Kementan: Pembangunan SDM Penting untuk Jaga Ketahanan Pangan

Indonesian Govt Encourages of Farmers Regeneration through the Education

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kementan: Pembangunan SDM Penting untuk Jaga Ketahanan Pangan
WEBINAR: Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa Kementan juga mendorong regenerasi petani dengan menghadirkan petani milenial untuk mendukung ketahanan pangan nasional.[Foto: BPPSDMP]

Jakarta [B2B] - Kementerian Pertanian RI khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] menegaskan peran vital pembangunan SDM untuk menjaga ketahanan pangan nasional sekaligus stabilitas nasional.

"Tujuan pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan untuk 267 juta rakyat. Hal itu dapat terwujud dengan meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan ekspor," kata Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Jakarta, Sabtu pagi [18/7].

Tujuannya untuk meningkatkan produktifitas, kualitas, dan kontinyuitas, garda terdepan adalah Kostratani, yang merupakan pusat kegiatan pembangunan pertanian di tingkat kecamatan. Sesuai peran Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani] yang merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] dalam pemanfaatan teknologi informasi (IT) untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

“Kostratani dapat berperan sebagai pusat data dan informasi, pusat gerakan pembangunan pertanian, pusat pembelajaran, pusat pengembangan jejaring kemitraan, pusat konsultasi agribisnis," kata Dedi pada Webinar Nasional Agriculture Extension Planning of Some Innovation 2020 [Agrixplosion], yang digelar oleh Fakultas Pertanian - Universitas Sebelas Maret [UNS] melalui aplikasi Zoom Meeting.

Selain memaksimalkan peran Kostratani, katanya, Kementan juga mendorong regenerasi petani dengan menghadirkan petani milenial untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

“Jumlah petani di Indonesia saat ini sekitar 33 juta, mayoritas kategori usia tua, apabila tidak melakukan regenerasi, kita bisa kekurangan petani dalam lima  hingga 10 tahun mendatang, oleh karena itu Kementan berupaya menghadirkan petani milenial sebagai bagian dari regenerasi," kata Dedi Nursyamsi.

Kriteria
Pada Webinar UNS tersebut, diuraikan tentang kriteria petani milenial adalah usia muda atau di bawah 39 tahun, level pendidikan minimal SMA, adaptif dan inovatif serta dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komputasi, kreatif dan mampu memanfaatkan teknologi dan alat mesin pertanian (Alsintan).

Menurut Dedi, Kementan juga mendukung peningkatan kapasitas pemuda pedesaan di bidang pertanian; pengembangan wirausahawan muda pedesaan; fasilitasi akses modal; pendidikan vokasi; pelatihan vokasi; bimbingan teknis [Bimtek]; demo tanam [Demplot]; pemberian insentif; Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian [PWMP]; Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya [P4S]; dan program ke negara yang pertaniannya maju seperti Jepang.

Dia menambahkan SDM pertanian berkualitas sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan, apalagi di pandemi Covid-19, negara-negara eksportir pangan menahan diri karena mengutamakan kebutuhah dalam negeri masing-masing.

Wakil Rektor UNS Ahmad Yunus menyatakan sependapat akan hal itu, karena saat ini sulit mengimpor pangan lantaran negara lain pun menjaga produk pangannya.

"Karena itu dibutuhkan SDM berkualitas untuk meningkatkan pangan dalam negeri agar ketahanan pangan bisa terpenuhi,” katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan akibat Covid-19, terjadi gangguan suplai pangan, penurunan permintaan produk pertanian, ancaman krisis pangan, dan restriksi ekspor pangan global maka pemerintah menghadirkan kebijakan pangan nasional.

Kebijakan tersebut, katanya, adalah perhitungan cermat dalam upaya memenuhi ketersediaan bahan pokok setiap daerah di tengah pandemi Covid-19, manajemen distribusi yang baik, daerah yang surplus komoditas tertentu dapat mendistribusikan ke daerah minus.

Kemudian mengantisipasi kemungkinan kemarau panjang pada 2020 dengan menjaga ketersediaan beras nasional, dan pogram stimulus ekonomi turut menjangkau petani.

Jakarta [B2B] - Indonesian government stated the interest of young people working in agriculture declined drastically because of stigma negative about jobs as farmers, while most agricultural graduate tend to work outside the agricultural sector, according to senior official of the agriculture ministry.