Pesawat MH370 Dibajak Terkait Sengkarut Politik di Malaysia?

The Pilot of Missing Flight MH370 Related in a Bizarre Political Protest?

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Pesawat MH370 Dibajak Terkait Sengkarut Politik di Malaysia?
Radar militer menunjukkan pesawat jet naik hingga 45.000 kaki - di atas batas ketinggian pesawat - yang diduga disengaja untuk melumpuhkan para penumpang dan awak pesawat (Foto2: Mail Online)

POLISI sedang menyelidiki kemungkinan bahwa pilot dari pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 yang dibajak dikaitkan dengan kisruh politik di Malaysia.

Mail Online telah menganalisa Kapten Zaharie Ahmad Shah adalah sosok yang ´terobsesi´ pada pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim. Dan beberapa jam sebelum pesawat naas tersebut lepas landas dari Kuala Lumpur, diketahui bahwa pilot berusia  53 tahun itu menghadiri sidang kontroversial terhadap Anwar Ibrahim yang divonis penjara selama lima tahun.

Anwar Ibrahim adalah ikon demokrasi yang populer dan mantan wakil perdana menteri yang dituntut atas tuduhan sodomi yang dipandang oleh rakyat Malaysia sebagai penganiayaan politik, seperti dilansir Mail Online.

Para pendukung Ibrahim menyatakan bahwa sang politisi adalah penantang utama terhadap partai yang berkuasa di Malaysia, sebagai korban dari kampanye
hitam pemerintah dan harus menghadapi dakwaan yang direkayasa.

Sumber di kepolisian Malaysia mengkonfirmasi bahwa Shah adalah seorang aktivis politik vokal - dan dikhawatirkan vonis pengadilan tersebut membuatnya marah dan dendam. Atas latar belakang inilah, tujuh jam kemudian, ia

mengambil kendali Boeing 777-200 menuju Beijing dan membawa 238 penumpang berikut awak pesawat.

Kemarin, polisi Malaysia menggeledah rumah sang pilot di kawasan perumahan elit Shah Alam di pinggiran kota Kuala Lumpur, yang kedapatan memasang mesin simulator penerbangan. Namun media ini mengungkap bahwa penyidik selama satu pekan memeriksa dua laptop yang hilang dari rumah Shah. Satu laptop diyakini diyakini berisi data dari simulator penerbangan.

Terkait kekhawatiran tersebut, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengumumkan kemarin bahwa MH370 memang sengaja dibelokkan setelah sistem komunikasi dimatikan. Dia memperkirakan pesawat itu menuju ke barat melalui daerah pesisir Malaysia dan bisa terbang selama tujuh jam sesuai cadangan bahan bakar.

Hal ini belum jelas di mana pesawat itu dibajak, namun Mr Razak mengatakan data satelit terbaru menunjukkan pesawat kemungkinan diarahkan ke salah satu dari dua koridor penerbangan. Pencarian, yang melibatkan 43 kapal dan 58 pesawat dari 15 negara, beralih dari Laut Cina Selatan ke Teluk Benggala di Samudera Hindia.

Di sisi dramatis yang lain, pejabat India pada Minggu, mengatakan pencarian ditunda sampai ´area pencarian bersih´ seperti ditetapkan oleh Malaysia. Tidak jelas apa alasannya penundaan tersebut.

Data penerbangan menunjukkan jumlah landasan pacu dapat didarati pesawat tersebut - panjang minimal 5.000 kaki - tentu tidak banyak lokasi yang dapat didarati pesawat tersebut.

Menurut peta yang dibuat oleh stasiun radio WNYC, ada 634 lokasi yang bisa didarati MH370, dari Australia ke Maladewa hingga Pakistan.

Namun, jumlah sebenarnya mungkin akan lebih banyak, karena perkiraan seberapa jauh pesawat bisa mengudara terus bertambah sejak dilakukan perhitungan.

Peneliti AS mengatakan suara ´ping´ yang terdengar samar-samar terpancar selama beberapa jam setelah penerbangan kehilangan kontak dengan pengendali lalu lintas penerbangan.

Sementara itu, radar militer menunjukkan pesawat jet naik hingga 45.000 kaki - di atas batas ketinggian pesawat - yang diduga disengaja untuk melumpuhkan para penumpang dan awak pesawat.

Penggerebekan di rumah Kapten Shah  muncul sebagai upaya menguak tabir hilangnya pesawat MH370 setelah Perdana Menteri Malaysia mengatakan fokus dari penelitian saat ini adalah ´awak dan penumpang pesawat naas tersebut.

Namun para penyelidik mengatakan kepada Mail pada Minggu tentang latar belakang pilot sehari sebelumnya.

Polisi Malaysia, dibantu oleh agen-agen FBI dari Amerika Serikat, coba menguak latar belakang politik dan agama dari Zaharie dan kopilotnya. Rumah Zaharie pun kemarin disegel ketika polisi melakukan penggeledahan selama satu jam.

Namun, sumber senior mengatakan penyelidikan dua laptop diambil dari rumah sang pilot oleh polisi awal pekan lalu meskipun serangkaian sanggahan oleh para pejabat bahwa rumahnya telah digeledah atau digerebek.

Satu laptop diambil diduga berisi data dari simulator penerbangan sementara laptop kedua berisi sedikit informasi. Laptop pribadi Zaharie tidak ditemukan, dan diduga dibawanya terbang, kata sumber itu.

Rekan kerja Zaharie mengatakan kepada para penyelidik bahwa pilot senior adalah seorang aktivis sosial yang vokal dan fanatik mendukung tokoh oposan, Ibrahim.

"Rekan-rekannya menjelaskan kepada kami bahwa ia adalah sosok yang memegang keyakinan politik yang kuat dan fanatik sebagai pendukung politik Anwar Ibrahim," kata sumber lain. "Kami diberitahu oleh salah satu rekan dia terobsesi dengan politik."

Dalam wawancaranya, rekan Zahariemengatakan kepada mereka ia berencana untuk menghadiri kasus pengadilan yang melibatkan Anwar pada 7 Maret, hanya beberapa jam sebelum penerbangan ke Beijing, tetapi penyelidik belum bisa memastikan apakah ia berada di antara kerumunan pendukung Anwar di pengadilan.

Zaharie diyakini berpisah atau bercerai dari istrinya meskipun mereka berbagi rumah yang sama, dekat bandara internasional Kuala Lumpur. Mereka memiliki tiga anak, tapi tidak ada anggota keluarga yang berada di rumah kemarin: hanya pembantunya saja.
Pada hari-hari setelah Flight MH370 menghilang, Zaharie digambarkan sebagai tetangga yang baik dan ´pecandu´ eksentrik yang memiliki simulator penerbangan di rumah hanya karena dia begitu mencintai pekerjaannya.

Para pejabat Malaysia awalnya tampak tidak tertarik untuk mengarahkan kecurigaan terhadap Zaharie atau co-pilot nya, usia 27, bernama Fariq Abdul Hamid, yang pekan lalu mengungkapkan telah mengundang dua penumpang perempuan ke kokpit dan merokok pada penerbangan sebelumnya ke Phuket.

Tetapi bukti tentang cara kerja transponder dan sistem komunikasi pesawat dinonaktifkan dan cara pesawat itu diterbangkan di atas Samudera Hindia tampaknya menggunakan navigasi manual berarti hanya penerbang yang terampil yang bisa mengendalikan pesawat. Penyidik juga bingung, jika pembajak mengambil alih pesawat, tidak ada panggilan Mayday atau sinyal dari dua pilot mengatakan kokpit telah dikuasai.

