Kecoh Tikus Hindari Kemarau, Kiat IP 200 Lahan Rawa


Kecoh Tikus Hindari Kemarau, Kiat IP 200 Lahan Rawa

 

SITI NURJANAH
Penyuluh Pusat
Kementerian Pertanian RI


Editor: M. Achsan Atjo


"... MENABUR bebijian dengan kemesraan dan memungut panen dengan riang, sebagaimana seolah-olah kekasihmulah yang akan memakan buah itu ..."

Penggalan puisi karya Khalil Gibran (1883 - 1931) ini mencerminkan semangat, kegigihan dan kerja keras Suswanto, 36 tahun, petani Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan mewujudkan keinginan melakukan pertanaman padi dua kali dalam setahun.

Kondisi lingkungan, tingkat kesuburan tanah dan ancaman serangan hama menghadang langkah mewujudkan tekadnya.

Kecintaannya pada pertanian tak menyurutkan Suswanto untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian miliknya di Desa Sri Mulyo, Kecamatan Air Salek.

Bapak dari tiga orang putri ini kemudian menyambangi Raharjo, penyuluh pertanian THL-TBPP di Air Salek, pada 2014, untuk konsultasi tentang tips and tricks meningkatkan indeks pertanaman disingkat IP dari 100 menjadi 200.

Gagal dan gagal lagi. Suswanto terus mencoba. Hari ke hari. Bulan demi bulan. Tahun pun berganti. Dia tak menyerah.

Segala upaya dicoba. Kegagalan dievaluasi. Akhirnya, Suswanto mendapati jawaban dari kegagalannya. Waktu tanam.

"Kalau menanam lewat dari Februari, produksi hampir 90 persen gagal. Kalau pun berhasil panen maka hasilnya kurang memuaskan," kata Suswanto.

Dia meyakini kunci sukses IP 200 di Banyuasin adalah gerakan tanam serempak yang harus dilakukan sebelum Maret, sehingga gerakan tanam harus berakhir pada Februari.

Kenapa begitu? Padi sudah menguning di musim kemarau. Panen raya pun tiba Mei. Tikus sawah yang biasa berbondong keluar liang pada Juni harus gigit jari lantaran Suswanto dan kawan-kawan sudah panen raya.

Melihat kesuksesan Suswanto, pada 2015, seluruh anggota kelompok tani yang berjumlah 32 orang dengan luasan sekitar 36 hektar, turut mendulang sukses dari pertanaman IP 200 hasil kerja keras dan kegigihan Suswanto.

"Barangsiapa mau menjadi guru, biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri sebelum mengajar orang lain, dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata .... "

Suswanto adalah teladan bagi petani Air Salek. Tak banyak berkata-kata. Selaras dengan penggalan larik puisi di atas berjudul Guru karya pujangga Lebanon, Khalil Gibran.

Luas baku lahan di Desa Sri Mulyo sekitar 956 hektar, yang juga menjadi tumpuan dari anggota kelompok tani Margo Tani yang dipimpin Suswanto.

Bertani sejak usia kelas satu SMP membantu orang tuanya, Suswanto memimpin dan menjaga kekompakan kelompok tani meningkatkan produktivitas.

Hasil pertanaman dua kali dalam setahun, panen pertama diraih Oktober dan Januari adalah waktu panen berikutnya. Hasil panen padi cukup menjanjikan. Sedikitnya 70 hingga 100 karung @70 kg atau sekitar lima sampai tujuh ton per hektar.

Sedangkan pada pertanaman kedua pada Februari menghasilkan 40 karung padi atau sekitar tiga ton per hektar pada Mei.

Suswanto kerap melakukan uji coba meningkatkan produktivitas kemajuan dan kesejahteraan anggota kelompok tani meski hanya menyandang pendidikan terakhir Paket C setara SLTA.

Dia pun mulai menjajal IP 300. Kiatnya, tanam jagung pada Juni. Apabila ketersediaan air memungkinkan akan menanam padi lagi, dengan rumus pola tanam: Oktober ke Januari tanam padi. Februari hingga Mei dan Juni sampai September tanam jagung. Atau tanam padi pada Oktober - Januari, padi lagi Februari sampai Mei, apabila air memungkinkan, Juni sampai September tanam padi lagi.

Saat ini Suswanto menggarap lahan pribadi seluas dua hektar untuk menanam padi. Dia juga menyewa lahan seluas enam hektar dari desa lain, Desa Sidoharjo. Biaya sewa per musim sekitar Rp3,5 juta. Selain itu, lahan sawit seluas dua hektar akan diubahnya menjadi sawah apabila mendapat dukungan dari pemerintah pusat maupun daerah.

 

 Foto: MailOnline

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis