Lampaui Target 3,5%

PDB Sektor Pertanian 2018 Capai Rp1.005,4 Triliun


Lampaui Target 3,5%

 

ADVERTORIAL

 

SEKTOR PERTANIAN dalam lima tahun terakhir menjadi salah satu prioritas utama di era Joko Widodo - Jusuf Kalla 2014 - 2019, didukung sejumlah program dan kebijakan tepat sasaran berhasil meningkatkan pendapatan domestik bruto [PDB] hingga Rp1.005,4 triliun, meningkat tajam ketimbang PDB sektor pertanian 2013 sekitar Rp847,8 triliun.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kuntoro Boga Andri mengatakan dibandingkan 2017 maka PDB sektor pertanian pada 2018 tumbuh 3,7% dan mampu melebihi target yang ditetap sebesar 3,5%.

Dalam kurun waktu 2013 - 2018, PDB sektor pertanian secara konsisten menunjukkan tren positif berdasarkan harga konstan 2010, menurut rilis Badan Pusat Statistik [BPS], PDB sektor pertanian 2013 sebesar Rp847,8 triliun, dan terus meningkat masing-masing menjadi Rp880,4 Triliun pada 2014 dan Rp906,8 Triliun pada 2015. 

“Pada 2016 dan 2017, PDB sektor pertanian kembali meningkat menjadi Rp936,4 triliun dan Rp969,8 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada 2018, PDB sektor pertanian meningkat menjadi Rp1.005,4 trilun,” kata Boga.

Pada triwulan pertama 2019, kinerja PDB sektor pertanian masih menunjukkan tren positif. Dibanding dengan triwulan sebelumnya, Triwulan IV 2018 atau Q to Q, PDB sektor pertanian tumbuh Rp40,4 triliun atau 19,67% [Rp245,7 triliun vs Rp205,3 triliun] dan bahkan tumbuh paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Demikian pula dibandingkan dengan Triluwan I 2018 (year on year), PDB sektor pertanian pada awal 2019 membaik dan tumbuh 1,15%, Rp 245,7 triliun vs Rp242,9 triliun.

Selain tumbuh positif, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. “Pada 2014, sektor pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) kontribusinya 13,14 persen terhadap ekonomi nasional dan pada 2017 meningkat menjadi 13,53 persen,” kata Boga.

Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB pertanian Indonesia adalah meningkatnya ekspor. Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9 hingga 10 juta ton. Jika ekspor komoditas pertanian pada 2013 hanya 33 juta ton, maka pada 2018 mencapai 42 juta ton.

"Dari sisi nilai, ekspor juga meningkat pesat. Nilai ekspor 2018 mencapai Rp499,3 triliun atau meningkat 29,7 persen dibandingkan 2015. Total nilai ekspor yang dihimpun selama kurun waktu 2015 – 2018 adalah Rp1.764 triliun,” kata Boga. 

Berdasarkan catatan BPS, papar Boga, neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia pada 2018 surplus US$10 miliar atau setara Rp139,6 triliun. Nilai ekspor mencapai US$29 miliar, sedangkan nilai impor hanya US$19 miliar.

Sejak dipimpin Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian RI, Kementan telah menjalankan sejumlah terobosan agar ekspor pertanian semakin meningkat, salah satunya ekspor tidak lagi harus melewati negara transit, tapi langsung ke negara tujuan. Langkah ini diambil sehingga pemasukan negara lebih besar dan petani pun bisa langsung merasakan keuntungannya. 

“Kementan meningkatkan diplomasi dengan sejumlah negara sehingga proses perizinan ekspor secara langsung bisa lebih dipermudah. Negosiasi menjadi tahapan penting karena kepentingan negeri ini harus bisa terpenuhi,” sebut Boga. 

Salah satu bukti keberhasilan diplomasi adalah saat pemerintah China telah mengizinkan Indonesia untuk kembali mengekspor manggis. Sebelumnya, pemerintah China sempat mengeluarkan larangan manggis Indonesia untuk masuk negara mereka karena dianggap tidak memenuhi standar baku mutu. [Budi]

 

Keterangan Foto: Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mengamati padi jelang panen raya dalam kunjungan kerjanya ke sentra produksi beras [Foto: Biro Humas Kementan]

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis