Amerika Kalah Taktik dengan China


Amerika Kalah Taktik dengan China
Ilustrasi: Rosadi Jamani

 

ROSADI JAMANI
Ketua Satupena Kalbar



AMERIKA Serikat, si "polisi dunia" yang selalu merasa paling jagoan, lagi-lagi menunjukkan keahliannya dalam menciptakan musuh.

Presidennya, Donald Trump, sepertinya punya hobi baru "Siapa lagi yang bisa saya musuhi hari ini?"

Jangankan negara yang memang sudah jadi musuh bebuyutan, tetangga dekat kayak Meksiko dan Kanada saja digebukin pakai ancaman tarif.

Eropa? Ah, sekutu lama itu cuma jadi bahan ledekan Trump di media sosial. Setiap hari, Trump seperti sedang bermain "Musuh-Musuhan Simulator" dengan level kesulitan "Expert".

Tapi, di saat Amerika sibuk menciptakan musuh, China malah asyik main game "Friendship Simulator". China tahu betul bahwa "tangan di atas lebih baik dari tangan yang megang rudal". Mereka masuk ke berbagai negara dengan senyum manis dan tawaran bantuan.

Afrika? China ada di sana dengan investasi besar-besaran.

Eropa? China datang dengan proyek infrastruktur.

Asia Tenggara? Jangan ditanya, China udah kayak tetangga baik yang selalu bawa buah kalau main ke rumah.

Contoh paling keren adalah Afghanistan. Saat Amerika dan Eropa kabur meninggalkan Afghanistan dalam keadaan kacau balau. Tak ada negara mau bantu. China datang dengan senyum lebar dan tawaran bantuan.

"Butuh apa? Uang? Infrastruktur? Tenang, kita bantu!" China nggak peduli dengan politik dalam negeri Afghanistan. Mereka cuma peduli sama satu hal "Bisnis harus jalan!"

China juga nggak kalah kuat dari Amerika. Militer mereka semakin canggih, ekonominya tumbuh pesat, teknologinya bikin dunia terpana, dan penduduknya?

Wah, kalau diadu, mungkin cuma India yang bisa saingin. China dan Amerika itu kayak dua petinju kelas berat yang siap bertarung di ring. Tapi, sementara Amerika sibuk teriak-teriak di luar ring, China malah asyik latihan dan cari teman buat dukung dia.

Siapa yang menang dalam pertarungan taktik ini? Amerika dengan gaya "saya kuat, saya berkuasa" atau China dengan pendekatan "saya baik, saya membantu?"

Kalau dilihat dari jumlah teman yang dikumpulin, kayaknya China udah unggul jauh. Amerika mungkin masih jagoan di ring, tapi China udah menang di hati banyak negara.

Yah, begitulah drama kekuatan superpower. Amerika sibuk menciptakan musuh, sementara China sibuk menciptakan teman.

Siapa yang bakal menang? Tunggu saja episode selanjutnya! #camanewak

 

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis