Ulus Pirnawan, DPA Bandung Barat Dukung Program Ekspor Kementan

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Reporter : Kemal Agus Praghotsa
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Ulus Pirnawan, DPA Bandung Barat Dukung Program Ekspor Kementan
HORTIKULTURA: Ulus Pirnawan, petani milenial asal Bandung Barat, Jabar dikukuhkan sebagai Duta Petani Andalan [DPA] oleh Kementan atas komitmennya mengembangkan produk hortikulturra dan mendukung ekspor [Foto: BPPSDMP]

Jakarta [B2B] - Upaya Kementerian Pertanian RI menghadirkan petani milenial mulai membuahkan hasil, salah satunya Ulus Pirnawan. Sosok Duta Petani Andalan [DPA] dari Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat mendukung peningkatan ekspor komoditas pertanian dengan produk utama buncis, selada air dan pokcay ke Singapura.

“Saya sangat setuju dengan program ekspor, karena kita punya peluang memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Meski ada pandemi Covid-19, produk pertanian kita sampai hari ini tetap resisten dan dibutuhkan banyak orang,” kata Ulus Pirnawan, DPA Kementan yang juga memimpin Gabungan Kelompok Tani [Gapoktan] Wargi Panggupai di Provinsi Jawa Barat.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa sektor pertanian merupakan solusi pasti bagi ekonomi rakyat. Pasalnya, saat ini pertanian menjadi satu-satunya sektor yang tetap berjalan, bahkan mengalami meningkatan produksi secara signifikan.

"Pertanian selama ini adalah sektor yang paling tangguh. Pada 2020, pertanian mengalami pertumbuhan 1,75 persen sedangkan pada triwulan pertama 2021, juga tumbuh positif, 2,95 persen,” katanya di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, usai mendampingi Presiden RI Joko Widodo meluncurkan secara virtual Merdeka Ekspor dari Istana Bogor, Jabar pada Sabtu [14/8].

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor sektor pertanian pada Januari - Februari 2021 mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,81% secara tahunan, sementara Februari 2021 tumbuh 3,16%.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan salah satu upaya BPPSDMP mendukung pertumbuhan ekonomi nasional adalah mengembangkan 2,5 juta petani milenial di seluruh Indonesia. 

"Mereka tergolong unggul, usia rata-rata di bawah 40 tahun, sebagai tumpuan masa depan pertanian, melalui petani milenial kita akan tingkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian, hingga pada akhirnya dapat memasok kebutuhan mancanegara dengan produk pertanian Indonesia," kata Dedi Nursyamsi.

Salah satunya adalah Ulus Pirnawan yang memilih produk hortikultura khususnya baby buncis, yang biasa dimasak sebagai olahan tumis dan sayur, karena nilai jualnya tinggi dan potensi pasar luar negeri cukup luas khususnya ke Singapura bahkan menempus pasar Asia, tanpa mengabaikan kebutuhan Toko Tani Indonesia [TTI] dan masyarakat di sekitar Lembang.

"Kami tetap menanam dan panen sayur-mayur seperti buncis, selada, cabai, tomat, timun, sawi, bayam jepang, brokoli dan lainnya. Saat ini produksi kami meningkat sekitar 30%, karena permintaan meningkat," kata Ulus.

Selaku DPA dan Ketua Gapoktan Wargi Panggupay, dia berkomitmen membantu masyarakat dan petani untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, termasuk produksi tahu yang dipasarkan dengan harga terjangkau.

Kendati begitu, Ulus tidak menampik adanya penurunan jumlah ekspor baby buncis dan buncis super, dari rata-rata dua ton menjadi satu ton akibat kebijakan di negara tujuan seperti Malaysia. Sementara ekspor ke Singapura terkendala jadwal pengiriman dari pihak ekspedisi, yang semula dua kali menjadi satu kali sehari.

"Saat ini kami ekspor satu hingga 1, 5 ton baby buncis dan buncis super ke Singapura per hari dengan omset Rp4,2 juta untuk sekali kirim, juga ekspor selada air dan pokcay, sedangkan omset per bulan mencapai Rp400 juta," katanya.

Ulus Pirnawan mengakui sejumlah pengusaha muda di Jawa Barat mendukung program Kementan melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor [GratiEks]. Cha

Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to Indonesian Agriculture Minister, Syahrul Yasin Limpo.