Petani Milenial, Dispusida Jabar Jajaki Kerjasama dengan Kementan

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Petani Milenial, Dispusida Jabar Jajaki Kerjasama dengan Kementan
KOORDINASI VIRTUAL: Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi didampingi Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah dan Kapusluh Leli Nuryati [kanan atas] mengikuti Brainstorming Virtual dengan Kepala Dispusida Jabar, Ahmad Hadadi [Foto: BPPSDMP]

Jakarta [B2B] - Kementerian Pertanian RI digandeng Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah [Dispusida] Jawa Barat dalam upaya mencetak petani milenial, melalui perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan untuk mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat berbasis literasi.

"Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan yang mampu mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat. Pusat pemberdayaan masyarakat mengembangkan potensi berbasis literasi serta pusat kebudayaan untuk memajukan dan melestarikan budaya," kata Kepala Dispusida Jabar, Ahmad Hadadi pada brainstorming virtual bertajuk ´Penjajakan Kerja Sama Optimalisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial", Selasa [27/4].

Menurutnya, saat ini Dispusida Jabar bertransformasi berbasis inklusi sosial, fokus mendapatkan akses bahan bacaan, sehingga perpustakaan hadir membangkitkan literasi masyarakat mengingat salah satu tanggung jawab Dispusida mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

"Kami bertanggungjawab akan hadirnya perpustakaan di tengah masyarakat dalam rangka pemulihan ekonomi, khususnya dalam ketahanan pangan dan menciptakan petani milenial," kata Ahmad Hadadi.

Menurutnya, networking dijalin dengan perpustakaan di seluruh Jabar, termasuk mendorong hadir perpustakaan digital. "Kami akan membenahi diri. Kami tengah mengumpulkan bahan buku yang kontennya pertanian. Tak hanya tanaman pangan juga peternakan, kelautan, perkebunan dan kehutanan dan hadir di desa."

Akses ke daerah terpencil di Jabar pun telah disiapkan melalui sepeda motor roda tiga agar masyarakat di pedesaan tetap bisa mengakses ilmu pengetahuan secara aktif. 

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Kementan, Dedi Nursyamsi dalam kesempatan yang sama menyambut gembira gagasan Dispusida Jabar. 

"Tentu saya sangat setuju ditindaklanjuti kerja sama kita ini. MoU sudah dijalin antara Menteri Pertanian dengan Gubernur Jabar. Nanti PKS-nya bisa kita eksekusi bersama. Bahan literasinya kami siap," kata Dedi Nursyamsi yang didampingi Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah.

Dia menilai, Dispusida Jabar dan BPPSDMP memiliki tujuan yang sama, menciptakan SDM profesional, mandiri, berdaya saing dan berjiwa enterpreneur. "Kami ruang lingkupnya pertanian, Dispusida Jabar seluruhnya. Kalau kita kerja sama, tenaga dan energi kita berlipat-lipat. Output-nya sangat signifikan," tegas Dedi.

Dia pun memaparkan program BPPSDMP Kementan yang sejalan dengan Dispusida Jabar, khususnya warning Badan Pangan Dunia [FAO] dan Organisasi Kesehatan Dunia [WHO] sudah memperingatkan kepada negara-negara di dunia agar waspada terhadap pasca pandemi. 

"Beberapa negara di Asia Tenggara akan mengalami krisis pangan yang disebabkan kemarau, kebanjiran dan lainnya. Kita harus antisipasi untuk menghadapi situasi sulit setelah Covid-19," kata Dedi Nursyamsi.

Dalam konteks pertanian di Indonesia, yang terjadi justru sebaliknya dari diprediksi FAO dan WHO. Anomali itu berupa terus bergerak positifnya sektor pertanian meski di masa pandemi Covid-19. 

"Saat Covid-19 ternyata PDB sektor pertanian tumbuh positif. PDB nasional minus 4,19 persen. Sementara PDB pertanian 16,24 persen positif. Sektor lain terpuruk lebih dari 20 persen. Ini menunjukkan, saat terjadinya pandemi, pertanian berhasil meningkatkan produksi," ujar Dedi.

Begitu pula dengan ekspor komoditas pangan tumbuh cukup baik. Jika pada 2019, nilai impor pertanian mencapai Rp390,16 triliun, maka pada 2020 nilainya melonjak ke Rp450,79 triliun pada Januari hingga Desember 2019 dan 2020. 91 persen lebih ekspor dari sektor perkebunan. Nilai Tukar Petani [NTP] sebagai indikator kesejahteraan petani juga naik. 

"NTP kita naik 0,38 persen. NTP Desember 2020 sekitar 103,25 dibanding NTP 2020 November sebesar 102,86. Nilai Tukar Usaha Petanian atau NTUP Desember 2020 sebesar 104,00 atau naik 0,68 persen," urai dia. 

Salah satu program yang tengah digenjot, meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, pertanian rendah biaya, mekanisasi dan riset, dan ekspansi pertanian.

Langkah pertama, dalam upaya peningkatan kapasitas produksi, salah satunya dengan pengembangan lahan rawa di Kalteng seluas 164.598 hektar serta perluasan areal tanam baru 250.000 hektar.

 Langkah kedua, diversifikasi pangan lokal. Ketiga, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Keempat, pengembangan pertanian modern dan terakhir gerakan tiga kali ekspor. 

Kelima, Kementan memiliki program ketahanan pangan seperti Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya [P4S] akan menghasilkan SDM pertanian profesional, berdaya saing dan enterpreneur. P4S menjadi penggerak pengusaha pertanian milenial, penumbuhkembangan pengusaha pertanian serta magang dan pendampingan. 

Program magang petani milenial ke mancanegara seperti Jepang, Australia, Thailand, Taiwan dan Belanda. Ada pula Pertanian Masuk Sekolah (PMS). "Anak-anak kita harus dibekali ilmu pertanian, lalu program Family Farming dan Urban Farming serta program lainnya yang bisa dikerjasamakan." (Cha)

Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to Indonesian Agriculture Minister, Syahrul Yasin Limpo here on Monday [April 27].