Didukung PWMP, Alumni Unpad Sukses Budidaya Lebah Madu di Tasikmalaya

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Didukung PWMP, Alumni Unpad Sukses Budidaya Lebah Madu di Tasikmalaya
PENGUSAHA MUDA: Andini Khaerunisa, satu dari empat alumni Unpad Bandung yang berhasil mengembangkan bisnis lebah madu dan turunannya di Tasikmalaya, Jabar [Foto: Pusdiktan BPPSDMP]

Tasikmalaya, Jabar [B2B] - Empat sarjana lulusan Universitas Padjajaran Bandung [Unpad] yakni Andini Khaerunisa, Nuning Ratnaningsih, Karimah Hani dan Yogi Ikbaludin memanfaatkan peluang usaha budidaya lebah hingga produksi madu. Tekad dan upaya alumni Unpad Bandung tersebut berhasil mengembangkan bisnis perlebahan dan produk turunan menjadi bisnis potensial di tengah pandemi Covid-19.

Hal itu selaras dengan harapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo RI ) pada generasi milenial mendukung pembangunan pertanian. Milenial harus  berani menjadi petani atau mendirikan startup pertanian.  

"Usaha pertanian itu paling pasti untuk dilakukan. Selain untuk ekonomi, bisa juga membuka lapangan kerja. Coba bandingkan dengan usaha tambang yang membutuhkan waktu 10 hingga 20 tahun barulah mendatangkan hasil. Kuncinya adalah ada kemauan dan pintar membaca peluang pasar," kata Mentan Syahrul.

Membaca peluang pasar merupakan hal esensial yang wajib hukumnya bagi seorang wirausahawan bila ingin sukses. Kelihaian membaca peluang pasar, baiknya dilakukan sejak memulai dan mengembangkan usaha hingga melakukan segmentasi pasar sebelum melakukan ekspansi pasar.

Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP]  Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa insan pertanian  harus bisa menguasai sistem dan jejaring produksi, utamanya dalam hal supply and demand.

“Insan pertanian tak terkecuali petani dan pengusaha pertanian harus menguasai supply and demand. Kita harus memastikan ketersediaan produk dan pintar membaca apa yang menjadi kebutuhan pasar. Permintaan dan penawaran akan berpengaruh pada fluktuasi harga," kata Dedi Nursyamsi melalui keterangan tertulis dari Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan BPPSDMP Kementan], Rabu [21/10]. 

Menurutnya, kerapkali terjadi over produksi sebuah produk pertanian lantaran supply and demand tak dikuasai dengan baik. Akibatnya terjadi kelebihan produk ketimbang permintaan pasar yang membuat harga terjun bebas.

Seruan Dedi Nursyamsi diamini oleh Andini Khaerunisa bahwa tingginya kesadaran masyarakat mengonsumsi berbagai makanan dan minuman, khususnya madu untuk meningkatkan imunitas tubuh di tengah pandemi menjadi peluang pasar dari usaha bisnis keempat alumni Unpad.

"Saat ini permintaan pasar akan madu dengan kualitas baik semakin besar. Ini peluang yang sangat sayang bila tidak di manfaatkan untuk membuka usaha", kata Andini.

Ditemui di lokasi penangkaran lebahnya, belum lama ini, Andini menceritakan awal usaha yang dirintis awal April 2020. "Bermodalkan bantuan dana Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian disingkat PWMP, pada 2020, kami merintis usaha budidaya lebah dan mengolah menjadi madu kemasan dengan label Madu Padjajaran." 

Keempat alumni Universitas Padjajaran ini fokus pada madu jenis Trigona, Malifera dan Dorsata. "Dalam waktu enam bulan, kami telah memiliki 47 startup dengan kapasitas produksi 14 kg per sekali panen. Pemasaran kami mengandalkan penjualan online melalui website, medsos selain menjual secara offline."

Berlokasi usaha di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang merupakan lokasi program YESS, para wirausahawan muda ini berharap akan ada pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka baik dari sisi produksi, paska produksi hingga pemasaran. 

"Kami bersyukur banyak program Kementan seperti PWMP dan YESS untuk membantu kami mengembangkan usaha di sektor pertanian. Tak hanya sekedar bantuan modal, kami pun mendapatkan pendampingan serta pelatihan untuk meningkatkan usaha kami," ungkap Andini.

Tasikmalaya of West Java [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.