28 Juli - 1 Agustus, Kementan Gelar `Pelatihan Sejuta Penyuluh dan Petani`
Indonesian`s Agriculture Ministry will Conducts a Million Farmer Training
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Jakarta [B2B] - Merujuk pada kebangkitan Jepang pasca Perang Dunia II dan Swasembada Beras Indonesia 1984, Kementerian Pertanian khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] mengajak dan memotivitasi insan pertanian seluruh Indonesia mengikuti ´Pelatihan Sejuta Penyuluh dan Petani´ selama lima hari, 28 Juli hingga 1 Agustus 2021.
Pelatihan akan berlangsung secara virtual [online] dan tatap muka [offline] dengan mematuhi secara ketat Protokol Kesehatan [Prokes] mengacu pada tekad dan komitmen Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM pertanian adalah kunci sukses peningkatan produktivitas.
"Selain SDM pertanian berkualitas, jumlah mereka juga harus diperbanyak. Tujuannya, akselerasi pencapaian target berbasis standardisasi tinggi, dengan begitu, kuota ekspor pertanian Indonesia akan terus naik," kata Mentan Syahrul seperti dikutip Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Jakarta, Kamis [15/7] saat membuka secara virtual Bertani On Cloud.
Dedi Nursyamsi pada sosialisasi pelatihan secara virtual mengingatkan sektor pertanian dapat berkembang, maka sebelum membangun sarana prasarana dan alat mesin pertanian [Alsintan], tingkatkan dahulu kapasitas petani dan penyuluh selaku SDM pertanian, pengungkit utama produktivitas pertanian.
Jepang membuktikannya, kata Dedi, tentang pentingnya kualitas SDM. Setelah kalah Perang Dunia [PD II] ditandai bertekuk lutut pada Sekutu, 8 Agustus 1945, mendiang Kaisar Hirohito memilih menemui guru [sensei] di seantero negeri Sakura - bukan insinyur maupun serdadu - untuk mendidik generasi muda agar Jepang segera bangkit. Terbukti, inovasi teknologi membuat Jepang bangkit, mengimbangi dominasi teknologi Barat.
"Faktor utama pengungkit produktivitas pertanian adalah SDM pertanian. Kontribusi terbesar setelah benih, pupuk, sarana prasarana dan alsintan," kata Dedi pada kegiatan sosialisasi yang dihadiri Kepala Pusat Pelatihan Pertanian [Puslatan] Leli Nuryati dan Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian [Pusdatin] Roby Darmawan.
Dedi Nursyamsi pun merujuk pada pencapaian Swasembada Beras 1984 yang diakui Badan Pangan Dunia [FAO] melalui penghargaan pada Presiden Soeharto, setelah berhasil membalik posisi Indonesia dari pengimpor beras pada dekade 70an menjadi negara mandiri pangan, bahkan membantu Ethiopia yang dilanda kelaparan karena paceklik tiap kali musim kemarau.
Penentu sukses Swasembada Beras 1984 adalah Panca Usaha Tani. Program pertanian terstruktur, sistematis dan masif [TSM] yang diusung Presiden Soeharto. Tujuannya, menggerakkan seluruh potensi meningkatkan produksi beras melalui kebijakan Bimbingan Massal [Bimas] dan Intensifikasi Massal [Inmas].
"Targetnya, menekan impor beras lantaran Indonesia merupakan pengimpor beras terbesar saat itu. Pak Harto turun langsung memimpin," kata Dedi Nursyamsi.
Menurutnya, saat itu gubernur hingga ketua RT turut bekerja keras. Koran, radio dan televisi tiap hari memberitakan progress Panca Usaha Tani melalui program Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa [Kelompencapir].
"Tentunya, saat ini kegiatan Bimas dan Inmas akan lebih mudah karena dukungan teknologi informasi dan mekanisasi pertanian. Sekarang ada AWR [Agriculture War Room] dan hampir semua petani dan penyuluh punya smartphone Android jadi lebih mudah," kata Dedi.
Dia menambahkan kalau pertanian ingin bangkit maka penyuluhan, pelatihan dan pendidikan harus digenjot maksimal. Saat ini kita punya AOR, punya ruang virtual, Kostratani bahkan perangkat Android. "Fasilitas sekarang lebih canggih daripada sebelumnya."
Kepala Puslatan Leli Nuryati mengajak petani dan penyuluh mulai mendaftar secara online, untuk mendapat pengetahuan yang mendasar seperti kesuburan tanah, karena peningkatan produktivitas ditentukan pengelolaan kesuburan tanah agar dapat berkelanjutan.
“Petani dan penyuluh dapat mengikuti pelatihan di BPP [balai pelatihan pertanian] masing-masing, dengan mematuhi Prokes maka pelatihan secara tiga gelombang. Posluhdes, Saung Tani, bahkan P4S diharapkan bisa menjadi tempat latihan," katanya.
Kepala Pusdatin Roby Darmawan mengajak petani dan penyuluh mendaftar via latihanonline.pertanian.go.id/registrasi/ dan latihanonline.pertanian.go.id/registrasi/petani.
”Pendaftaran pelatihan menggunakan NIK [Nomor Induk Kependudukan] yang sudah terdaftar di aplikasi Simluhtan," katanya.
Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.