Es Krim Jengkol

Petani Milenial Raih Kontrak Ekspor Buah Eksotis US$5 Juta ke Rusia


Es Krim Jengkol

 

M. ACHSAN ATJO
Editor


"ORANG-ORANG optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang-orang pesimis terpaku pada duri, abaikan mawarnya."

Boleh jadi Muhammad Riyansyah Putera belum pernah membaca atau mendengar kalimat bijak dari Khalil Gibran,  penyair asal Lebanon tersebut. Namun dia memaknainya dengan ikhtiar setelah menemukan sertifikat phytosanitary yang kadaluwarsa di Karantina Pertanian Denpasar, Provinsi Bali pada awal tahun lalu.

"Dulu aktif di freight forwarding [perusahaan pengangkutan barang] dan sering issued phytosanitary. Kebetulan ketemu dokumen phytosanitary kadaluwarsa. Kayaknya seru juga nih. Sertifikat expired itu punya registrasi ke China," kata Mohamad Riyansyah Putra di Denpasar, belum lama ini.

Ikhtiar dari sertifikat kadaluwarsa tersebut berbuah manis, mendorongnya untuk menjadi pengusaha di sektor pertanian. Kebijakan Kementerian Pertanian RI, khususnya Badan Karantina Pertanian [Barantan] banyak membantu langkahnya menjadi pengusaha milenial agribisnis.

Awal Juli 2019, Riyansah menjadi pionir ekspor perdana mangga harum manis Bali sebanyak 2,5 ton ke Rusia, yang pelepasannya dilakukan oleh sejumlah pejabat tinggi Kementerian Pertanian RI.

Sebelum ekspor buah eksotis ke Rusia, Riyansah, 29 tahun, mengaku mendapat buyer pertama dari Praha, ibukota Ceko. Mereka saling kenal melalui website dan kemudian bertemu di Bali setelah mengurungkan pertemuan awal di Manila, Filipina.

"Itulah langkah awak [saya, istilah Medan] pertama ekspor buah. Di Bali, awak ajak melihat kebun buah-buahan yang layak ekspor dan fasilitas rumah kemas di Denpasar. Awak juga ajak ke Banyuwangi, meninjau kebun buah naga. Buyer dari Praha itu terkesan, dan kami bermitra sampai sekarang," kata Riyansah. 

Kemudian dia mengaku kenal seseorang yang faham eksibisi dagang di mancanegara. "Kenal Bu Mega, semakin luaslah awak tembus pasar Eropa sampai Asia Tengah. Sudah kunjungi 10 negara, untuk tembus pasar ekspor mancanegara."

Kiprah dari Riyansyah ini selayaknya mengilhami banyak pemuda untuk kembali ke sektor pertanian untuk menggeluti agribisnis. Ikhtiar dan kerja kerasnya sebiduk sehaluan dengan program Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] dan Gerakan dan Penumbuhan Wirausahan Muds Pertanian [PWMP] serta Tiga Kali Ekspor Komoditas Pertanian [GratiEks] yang dicanangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo [SYL] melalui Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani].

Sebagaimana diketahui, rumah kemas PT Surya Elok Sejahtera [SES] merupakan salah satu rumah kemas yang mengikuti Program Agro Gemilang 2019 di Karantina Pertanian Denpasar, dan telah mengekspor buah mangga ke Rusia, ekspor bawang merah ke Jepang serta ekspor berbagai buah tropis ke Ceko.

"Rumah kemas SES juga telah mengikuti pelatihan untuk pengawas mutu terkait ekspor buah eksotis ke China. Dengan protokol yang dipersyaratkan pemerintah China, maka para eksportir harus menjaga kualitas buah manggis untuk memenuhi persyaratan sertifikasi phytosanitary. Dituntut adanya petugas pengawas mutu yang menjaga kualitas dan kebersihan buah manggis, sehingga buah bebas dari OPT yang dipersyaratkan pada protokol tersebut,"  seperti disebut laman Facebook dari Badan Karantina Pertanian [Barantan] update 2 November 2019.

Pertimbangkan KUR
Bertemu orang baik. Kenal mitra yang jujur. Tidak lantas membuat Riyansah silap mata setelah ketemu banyak bule [orang asing berkulit putih] kepingin jadi buyer. Banyak buyer berminat ekspor buah Indonesia ke pasar Eropa, tapi banyak pula yang lebih berminat investasi di perusahaannya, SES.

"Banyak buyer. Sebagian besar ternyata kepingin jadi investor, seperti seorang buyer dari Inggris. Awak memang perlu uang, tapi tidak silap mata. Dia masuk ke notaris, dan sudah ada persentase saham. Wah nanti suara [saham] awak tidak bisa 100 persen lagi kalau dia jadi investor," kata petani milenial asal Medan yang mengembangkan usaha rumah kemas di Bali.

Lebih asyik dengan Rusia, katanya. Importir asal ´negeri beruang putih´ tersebut tidak banyak cingcong. "Nilai kontrak ekspor yang saya raih sampai US$5 juta untuk setahun, antara kami berdua saja. Tidak ekslusif seperti importir dari negara lain."

Dia menyebutkan kalkulasi ekspor ke Rusia adalah 1,2 ton buah naga; 250 kg manggis; 250 kg rambutan; 250 kg salak setiap bulan selama satu tahun sesuai kontrak.

Bagaimana dengan KUR? "Nanti kita bahas." Tanpa bermaksud jumawa menolak manfaat KUR, dia mengaku omset kotor per tahun mencapai Rp14 miliar. "Awak memulai usaha rumah kemas di Bali ini Juni 2019. Ekspor pertama bulan Juli 2019."

Perkiraan itu berdasarkan estimasi volume ekspor buah naga, mangga manggis, jambu, durian, pepaya dan cabai ke banyak negara, selain Rusia dan Ceko. Bukan hanya buah, rumah kemas Surya Elok Sejahtera juga ekspor pete dan jengkol beku ke Jepang.

"Saya dengar mereka buat es krim dari jengkol dan pete. Gimana rasanya? Saya juga bingung," kata Riyansyah.

Dia mengaku saat ini mitra utamanya adalah lima kelompok tani [Poktan] di Bali, namun untuk memenuhi permintaan ekspor, Riyansyah bermitra pula dengan petani buah naga di Banyuwangi. "Ambil satu ton per hari."

Sementara untuk manggis, bisa tiga hingga empat kali per minggu. Satuannya per ton karena menggunakan jasa freight forwarding dari maskapai nasional maupun asing. Bertolak dari Bali atau Medan, tergantung asal buah untuk ekspor seperti durian dari Medan. "Kalau ke Turki, saya pakai Turkish Airlines."

Keterangan Foto: Muhammad Riyansyah Putera [Foto: Biro Humas Kementan]

 

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis