Rakernas Kementan 2019, Inflasi Pangan Lebih Rendah dari Inflasi Umum Nasional

Indonesian Food Inflation is Lower than General Inflation: Agriculture Minister

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Rakernas Kementan 2019, Inflasi Pangan Lebih Rendah dari Inflasi Umum Nasional
KONTRIBUSI KEMENTAN: Mentan Amran Sulaiman membuka Rakernas 2019 di Bidakara, Senin (14/1) dan data inflasi 2014 - 2017 (Foto: B2B/Mya & Data: Kementan)

Jakarta (B2B) - Inflasi pangan dalam empat tahun terakhir, 2014 - 2017 turun 88,9% sejak 2013. Inflasi pangan 2013 mencapai 11,35%, namun empat tahun kemudian, 2017, ditekan maksimal hingga ke 1,26%. Inflasi pangan lebih rendah dari inflasi umum, yang ´memberi pesan´ bahwa sektor pertanian memiliki andil terbesar menurunkan inflasi umum. Buktinya, inflasi umum 2013 di posisi 8,38% melorot ke 3,61% pada 2017 seperti dilansir Badan Pusat Statistik (BPS).

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa sektor pertanian dalam empat tahun terakhir, 2014 - 2017, terbukti mumpuni menekan inflasi bahan makanan dari 11,35% (2013) ke 1,26% (2017) atau turun 88,9%. Begitu pula 2018, seperti dilansir BPS, inflasi November hanya 1,69% atau lebih rendah dari inflasi nasional 2,5%.

"Hal itu berkat upaya pemerintah menjaga ketersediaan, distribusi, dan pemanfaatan pangan. Kementerian Pertanian RI terus mendukung dan mendorong peningkatan produksi pangan strategis seperti padi, jagung, dan kedelai," kata Mentan Amran Sulaiman di Jakarta, Senin (14/1), saat membuka rapat kerja nasional - Rakernas 2019 bertajuk ´mendorong SDM pertanian untuk peningkatan ekspor dan pertanian´.

Amran Sulaiman mengucapkan terima kasih kepada para gubernur, bupati/walikota, seluruh kepala dinas pertanian di tingkat provinsi/kabupaten/kota, maupun babinsa/danramil/dandim/pangdam di TNI AD, dan Polri atas capaian Kementerian Pertanian RI selama empat tahun terakhir.

Mentan menguraikan bahwa inflasi pangan dapat diredam lantaran Kementan berupaya mendekatkan sentra produksi dengan konsumen, memangkas rantai pasok, dan pemantauan kontinyu fluktuasi harga pangan pokok di pasar turut menentukan upaya pemerintah menekan inflasi bahan makanan.

"Sulit mengendalikan harga bahan makanan apabila sentra produksi pangan hanya pada beberapa sentra. Misalnya sentra bawang tersebar dari Sumatera hingga Indonesia timur. Begitu pula dengan rantai pasok, kalau pemasaran produk pertanian terlalu banyak yang menangani akan membuat harga pangan pokok makin mahal," kata Mentan pada Rakernas 2019 fokus pada pengembangan SDM pertanian, yang dihadiri Kepala BPPSDMP, Momon Rusmono dan sejumlah pejabat eselon satu lainnya di Kementan.

Langkah tersebut diikuti pemantauan kontinyu terhadap fluktuasi harga pangan pokok, yang turut menentukan pengendalian inflasi, ketika harganya melampaui ketetapan pemerintah maka ditempuh langkah operasi pasar.

Strategi tersebut, kata Mentan, bukan hanya menguntungkan konsumen mendapat pangan dengan harga terjangkau, kesejahteraan petani pun meningkat. Tampak dari nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha petani (NTUP) yang cenderung naik meskipun inflasi rendah.

“Meskipun inflasi rendah, tapi NTP dan NTUP naik. Penduduk miskin di desa juga turun dari 17,7 juta kini menjadi 15,81 juta rumah tangga miskin,” kata Amran Sulaiman.

Jakarta (B2B) - Indonesia´s food inflation in the last four years, 2014-2017 has fallen 88.9% since 2013. Food inflation in 2013 reached 11.35%, but four years later, 2017, it was pressed down to 1.26%. Food inflation is lower than general inflation, which ´gives the message´ that agriculture has the biggest share of lowering the general inflation. Proven, 2013 general inflation reached 8.38%, down to 3.61% in 2017 as reported by the Central Statistics Agency or the BPS.

Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman said that the agricultural sector in the last four years, 2014-2017, proved to have contributed to suppressing food inflation 11.35% in 2013 to 1.26% in 2017 or down 88.9%. 

"That´s because the government´s efforts to maintain the availability, distribution and utilization of food.  Indonesian Agriculture Ministry continues to support and encourage increased strategic food production: rice, corn and soybeans," Minister Sulaiman said here on Monday (January 14).

Minister Sulaiman expressed his gratitude for the support of the governors, regents and mayors, all heads of provincial/regency/city government agricultural offices, also the Indonesian army and police for the achievements of the agriculture ministry over the past four years.

According to him, another determining factor is bringing production centers closer to consumers, cut supply chains, and continuous monitoring of fluctuations in staple food prices.

"Food production in only a few production centers will be difficult to control food prices. Likewise with the food supply chain, distribution and marketing does not involve many third parties who will harm farmers and consumers," Sulaiman said.

Continuous monitoring of fluctuations in staple food prices also determines inflation control, fluctuations in staple food prices when the price exceeds the government´s provisions, the market operation steps are taken.

"The government also urges consumers not to buy food in excess, especially staple foods on national religious holidays such as eggs, and we respond quickly with direct distribution to the market to cut the supply chain," Minister Sulaiman said.

The strategy, he said, does not only benefit consumers to get food at affordable prices, the farmers become prosperous. It can be seen of the farmer´s exchange rate and the farmer´s business exchange rate which tends to rise despite low inflation.

"Despite low inflation, it remains profitable for farmers. Poor people in the village also fell of 17.7 million to 15.81 million poor households," he said.