Hirilasi Pertanian, Kementan Dorong Petani Tabanan Tingkatkan Nilai Tambah
Indonesian Govt Support Farmer to Increase Agricultural Productivity
Reporter : Kemal Agus Praghotsa
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Tabanan, Bali [B2B] - Petani Tabanan di Provinsi Bali diajak dan didorong Kementerian Pertanian [Kementan] dan didukung Pemerintah Kabupaten [Pemkab] Tabanan untuk melakukan hilirisasi pertanian, agar dapat meningkatkan nilai jual hasil panen sehingga menambah pendapatan petani.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani sudah harus membuka diri terhadap ilmu dan pengetahuan baru, mengingat tuntutan luar biasa terhadap sektor pertanian sebagai penyedia kebutuhan pangan.
"Pertanian harus menyediakan pangan bagi masyarakat, juga harus memikirkan cara untuk meningkatkan pendapatan sehingga petani dituntut mampu mengelola pertanian dari hulu hingga hilir," kata Mentan Syahrul.
Penekanan tentang pentingnya hilirisasi pertanian juga dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi saat audiensi dengan Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya di Tabanan, Kamis [16/9].
"Petani tidak boleh hanya mengetahui cara tanam, panen, jual. Petani harus tahu lebih dari itu. Petani harus mengerti pertanian dari hulu sampai hilir," kata Dedi Nursyamsi.
Menurutnya, petani di Tabanan telah diarahkan untuk meningkatkan hilirisasi pertanian. Bahkan Bupati Tabanan sudah mengarahkan hilirisasi pertanian untuk meningkatkan nilai tambah. "Tentunya ini kabar baik."
Dedi Nursyamsi menambahkan, 70 sampai 80% masyarakat Tabanan hidup dari sektor pertanian, sehingga produktivitas harus ditingkatkan terutama padi, sayuran, kakao, manggis, salak dan lainnya.
"Produk pertanian Tabanan memang sudah tinggi hasilnya, karena tanah subur dan teknologi sudah maju namun tetap harus ditingkatkan. Selain memasok pasar Bali juga dikirim ke Jawa, Sulawesi bahkan ekspor ke mancanegara," kata Dedi.
Kendati begitu, dia berharap petani tidak menjual produk bahan mentah raw material, karena harga jual beli lebih rendah dari produk olahan hasil pertanian. Akibatnya, keuntungan yang didapat petani pun rendah.
"Kementan meminta Pemkab Tabanan terus mengarahkan petani menggarap hilirisasi agar keuntungan meningkat," kata Dedi.
Dia menguraikan tentang kakao, petani menjual dalam bentuk biji fermentasi senilai Rp40.000 hingga Rp 50.000 per kg, maka harus diupayakan agar petani mengolah biji menjadi serbuk kakao.
"Lebih baik lagi olah menjadi pasta untuk dijual, maka harga dan keuntungan petani meningkat," katanya.
Begitu pula manggis. Dedi menyarankan petani tidak langsung jual buah segar. “Arahkan agar manggis di-grading dulu lalu buat ekstrak manggis baru dijual, sehingga petani bisa mendapatkan nilai tambah yang menguntungkan”, tutup Dedi.
Tabanan of Bali [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.