Pada konferensi pers kemarin, kecurigaan atas keterlibatan pilot muncul ketika perdana menteri Najib Razak mengatakan bahwa penyidik menemukan ´kesengajaan´ di dalam pesawat yang mengakibatkan perubahan rute penerbangan dan kehilangan kontak dengan awak darat.

Sebagai hasil dari informasi baru, pemerintah Malaysia ´kembali fokus investigasi pada kru dan penumpang kapal´, katanya. Polisi menutup daerah sekitar rumah Zaharie dan menggeledah rumah tak lama setelah konferensi pers.

Mr Razak mengatakan bukti satelit terbaru menunjukkan ´dengan tingkat kepastian yang tinggi´ bahwa salah satu perangkat komunikasi jet - Sistem Komunikasi Pesawat dinonaktifkan sesaat sebelum mencapai pantai timur Malaysia. ACARS adalah layanan yang memungkinkan komputer di pesawat untuk menyampaikan informasi

penerbangan tentang kinerja sistem komunikasi denngan pengendali lalu lintas penerbangan.

Tak lama setelah itu, dekat titik lintasan penerbangan antara pengendali lalu lintas udara Malaysia dan Vietnam, transponder pesawat yang memancarkan identifikasi sinyal, dimatikan atau, kecil kemungkinan, gagal beroperasi.

Menurut radar militer, pesawat lalu putar arah dan terbang kembali melintasi wilayah udara Malaysia sebelum menuju ke barat daya.

Sebuah satelit mampu menangkap ´ping´ dari pesawat hingga 08:11 waktu setempat, lebih dari tujuh jam setelah kehilangan kontak radar, meskipun tidak dapat memberikan lokasi yang tepat. Mr Razak melanjutkan dengan mengatakan bahwa berdasarkan data baru ini, peneliti ´telah menentukan komunikasi terakhir pesawat dengan satelit di salah satu dari dua koridor - di utara dari perbatasan Kazakhstan dan Turkmenistan melalui Thailand utara, dan di selatan Indonesia ke selatan Samudera Hindia.

Jika dicurigai sebagai pesawat dialihkan ke Samudera Hindia, tugas tim pencari menjadi lebih sulit, karena ada ratusan pulau tak berpenghuni dan kedalaman air mencapai sekitar 23.000 kaki.

Negara-negara yang berpotensi dilintasi rute penerbangan MH370 kini bergabung dengan upaya besar untuk menemukan penumpang yang hilang, tapi China menyatakan hal itu sebagai pernyataan yang ´terlambat´. Dan peneliti FBI mengatakan hilangnya MH370 mungkin akibat ´tindakan pembajakan´ dan  kemungkinan lain bahwa ratusan penumpang ditahan di lokasi yang tidak diketahui, masih menjadi perhatian penyelidik.

Sementara itu, pengacara penerbangan James Healy-Pratt, yang membantu kerabat, mengatakan Malaysia Airlines menolak untuk membeli sistem Manajemen Kesehatan Pesawat Boeing, yang memantau sistem secara real time dan waspada terhadap setiap potensi masalah, ketimbang memperhatikan kotak hitam.

"Jika transponder itu dinonaktifkan secara manual maka kita hanya bisa berharap bahwa kotak hitam tetap aktif secara manual," katanya. "Jika tidak, misterinya tidak akan terungkap."

Kabar tentang afiliasi politik Zaharie yang sangat sensitif di negara dengan trik politik yang kotor.

Salah satu sumber investigasi mengatakan: "Kami berupaya menguak teori bahwa keyakinan politik Zaharie mungkin menjadi faktor. Ada sensitivitas besar sekitar ini, tetapi kita tidak mampu untuk tidak mengejar setiap celah informasi dan perkiraan."

Secara terpisah, sumber di kepolisian mengatakan kepada Mail on Sunday: "Saya dapat mengkonfirmasikan penyelidikan kami meliputi kecenderungan politik dan agama dari kedua pilot."

