Kuliah Umum ULM, Wamentan Harvick Ajak Milenial Kalsel Cintai Pertanian
Indonesia Binuang`s Agricultural Training Center Support Borneo Farmers
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Banjarmasin, Kalsel [B2B] - Pemerintah RI khususnya Kementrian Pertanian RI terus berupaya mengubah stigma tentang sektor pertanian, karena saat ini dan ke depan, pertanian Indonesia bergerak maju, mandiri dan modern bertumpu pada inovasi teknologi, mekanisasi dan teknologi informasi era 4.0.
Hal itu dikemukakan Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi pada Kuliah Umum di Universitas Lambung Mangkurat [ULM] di Banjarmasin, Kalimantan Selatan [Kalsel] pada Senin [24/10]. Sekitar 500 mahasiswa S1 maupun pascasarjana ULM yang hadir offline dan ada pula yang mengikuti via daring.
Wamentan Harvick memberi kuliah umum didampingi Rektor ULM Prof Ahmad dan Direktur Program Pascasarjana, Prof Ahmad Suriansyah serta sejumlah pejabat terkait di Kalsel di antaranya Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati.
"Pertanian Indonesia terus bergerak menuju modernisasi. Bajak sawah dikendalikan drone sudah ada. Mungkin belum banyak yang tahu, kita juga punya atase pertanian di Roma, Washington, Amsterdam, Tokyo dan beberapa negara lain. Kita upayakan dibuka lagi di beberapa negara untuk memajukan pertanian," katanya.
Upaya tersebut sejalan target Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa saat ini sektor pertanian memasuki era baru melalui pendekatan berbasis online dan kecerdasan buatan [artificial intelligence].
"Langkah intervensi pertanian baru harus dilakukan agar Indonesia benar-benar maju, mandiri, dan berdaulat. Di era sekarang start up dan robot construction sudah menjadi bagian pertanian. Dengan begitu, digital system menjadi pendekatan baru di masa depan," katanya.
Pendapat senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDM] Dedi Nursyamsi tentang pentingnya regenerasi petani bagi keberlanjutan pertanian yang lebih baik.
"Jumlah petani saat ini sekitar 33 juta orang, namun hanya 27 persen petani muda di antaranya yang terjun ke lapangan. Ini menjadi perhatian kita, karena bisa saja 10 tahun mendatang kita bisa krisis petani," katanya.
Kementan pun, kata Dedi Nursyamsi, sudah menargetkan pencetakan 2,5 juta petani milenial selama lima tahun ke depan untuk merealisasikan program jangka panjang pemerintah. Terkait hal ini, Kementan menggandeng sejumlah kementerian/lembaga dan perguruan tinggi.
Pada Kuliah Umum di ULM, Wamentan Harvick, mengingatkan tentang peran penting Kalsel sebagai ´pintu gerbang´ Ibu Kota Nusantara [IKN] di Kabupaten Penajam Paser Utara [PPU] di Provinsi Kalimantan Timur [Kaltim].
"Kunci majunya industri dan sektor pertanian, salah satunya adalah bagaimana produk pertanian bisa menjadi produk meja alias produk siap saji. Aspek hilirisasi, harusnya menjadi salah satu sasaran yang juga harus dipikirkan untuk memajukan pertanian," katanya.
Menurut Wamentan, pertanian di Indonesia dengan lahan begitu luas dan SDM yang terus berkembang memiliki peluang besar di sektor pertanian. Kalangan muda termasuk generasi milenial terus bertambah jumlahnya.
"Tahun 2020 ada sekitar 3 sampai 4 juta petani baru, Tahun 2021 meningkat lagi sampai 7 juta lebih," katanya.
Hal itu, menurut Harvick, berpengaruh pada perubahan signifikan SDM pertanian. Pada 2020, komposisi petani milenial 28% dan 72% petani kolotnial, sedangkan pada 2021 jumlah petani milenial melonjak menjadi 39%.
Menanggapi hal itu, Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati menegaskan komitmen Balai Besar Pelatihan Pertanian [BBPP] yang dipimpinnya selaku UPT Kementan untuk terus berupaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi petani milenial, seraya mengajak generasi milenial lainnya di pedesaan untuk ´back to agriculture´.
Menurutnya, belum lama ini sejumlah Widyaiswara BBPP Binuang dikerahkan untuk mengajak pelajar SMAN untuk mengenal pertanian dari Pelatihan Komposting, untuk membuat pupuk kompos di SMAN 1 Binuang di Kabupaten Tapin, Kalsel.
"Dari mengenal pembuatan kompos, kemudian beranjak pada pemanfaatannya, setelah faham bahwa pupuk organik dapat dibuat dari bahan baku di sekitar kita, maka pelajar SMAN faham bahwa bertani itu menarik dan tidaklah mahal apabila mau kerja keras dan sungguh-sungguh," kata Yulia AK.
Kegiatan yang dia inisiasi akan berlanjut pada Kabupaten Tapin maupun Kalsel dan ke seluruh Kalimantan. Diawali pengenalan sederhana seperti pelatihan komposting, untuk menggugah rasa ingin.
"Setelah dikerjakan bersama kawan-kawan sekelas, akan menggugah keinginan mereka berbuat lebih. Setelah agak serius, eh ternyatea produknya diminati orang lain berarti terbuka peluang pasar. Kenalkan mereka pada kepastian, bahwa ada cuan di balik itu. Mereka pun yakin, bahwa sektor pertanian tidak pernah ingkar janji," kata Yulia AK. [agus/timhumasbbppbinuang]
Banjarmasin of South Borneo [B2B] - The role of agricultural training in Indonesia such as the Agricultural Training Center of Indonesia Agriculture Ministry across the country so the ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of agricultural training, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through agricultural training, we connect farmers with technology and innovation so that BBPP meet their needs and are ready for new things," Limpo said.
