Regenerasi Petani, Kementan Upaya Jaga Keseimbangan Pengelolaan Pertanian
Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta [B2B] - Kementerian Pertanian RI mengupayakan regenerasi petani untuk menambah petani muda di bawah 25 tahun dan usia 25 hingga 34 tahun, karena persentasenya hanya 3% dan 12%. Total petani 27,7 juta terbagi paruh baya 35 - 44 tahun ada 24%, di atas paruh baya 45 - 54 tahun sekitar 27%; lanjut usia 55 -64 mencapai 21%; dan petani gaek lebih 65 tahun ada 13%.
Fakta tersebut mengemuka pada video conference Millennial Agriculture Forum ke-12 [MAF] bertajuk ´Pengelolaan Teaching Factory [TeFa] di Masa Pandemi yang berlangsung di Jakarta, Jumat [23/10], dipimpin Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi. Hadir Kepala Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan] Idha Widi Arsanti; dan Wakil Direktur Bidang Kerja Sama Politeknik Negeri Jember, Bambang Eko Sulistyono.
“Perbandingan petani muda dan usia lanjut tidak seimbang. Neraca ini tentu harus diseimbangkan agar ideal, untuk itu jumlah petani muda harus didorong dan ditumbuhkan,” kata Dedi Nursyamsi.
Dia pun mengurai kekuatan SDM pertanian saat ini ada sekitar 27,7 juta petani bergantung pada sektor agraris. Profil petani Indonesia saat ini didominasi usia lanjut 45 - 54 tahun sekitar 27%, usia 55 -64 tahun mencapai 21%, di atas 65 tahun sekitar 13% dan 24% pada kelompok umur 35 - 44 tahun.
“Pertanian itu sangat menjanjikan dan memiliki prospek bagus. Satu sisi, ketersediaan lahan pertanian di Indonesia sangat luas. Tanahnya subur. Kementan juga memberikan banyak dukungan melalui pelatihan dan pendampingan. Kegiatan teknis didukung prasarana dan sarana, termasuk pupuk. Kalau kesulitan modal, ada kredit usaha rakyat," kata Dedi.
Kegiatan virtual MAF ke-12 juga dihadiri Kepala Sekolah SMK-PP Negeri Sembawa Mattobi’i; Kepala Program Studi [Prodi] Agribisnis Ternak Unggas SMK-PP Negeri Sembawa Siwi Purwati, Pengelola TeFa Komoditas Hortikultura SMK-PP Negeri Sembawa Muhammad Tasrip, dan Ayank Subakti, wirausahawan muda peternakan yang juga alumni TeFa SMK-PP Negeri Sembawa.
Bukan hanya slot petani muda, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian juga terus defisit dalam empat tahun terakhir. Sepanjang 2019, hanya 34,58 juta orang padahal pada 2018 mencapai 35,7 juta orang dan 35,92 juta pada 2017. Jumlah tenaga kerja pertanian tergolong ideal pada 2016 sekitar 37,77 juta orang.
Kondisi SDM pertanian nasional juga menjadi perhatian Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang menginstruksikan regenerasi petani wajib dilakukan.
“Regenerasi petani harus dilakukan agar pangan dan kehidupan tetap lestari. Apalagi, petani menjadi profesi menjanjikan. Jumlah uang yang dihasilkan besar dan tidak terpengaruh krisis, termasuk pandemi Covid-19," kata Mentan Syahrul.
Mentan mengingatkan pertanian saat ini dikembangkan dengan sangat canggih dan berbasis teknologi terbaru. "Jadi, masa suram wajah petani sudah berganti.”
Dedi Nursyamsi menambahkan BPPSDMP juga terus menaikkan grade pengetahuan dan wawasan petani. Mengacu data Badan Pusat Statistik [BPS] pada 2018, komposisi pendidikan petani masih minor.
Petani dengan tingkat pendidikan SD dominan, 37,53%, pendidikan SLTP 16,83%, yang tidak tamat SD berjumlah 24,23% dan 7,19% tidak sekolah. Petani berpendidikan SMA ada 8,97% dan 8,78% adalah SMK, dan sisanya lulusan perguruan tinggi.
“Regenerasi petani mutlak, termasuk kualitas pendidikan. Tingkat pendidikan petani mempengaruhi kemampuan adopsi teknologi dan informasi. Kedua elemen ini bisa menentukan akses terhadap pembiayaan, informasi pasar, hingga sarana dan prasarananya,” tutup Dedi. [Cha]
Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.