Zaharie bergabung dengan Malaysia Airlines pada 1981. Ia menjadi kapten sekitar sepuluh tahun kemudian dan telah mengantungi pengalaman 18.360 jam terbang.

POLICE are investigating the possibility that the pilot of missing Flight MH370 hijacked his own aircraft in a bizarre political protest.

The Mail on Sunday has learned that Captain Zaharie Ahmad Shah was an ‘obsessive’ supporter of Malaysia’s opposition leader, Anwar Ibrahim. And hours before the doomed flight left Kuala Lumpur it is understood 53-year-old Shah attended a controversial trial in which Ibrahim was jailed for five years.

Anwar Ibrahim is a broadly popular democracy icon and former deputy prime minister whose prosecution on a charge of sodomy is seen by many Malaysians as political persecution.

Campaigners say the politician, the key challenger to Malaysia’s ruling party, was the victim of a long-running smear campaign and had faced trumped-up charges.

Police sources have confirmed that Shah was a vocal political activist – and fear that the court decision left him profoundly upset. It was against this background that, seven hours later, he took control of a Boeing 777-200 bound for Beijing and carrying 238 passengers and crew.

Yesterday, Malaysian police searched his house in the upmarket Kuala Lumpur suburb of Shah Alam, where he had installed a home-made flight simulator. But this newspaper can reveal that investigators had already spent much of last week examining two laptops removed from Shah’s home. One is believed to contain data from the simulator

Confirming rising fears, Malaysia’s prime minister Najib Razak announced yesterday that MH370 was deliberately steered off course after its communication system was switched off. He said it headed west over the Malaysian seaboard and could have flown for another seven hours on its fuel reserves.

It is not yet clear where the plane was taken, however Mr Razak said the most recent satellite data suggests the plane could have been making for one of two possible flight corridors. The search, involving 43 ships and 58 aircraft from 15 countries, switched from the South China Sea to the Bay of Bengal in the Indian Ocean.

In another dramatic twist early Sunday Indian officials however, said the search was on hold until ´fresh search areas´ were defined by Malaysia. It is unclear what the reason was for the delay.

Data showing the number of plausible runways where the plane could have touched down - which need to be at least 5,000ft - offer a baffling number of potential locations.

According to a map drawn up by U.S. radio station WNYC, there are 634 locations which could fit, from Australia to the Maldives to Pakistan.

However, the true number is likely to be even higher, as estimates of how far the plane could have travelled have been increased since the calculations were carried out.

US investigators say faint ‘pings’ were being transmitted for several hours after the flight lost contact with the ground.

Meanwhile, military radar showed the jet climbed to 45,000ft – above its service limit – which could have been a deliberate attempt to knock out the passengers and crew.

The raids on Captain Shah’s home appeared stage-managed as a display of intent after the Prime Minister said the focus of the investigation was now on ‘crew and passengers’ as a result of the latest leads.

But investigators have told the Mail on Sunday inquiries into the background of the pilot actually began days earlier.

Malaysian police, helped by FBI agents from the US, are looking into the political and religious backgrounds of both Zaharie and his co-pilot. Zaharie’s home was sealed off yesterday as police spent an hour inside.

However, a senior investigation source said two laptops were taken from the property in low-key visits by police early last week despite a series of denials by officials that his home had been searched or raided.

One laptop taken away is thought to contain data from the flight simulator while a second contained little information. Zaharie’s personal laptop was not found, and is thought to have been with him in the cockpit of the plane, the source said.

Zaharie’s co-workers have told investigators the veteran pilot was a social activist who was vocal and fervent in his support of Ibrahim.

‘Colleagues made it clear to us that he was someone who held strong political beliefs and was strident in his support for Anwar Ibrahim,’ another investigation source said. ‘We were told by one colleague he was obsessed with politics.’

