Aplikasi iMACE, Barantan Targetkan 1.000 Desa GratiEks

Indonesian Govt Encourage Agricultural Exporters to Increase Volume Export

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Aplikasi iMACE, Barantan Targetkan 1.000 Desa GratiEks
EKSPOR PERTANIAN: Kepala Badan Karantina Pertanian [Barantan] Ali Jamil [pegang mik] hadir sebagai keynote speech webinar [Foto: Forwatan]

Jakarta [B2B] - Pemerintah RI meluncurkan aplikasi Indonesian Map of Agriculture Commodities Export [iMACE] untuk mendukung eksportir mengetahui potensi komoditas dan pemerintah daerah menyusun kebijakan ekspor. Kementerian Pertanian RI menargetkan 1.000 Desa GratiEks dari pengembangan 10 komoditas ungulan.

Kepala Badan Karantina Pertanian [Barantan] Ali Jamil mengatakan aplikasi iMACE bertujuan memudahkan pemerintah daerah [Pemda] menyusun kebijakan ekspor, pembinaan petani sekaligus mendukung eksportir mengetahui komoditas unggulan di tiap daerah demi mendorong Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat [GratiEks].

"Pemerintah pusat terutama Kementan menegaskan kepada kepala daerah, bahwa tidak ada kabupaten dan kota yang tidak memiliki komoditas ekspor. Mengingat Indonesia memiliki lebih 600 komoditas pertanian yang layak ekspor," kata Ali Jamil di Jakarta, Selasa [24/11] pada seminar online [Webinar] bertajuk ´Ekspor Pertanian: Strategi dan Peluang.´

Selain Ali Jamil, Webinar menghadirkan keynote speech Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB University), Dr Sahara dan Ricky, eksportir tanaman hias.

Dia mengingatkan instruksi dan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo agar Pemda mendukung dan mendorong program GratiEks. Utamanya, melalui kemudahan regulasi, acuannya ekspor komoditas pertanian tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 dan bayang-bayang krisis ekonomi dunia.

"Kegiatan ekspor seharusnya mendapat karpet merah melalui regulasi yang disederhanakan. Kita harus permudah ekspor, tapi tidak melanggar ketentuan perdagangan dunia," kata Ali Jamil pada Webinar yang diinisiasi Forum Wartawan Pertanian [Forwatan].

Menurutnya, keberpihakan peran Pemda melalui kepala daerah mulai dari gubernur hingga bupati dan walikota sangat penting dalam regulasi mempermudah ekspor, aplikasi iMACE diluncurkan untuk mendukung hal itu.

“Guna mendorong devisa dari desa, Barantan telah mmebuat program Desa Gratieks. Targetnya 1.000 desa Gratieks dengan 10 komoditas unggulan di seluruh Indonesia," kata Ali Jamil.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan 10 komoditas unggulan ekspor yakni kopi, kelapa, lada dan kakao/mete untuk subsektor perkebunan, sarang burung walet dari [peternakan], porang [tanaman pangan dan manggis serta kubis/wortel [hortikultura].

"Sementara komoditas emerging adalah asam jawa, kunyit, mengkudu, lengkuas, gula merah, pandan, kelor, madu, sorgum, porang dan kacang hijau. Khusus porang, di Jawa Timur sudah ada investor yang membangun pabrik untuk membuat olahan pangan berbahan baku porang," kata Ali Jamil.

Dr Sahara dari IPB menyatakan optimistis pada ekspor pertanian yang diyakininya tumbuh positif. Pasalnya, neraca perdagangan non migas, khususnya pertanian pada Januari - September 2020 sebagai yang tertinggi dari sektor lain dengan raihan devisa US$18,163 juta sementara neraca perdagangan migas menelan pil pahit alias minus US$4,696 juta.

“Krisis ekonomi 2008 maupun pandemi, pertanian terus tumbuh. Meskipun Covid-19, produk pertanian tetap dibutuhkan masyarakat. Pertumbuhan produk pertanian positif, begitu pula ekspor khususnya dari cengkeh, karet alam, kopi, kakao, serta minyak sawit," katanya.

Kendati begitu, Dr Sahara mengingatkan faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas pertanian terutama biaya logistik. Komoditasnya berasal dari desa, sementara konsumennya di mancanegara maka harus melalui rantai distribusi sangat panjang maka dibutuhkan dukungan infrastruktur dan perijinan untuk mendukung ekspor.

"Negara tujuan sangat concern pada traceability atau blockchain, hal itu menyangkut food safety, isu lingkungan, kesejahteraan hewan dan tenaga kerja. Jangan abai pada hambatan nontarif yang meningkat sebagai substitusi dari tarif," katanya lagi.

Jakarta [B2B] - The movement of Indonesian agricultural commodity exports must begin with the presence of exporters among the people, at the same time opening up employment opportunities widely, by increasing the movement three times exports [GratiEks] so GratiEks became part of the people´s movement to show that Indonesia is a strong country in the agricultural sector, according to senior official of the Indonesian Agriculture Ministry.