekaligus penyimpan karbon jangka panjang.

Kota Bogor, Jabar (B2B) - Kementerian Pertanian RI pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) bersama Asosiasi Biochar Indonesia dan Japan National Agriculture and Food Research Organization (NARO) menggelar Workshop on Quality of Biochar to Strengthen Agricultural Human Resource Development in Indonesia di Kota Bogor, Jawa Barat pada Rabu (10/12).

Hadir sebagai narasumber adalah Prof Dr Dedi Nursyamsi (Penyuluh Ahli Utama Kementan), Prof Mitsuru Osaki (Hokkaido University), Dr Akira Shibata (Ritsumeikan University), dan Prof Dr Ir Bambang Kusumo, M.Agr (Ketua Asosiasi Biochar Indonesia).

Workshop membahas peluang besar pemanfaatan biochar di Indonesia. Biochar merupakan bahan berkarbon hasil pirolisis biomassa yang berfungsi sebagai pembenah tanah sekaligus penyimpan karbon jangka panjang.

Indonesia memiliki keunggulan biomassa melimpah, sekam padi, tongkol jagung, cangkang sawit hingga tempurung kelapa, namun kualitas biochar masih bervariasi karena perbedaan bahan baku dan proses produksi. 

Kondisi ini menghambat adopsi luas, termasuk pemanfaatannya untuk pasar karbon nasional dan internasional.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebelumnya telah menegaskan pentingnya percepatan teknologi pertanian rendah emisi. BPPSDMP memperkuat arahan tersebut melalui peningkatan kapasitas SDM dan standardisasi biochar. 

Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti, menegaskan bahwa penguatan kompetensi produsen biochar hingga penyuluh menjadi prioritas percepatan adopsi teknologi ini.

Mengunci Karbon
Dalam paparannya, Prof. Dr. Dedi Nursyamsi menyebut biochar sebagai teknologi yang mampu mengubah sistem pertanian Indonesia.

“Biochar menjadi teknologi kunci yang mengubah wajah pertanian Indonesia sehingga tidak dituding sebagai penyumbang emisi, tetapi justru sebagai sekuestrasi karbon,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa biochar dapat menyuburkan tanah sekaligus mengunci karbon dalam jangka sangat panjang. 

“Karbon seperti dikunci di dalam tanah dengan periode panjang. Teknologi ini membuat sistem pertanian menjadi rendah karbon,” tegasnya.

Prof. Mitsuru Osaki mencontohkan implementasi biochar di Jepang dan Thailand yang mampu meningkatkan produktivitas dan menurunkan penggunaan input sintetis.

Sementara Dr. Akira Shibata menjelaskan mekanisme Microbiome–Matrix–Microbiome yang membuat biochar efektif menyimpan karbon dalam kondisi stabil.

Standar Mutu
Dari sisi standardisasi, Prof. Bambang Kusumo menilai perlunya standar mutu nasional.  “Dibutuhkan standar nasional ketika biochar diproduksi dan dikembangkan secara komersial,” ujarnya. 

Dia menekankan bahwa SNI perlu diperluas agar mencakup biomassa pertanian yang beragam.

Hasil riset dan demplot menunjukkan biochar mampu meningkatkan hasil panen padi 8–36 persen dan menurunkan kebutuhan pupuk 20–60 persen. Pemanfaatannya juga berpotensi menghemat biaya pupuk hingga USD 4,6 miliar dan menghasilkan nilai kredit karbon mencapai USD 565 juta per tahun.

Workshop ini merumuskan lima agenda strategis, mulai dari penetapan spesifikasi mutu biochar hingga penyusunan draf Standar Mutu Biochar Indonesia. Forum ini sekaligus membuka peluang integrasi biochar skala petani ke dalam mekanisme pasar karbon regional maupun global.

Dengan dukungan standardisasi, sertifikasi, serta peningkatan kapasitas SDM, biochar diharapkan menjadi teknologi kunci dalam peningkatan produktivitas dan penguatan pertanian rendah karbon di Indonesia. [esap/timhumas bppsdmpkementan]

 

 

Bogor City of West Java [B2B] - The objective of the Indonesia Agriculture Ministry is to increase production and productivity, increasing farmers  knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reduce the effect of greenhouse gases, and increase the income of farmers in irrigated areas and swamp areas.

The target is to increase cropping intensity through irrigation rehabilitation, revitalization and modernization activities, the realization of a sustainable irrigation system through the revitalization of irrigation management, increasing institutional strengthening, as well as increasing the capacity and competence of human resources in irrigation management and increasing production and productivity.

Increasing farmers  knowledge and skills in implementing climate smart agriculture, reducing the risk of crop failure, reducing the greenhouse gas effect and increasing farmers  income in irrigated areas and swamp areas.

The main objective is to increase motivation for agricultural extension workers, agricultural extension centers, farmer groups, women farmer groups and farmer economic groups in agribusiness-oriented farming.

After that, the meeting continued via hybrid to evaluate agricultural land optimization, pumping, and additional agricultural area. 

The meeting participants agreed to increase cooperation between various parties to ensure efficient and strategic land use.