Pemerintah Apresiasi BPPSDMP Kementan Dorong Pengembangan Herbal di BBPP Ketindan

Indonesian Govt Appreciate AAEHRD Support Herbal Products Development

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Pemerintah Apresiasi BPPSDMP Kementan Dorong Pengembangan Herbal di BBPP Ketindan
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Kementan, Widi Hardjono (inset kiri) dan menyematkan tanda peserta pelatihan didampingi pejabat Kementerian Sekretariat Negara, M Fahrurozi (inset kanan) Foto2: Humas BBPP Ketindan)

Malang, Jawa Timur (B2B) - Dalam beberapa tahun terakhir kian banyak penduduk di negara maju memilih pengobatan dengan herbal seiring meningkatnya biaya kesehatan, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hampir 80% warga dunia memilih herbal sebagai sumber kesehatan utama karena harganya lebih terjangkau ketimbang membeli obat-obatan yang dihasilkan industri farmasi karena harganya mahal.

"Meningkatnya penggunaan herbal lantaran setengah populasi dunia atau sekitar tiga miliar orang hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari dua dolar per hari, tentu mereka kesulitan untuk membeli obat-obatan," Kepala Bagian Kerjasama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular pada Kementerian Sekretariat Negara, Mukhammad Fahrurozi di Malang, Jawa Timur pekan lalu.

Pejabat dari Kementerian Sektretariat Negara RI ini hadir pada pembukaan ´Pelatihan Pasca Panen dan Pengolahan Tanaman Obat (Herbal)´ bagi 20 peserta dari enam negara anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang akan berlangsung hingga 17 September mendatang.

Tampak hadir Kepala Pusat Pelatihan Pertanian pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Widi Hardjono, dan pejabat yang mewakili Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Adang Warya yang berhalangan hadir.

"Atas nama pemerintah dalam hal ini Kementerian Sekretariat Negara RI, kami mengapresiasi dukungan BPPSDMP Kementan dan BBPP Ketindan pada program pelatihan bagi 20 peserta dari enam negara ASEAN," kata Fahrurozi pada kata sambutan dalam bahasa Inggris.

Ke-20 peserta pelatihan berasal dari Filipina, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, dan kegiatan pelatihan merupakan bagian  dari program Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular pada Kelompok Kerja Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian ASEAN (AWGATE) dan BBPP Ketindan ditunjuk BPPSDMP Kementan sebagai penyelanggara pelatihan.

"Atas nama pemerintah, kami menyambut gembira sambutan positif pada 20 peserta dari negara anggota ASEAN untuk mengikuti pelatihan di BBPP Ketindan," katanya lagi.

BPPSDMP Kementan
Kapuslat Pertanian BBPPSDMP Kementan, Widi Hardjono mengatakan sebagai lembaga pelatihan maka BBPP Ketindan telah berperan penting mengembangkan pengetahuan dan keterampilan teknis tentang budidaya dan pengolahan herbal.

"Produksi dan pengolahan tanaman herbal dapat dilakukan baik di rumah dalam skala kecil atau diproduksi secara massal di pabrik. Namun, setiap langkah pengolahan harus memenuhi standar ketat, dan ini menjadi pertimbangan utama yang harus dipenuhi oleh tanaman obat," kata Widi Hardjono dalam sambutannya mewakili Kepala BPPSDMP Kementan, Pending Dadih Permana yang berhalangan hadir, karena mendampingi rapat kerja Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dengan Komisi IV DPR pada hari yang sama.

Dia menambahkan, sebagai negara berkembang dengan kegiatan ekonomi dasar yang bergerak di sektor pertanian, Indonesia telah mengambil inisiatif untuk mengembangkan kerjasama bilateral dan multilateral dengan menawarkan pelatihan dan lokakarya sebagai program peningkatan kapasitas untuk memperkuat pembangunan pertanian ke negara-negara berkembang lainnya.

"Kepada seluruh peserta pelatihan, saya berharap Anda semua dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi dan kegiatan lapangan di bidang produksi dan pengolahan herbal sehingga dapat menjadi masukan bagi narasumber dan fasilititator, dan menjadi masukan dan informasi di antara para peserta. Berbagi pengetahuan merupakan ciri khas utama program ini sehingga berguna bagi peserta setelah kembali ke negara masing-masing," kata Widi Hardjono.

Malang, East Java (B2B) - In recent years, many people living in industrialized countries have begin taking a second look at herbal medicine due to the rising cost of medicine and healthcare in their own countries. and the WHO has indicated that as many as 80% of all people living in the world make use of herbal medicine in their main source of healthcare, according to Indonesian senior official.

"Because half the world’s population or roughly three  billion people live on less than two dollars per day, it is next to impossible for them to buy even basic medicine," said the Head of Technical of Cooperation South-South Cooperation and Triangular in Ministry of State Secretariat,
Mukhammad Fahrurozi here last week.

Mr Fahrurozi as the senior official of the Indonesian State Secretariat Ministry attended to opened Asean Training Course on Post-Harvest and Processing Technology of Herbal Products to 20 participants from six ASEAN countries in Malang of East Java Province on September 4 to 17.

It was attended Director of Bureau for Agricultural Training, Widi Hardjono of the Agency for Agricultural Extension and Human Resources Development (AAEHRD) of Agriculture Ministry and and official represent of the Head of Ketindan Agricultural Training Cente (BBPP Ketindan), Adang Warya who was unable to attend.

"On this occasion on behalf of the ministry, I would like to extend my highly appreciation to the Agency for Agricultural Extension and Human Resources Development, Agriculture Ministry for its strong support and keen interest in this training program," Mr Fahrurozi said in his opening remark in English.

20 trainees from the Philippines, Indonesia, Cambodia, Malaysia, Thailand, and Vietnam, and the training program is part of South-South Cooperation and Triangular under ASEAN Working Group on Agricultural Training and Extension (AWGATE) as a strong commitment of the Indonesian Government through Agriculture Ministry that is implemented at the BBPP Ketindan.

"On behalf of the Indonesian Government, let me extend to twenty participants from ASEAN countries a warm welcome to Malang, Indonesia," he said.

Indonesia´s AAEHRD
Director of Bureau for Agricultural Training, Widi Hardjono
said as a training institution, BBPP Ketindan has been taking efforts to spread knowledge and skill of best practice on cultivation and processing of herb.

"The production and processing of herb plants can be done either in home-scale or manufactured in big factory. However, every step of processing should fulfill standard requirements, and this considered as the most important requirement," he said quoted of opening remark by the Head of AAEHRD Pending Dadih Permana who was unable to attend because he was with Minister Andi Amran Sulaiman in Jakarta for working meeting in House of Representatives.

He added that as a developing country whose basic economy activity engaged in agricultural sector, Indonesia has taken an initiative to develop both a bilateral and a multi-lateral cooperation by offering some training and workshop as capacity building programs for strengthening the agricultural development to other developing countries.

"To all participants, I hope that you will actively participate in the discussions. Your learning experience in the field of production and processing of herb will be enhanced not only by the inputs from resource persons and facilitators but also by sharing views and information among yourselves. This knowledge sharing is one of the distinctive features of this programs which past participants have consistently pointed out in their evaluation as unique and extremely useful," Mr Hardjono said.