Kuasai TIK, Penyuluh Dorong Petani Atasi Kelindan Rantai Pasok
Indonesian Govt Recognizes Support of Extensionists for Agricultural Development
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Bogor, Jabar [B2B] - Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memungkinkan peningkatan produktivitas pertanian seraya menekan biaya produksi dan distribusi. Penyuluh era 4.0 harus menguasai TIK untuk mendampingi petani dapat memanfaatkan aplikasi online, misalnya informasi ketersediaan beras di pasar induk real time, sehingga petani dapat memangkas kelindan rantai pasok pangan.
Seruan tersebut dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Ciawi, Bogor pada ´Webinar Penyuluhan Peran TIK Mendukung Penyelenggaraan Penyuluhan´ yang digelar secara hibrid, Kamis [16/12]. Hadir Dosen Polbangtan Bogor, Momon Rusmono; Penyuluh dan Blogger Evrina Budi Astuti sebagai narasumber dan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan] selaku moderator.
"Kita ketahui, gabah harus diangkut ke pasar induk, tanpa diketahui kebutuhan real-nya. Aplikasi online secara real time mengetahui pasar induk mana yang kekurangan atau kelebihan beras, sehingga biaya distribusi dapat ditekan dan produktivitas terjaga," kata Dedi Nursyamsi saat membuka Webinar yang diinisiasi Pusluhtan BPPSDMP.
Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP] mengingatkan pentingnya TIK plus Internet of Things [IoT] bagi proses produksi dan produktivitas serta peningkatan kualitas produk pertanian. bisa ditingkatkan, sementara biaya produksi bisa ditekan secara maksimal sehingga keuntungan petani lebih besar.
Menurutnya, hal itu sejalan instruksi dan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo tentang peningkatan kemampuan penyuluh terhadap TIK di era Industri 4.0 dan Society 5.0. Tujuannya, untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian mengimplementasikan pertanian modern.
"Oleh karena itu, kita berharap penyuluh terus membekali diri dengan pengetahuan baru dan menambah kapasitas," kata Mentan Syahrul.
Peran penyuluh, katanya, akan terus diperkuat oleh Kementan untuk mendukung pengembangan sektor pertanian, lantaran perannya sangat vital mendampingi petani, untuk meningkatkan produktivitas dengan pengembangan produksi pertanian dari hulu hingga hilir.
"Penyuluh adalah garda terdepan pertanian, karena itu, penguatan harus terus dilakukan sekaligus memastikan produksi pertanian tidak berhenti," kata Mentan Syahrul.
Dedi Nursyamsi mengingatkan tentang kisah sukses Swasembada Pangan 1984, produktivitas beras naik dua kali lipat dari 2,6 ton ke 5,6 ton per hektar, padahal kondisinya belum seperti sekarang. Dekade 80-an belum ada ponsel dan internet, begitu pula inovasi teknologi.
Berbeda dengan kondisi saat ini, potensi hasil varietas unggul baru (VUB) minimal 5 ton per hektar, TIK kian mudah, namun selama 10 tahun terakhir rata-rata produktivitas nasional cenderung mandeg di kisaran 5,2 ton per hektar.
"Artinya, yang harus digenjot adalah SDM-nya sebagai penembak jitunya, yang harus menguasai amunisi dan senjata. Saat ini amunisi yang paling menggenjot produktivitas adalah TIK didukung penembak jitu yang mumpuni yaitu penyuluh," kata Dedi Nursyamsi.
Tampak hadir dalam webinar secara tatap muka dan online para penyuluh pusat dan daerah, kepala dinas pertanian. Hadir di PPMKP Ciawi sejumlah pejabat BPPSDMP Kementan di antaranya Koordinator Kelompok Perencanaan, Dewi Darmayanti; Koordinator Kelompok Evaluasi dan Perencanaan [Evalap] Septalina Pradini; Koordinator Kelompok Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan - Pusluhtan, I Wayan Ediana; dan Koordinator Kelompok Program dan Kerjasama, Zuroqi Mubarok.
Bogor of West Java [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.