In their interviews, colleagues said Zaharie told them he planned to attend the court case involving Anwar on March 7, just hours before the Beijing flight, but investigators had not yet been able to confirm if he was among the crowd of Anwar supporters at court.

Zaharie is believed to be separated or divorced from his wife although they share the same house, close to Kuala Lumpur’s international airport. They have three children, but no family members were at home yesterday: only the maid has remained there.

In the days after Flight MH370 disappeared, Zaharie was affectionately described as a good neighbour and an eccentric ‘geek’ who had a flight simulator at home simply because he loved his work so much.

Malaysian officials initially appeared keen not to direct any suspicion towards Zaharie or his co-pilot, 27-year-old Fariq Abdul Hamid, who was last week revealed to have invited two women passengers into the cockpit and smoked on an earlier flight to Phuket.

But evidence of the way the plane’s transponder and communication systems were disabled and the way the plane was expertly flown over the Indian Ocean apparently using navigational waypoints meant only a skilled aviator could have been at the controls. Investigators were also baffled by why, if hijackers took over the plane, there was no Mayday call or signal from the two pilots to say the cockpit had been breached.

At yesterday’s press conference, the suspicion over the pilot’s involvement mounted as prime minister Najib Razak said that investigators had found ‘deliberate action’ on board the plane resulted in it changing course and losing contact with ground crews.

As a result of the new information, Malaysian authorities had ‘refocused their investigation on crew and passengers aboard’, he said. Police sealed off the area surrounding Zaharie’s home and searched the house shortly after the press conference.

Mr Razak said the new satellite evidence shows ‘with a high degree of certainty’ that the one of the jet’s communications devices – the Aircraft and Communications Addressing and Reporting System  was disabled just before it had reached the east coast of Malaysia. ACARS is a service that allows computers aboard the plane to relay in-flight information about the health of its systems back to the ground.

Shortly afterwards, near the cross-over point between Malaysian and Vietnamese air traffic controllers, the plane’s transponder, which emits an identifying signal, was switched off or, less likely, failed.

According to a military radar, the aircraft then turned and flew back over Malaysia before heading in a north-west direction.

A satellite was able to pick up a ‘ping’ from the plane until 08:11 local time, more than seven hours after it lost radar contact, although it was unable to give a precise location. Mr Razak went on to say that based on this new data, investigators ‘have determined the plane’s last communication with a satellite was in one of two possible corridors – north from the border of Kazakhstan and Turkmenistan through to northern Thailand, and south from Indonesia to the southern Indian Ocean.

If as suspected the plane was diverted into the Indian Ocean, the task of the search teams becomes more difficult, as there are hundreds of uninhabited islands and the water reaches depths of around 23,000ft.

Countries in the plane’s potential flightpath have now joined a huge effort to locate the missing passengers, but China described the revelation as ‘painfully belated’. And FBI investigators say the disappearance of MH370 may have been ‘an act of piracy’ and that the possibility that its hundreds of passengers are being held at an unknown location has not been ruled out.

Meanwhile, leading aviation lawyer James Healy–Pratt, who is helping relatives, said Malaysian Airlines had declined to buy Boeing’s Airplane Health Management system, which monitors systems in real time and could have alerted it to any potential problems, rather than having to recover a black box.

‘If the transponder was manually disabled then one can only hope that the black boxes were not also manually disabled,’ he said. ‘Otherwise, the truth will never be known.’

The revelations about Zaharie’s political affiliations are highly sensitive in a country where political dirty tricks are widespread.

One of the investigation sources said: ‘We are looking into the theory that Zaharie’s political beliefs may be a factor. There are huge sensitivities surrounding this but we cannot afford not to pursue any angle brought to our attention.’

Separately, a police source told the Mail on Sunday: ‘I can confirm our investigations include the political and religious leanings of both pilots.’

Zaharie joined Malaysia  Airlines in 1981. He became a captain about ten years later  and has clocked up 18,360 hours of flying experience.