Petani Milenial, Mentan: Pasukan Khusus Atasi Ancaman Pangan Global

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s Agriculture Ministry

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Petani Milenial, Mentan: Pasukan Khusus Atasi Ancaman Pangan Global
BPPSDMP KEMENTAN: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberi sambutan dalam acara pembukaan Sarasehan Petani Millenial II yang dihadiri 800 petani millenial yang berasal dari wilayah timur Indonesia. (Foto: Kementan)

Makassar, Sulsel [B2B] - Kementerian Pertanian  telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian yaitu mewujudkan Pertanian Maju, Mandiri, Modern. Arah kebijakan ini menjadi pedoman Kementan untuk bertindak cerdas, tepat, dan cepat dalam rangka meningkatkan kinerja yang lebih baik pada tahun 2022.

Berbagai penghargaan dan apresiasi diberikan untuk Pemerintah Indonesia atas keberhasilannya lepas dari cengkraman Covid-19 serta ancaman kelangkaan pangan.

Baru-baru ini Indonesia mendapatkan penghargaan Certificate of Acknowledgement dari Institut Penelitian Padi Internasional [IRRI] atas keberhasilannya dalam mencapai swasembada beras. 

Prestasi ini tidak lepas dari upaya dan kerja keras semua pihak terutama para petani, dan seluruh stakeholder terkait untuk terus meningkatkan produksi beras, sehingga sudah tiga tahun lamanya sejak 2019, Indonesia tidak perlu mengimpor lagi beras.

“Saudara-Saudara sekalian, ancaman krisis pangan nyata, kita harus segera bertindak. Petani Milenial harus mampu menjadi pelopor Pembangunan Pertanian Perdesaan dalam meningkatkan produktifitas dan daya saing produk pertanian, menciptakan lapangan kerja perdesaan, serta meningkatkan kesejahteraan petani perdesaan," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Menurut Mentan, petani milenial adalah pasukan khusus dalam mengatasi krisis pangan global.

Mentan pun menyempatkan diri untuk berdiskusi langsung tak hanya dengan petani millenial yang hadir pada acara Sarasehan Petani Millenial II di Claro Hotel Makassar, tetapi juga dengan petani millenial yang tergabung secara online. 

Petani milenial yang berdiskusi langsung dengan Mentan Syahrul adalah Ais dan Ika yang merupakan pengusaha cabai Katokkon asal Toraja dengan omset diatas 1,3 M per sekali panen, serta Ade Wardana  dari Minaku yang telah menjadi offtaker bagi petani millenial lainnya. Ketika ditanya omset Ade mengatakan dari sektor pertanian mampu mencapai omset 2,3 trilyun.

Diakhir arahannya, Mentan Syahrul berharap agar forum diskusi program petani milenial yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan ini, harus mampu menghasilkan strategi penumbuhan usaha, jejaring pasar, pertukaran teknologi dan inovasi, serta mitigasi perubahan iklim global.

“Kalian harus siap atasi ketakutan, berani akses pemodalan dengan bertanggung jawab.  Bangun kelompok, tingkatkan jejaring serta fokus pada usaha. Ubah orientasi usahamu dengan orientasi bisnis”, pesan Mentan dihadapan lebih dari 800 petani millenial yang berasal dari wilayah timur Indonesia pada pembukaan Sarasehan Petani Millenial kedua tahun 2022 [7/10].

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menjelaskan Sarasehan Petani Milenial II pada Tahun 2022 akan dilaksanakan selama tiga hari, yaitu 6 Oktober sampai dengan 8 Oktober 2022 ini menghadirkan petani milenial dari wilayah Bali, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku, Papua dan Papua Barat.

“Kami tidak berdiam diri, upaya dan dukungan terus dilakukan untuk meningkatkan regenerasi petani di Indonesia. Salah satunya adalah bekerjasama dengan perbankan, Kementan membuka akses pembiayaan untuk mendorong meningkatkan kapasitas usaha melalui Program Petani Milenial Akses Kredit Usaha Rakyat [TANI AKUR] dengan bunga yang terjangkau.

Dedi mengatakan bahwa Kementan melalui BPPSDMP telah melaksanakan penandatangan kerjasama dengan lembaga pembiayaan usaha tani petani milenial antara lain BCA, Bukopin, Sinarmas, BPD Kalimantan Barat, BPD Papua, PT. PNM, PT. Era Tani, Kospin Jasa dan BPD Jawa Tengah.

Pada kegiatan ini juga akan dilaksanakan program Business Matching antara Petani Milenial dengan Dunia Usaha/Industri, yang berbasis Cluster Komoditas Prioritas Nasional.

“Business Matching adalah upaya membangun kepastian pasar, bahan baku agro industri, peningkatan ekspor komoditas, memperkuat ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani yang berkelanjutan”, tambah Dedi.

Sebagai bukti sektor pertanian menjanjikan bagi generasi millenial,  Sandi Octa Susila selaku  pengusaha pertanian millenial asal Cianjur yang juga Ketua Badan Pengurus Harian [BPH] Duta Petani Millenial/ Duta Petani Andalan [DPM/DPA] Kementan RI mengatakan bahwa tak salah memilih sektor pertanian menjadi profesi. 

“Ketertarikan saya pada pertanian tumbuh karena saya menemukan permasalahan petani bukan hanya produksi tetapi juga pemasaran. Maka saya coba kembangkan pertanian ini dalam skala modern market, bukan lagi traditional market. Alhamdulillah lebih dari 350 petani millenial binaan telah bergabung dalam usaha yang kami kembangkan,” ujar Sandi.

Makassar of South Sulawesi [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.