Rakyat Turki Ingin Bebas seperti Barat
Turkey`s Fight for Freedom
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
BERGOYANG seperti penonton sepak bola, botol minuman diangkat tinggi-tinggi, berpadu nyanyian dan sorak-sorai di Taksim Square.
Mahasiswi Ozlem Inci dan Sinem Toreli - gaya dandannya coba menyerupai Cheryl Coles dengan rambut panjang dan pakaian minim - menunjuk ke patung yang mereka cintai "mabuk".
Terbalut spanduk merah, Mustafa Kemal Ataturk kini menjadi titik fokus bagi sekitar 100.000 demonstran di Istanbul dalam pekan lalu.
Kemal Ataturk, Bapak Turki, melakukan modernisasi di Turki modern dari sisa-sisa peninggalan Kekaisaran Ottoman setelah Perang Dunia Pertama, seperti dilansir The Sun.
Sang bapak modernisasi, gagasannya condong ke Barat melintasi Bosphorus untuk menciptakan masyarakat dengan gaya Eropa.
Mendirikan Republik Turki pada 1923, ia mengantar sekularisme - pemisahan yang jelas dari Masjid dan negara.
Menyukai adas manis rasa minuman raki, Ataturk - yang meninggal pada tahun 1938 pada usia 57 akibat penyakit liver - juga mencabut larangan minum alkohol.
Dia menggantikan huruf Arab dengan bahasa Latin, alfabet Barat dan memberi perempuan hak suara dan kesetaraan dalam warisan dan perceraian.
Jilbab dilarang bagi mereka yang bekerja dalam pelayanan umum.
Mengenakan rompi atas trendi putih di bawah kehangatan sinar matahari yang, Ozlem, 21, pengunjuk rasa di Taksim mengatakan: "Ataturk adalah pahlawan nasional kami."
"Pemerintah mencoba untuk merampas kebebasan yang diberikan Ataturk kepada kami."
Sasaran kerusuhan politik adalah Perdana Menteri, Recep Tayyip Erdogan, yang partainya AKP berakar pada politik Islam.
Dia baru-baru membuat undang-undang yang memperketat minuman alkohol, menyatakan hukum yang dibuat sebelumnya adalah hasil pekerjaan "sepasang pemabuk". Banyak yang percaya tudingan itu mengacu pada Ataturk dan penggantinya Ismet Inonu.
Erdogan membenarkan langkah itu, mengatakan: "Siapa yang minum berarti adalah alkoholik."
WAYING like a football crowd, Efes lager bottles held aloft, the raucous chant echoes from one side of Taksim Square to the other.
Students Ozlem Inci and Sinem Toreli — resembling a couple of Cheryl Coles with their long hair and skimpy clothing — point to the statue of their beloved “drunk”.
Swathed in red banners, Mustafa Kemal Ataturk’s likeness has been a focal point for some 100,000 demonstrators here in Istanbul for much of the last week.
Kemal Ataturk, Father of the Turks, forged modern Turkey from the ashes of the Ottoman Empire after the First World War.
A moderniser, he looked west across the Bosphorus for a European-style society.
Founding the Republic of Turkey in 1923, he ushered in secularism — a clear separation of Mosque and state.
Fond of the aniseed-flavoured tipple raki, Ataturk — who died in 1938 aged 57 from cirrhosis of the liver — also lifted a ban on alcohol.
He replaced Arabic with a Latin-based, western alphabet and gave women the vote and equality in inheritance and divorce.
Headscarves were banned for those working in public jobs.
Wearing a trendy white vest top in the warm sunshine, Taksim protester Ozlem, 21, says: “Ataturk is our national hero.
“The Government is trying to take away the freedoms that Ataturk gave us.”
The target of the political unrest is Prime Minister Recep Tayyip Erdogan, whose AKP party is rooted in political Islam.
He recently ushered in stricter alcohol legislation, declaring the original law had been made by “a pair of drunks”. Many believe he was referring to Ataturk and his successor Ismet Inonu.
Mr Erdogan justified the move, saying: “Whoever drinks alcohol is an alcoholic.”
