Penyuluh Didorong Ajak Petani Ubah Pertanian Subsistem ke Agribisnis

Agriculture Extension Key Success of Indonesian Agricultural Development

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Penyuluh Didorong Ajak Petani Ubah Pertanian Subsistem ke Agribisnis
TEKNOLOGI PENYULUHAN: Kepala Pusluhtan Leli Nuryati [hijab kuning, inset atas] dan Kepala BBPP Binuang, Yulia AK [baju merah], Kabid I Wayan Ediana [kanan] dan Kadistan Heronimus Hero [Foto2: Pusluhtan/Liene]

Sambas, Kalbar [B2B] - Penyuluh pertanian Indonesia harus mengubah pola pikir dan cara kerja di Era 4.0, untuk mendorong petani mengubah pertanian subsistem menjadi agribisnis, dengan mengedepankan kelembagaan ekonomi petani [KEP] mendukung terbentuknya kelompok usaha bersama [KUB] berbasis kawasan menunjang pengembangan korporasi petani sebagai pemasok pangan utama melalui kemitraan dengan  dunia usaha dan industri [DuDi], untuk menjual produk olahan dan bukan lagi bahan mentah.

Hal itu dikemukakan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan BPPSDMP Kementan] Leli Nurlita saat hadir sebagai narasumber Lomba Gelar Teknologi Penyuluhan Pertanian Provinsi Kalimantan Barat 2019 di Kabupaten Sambas, Sabtu siang [3/8] yang dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Kalbar, Heronimus Hero. Hadir Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian Kalimantan Selatan [BBPP Binuang] Yulia Asni Kurniawati; Kepala Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan - Pusluhtan, I Wayan Ediana; Kasubbid Informasi dan Materi Penyuluhan, Septalina Pradini, para koordinator BPP di Kabupaten Sambas, pejabat daerah dan para pemangku kepentingan.

"Keberhasilan pertanian 4.0 bertumpu pada penyuluh pertanian yang face to face dengan petani di lapangan. Penyuluh harus mendukung Kementan sebagai regulator produksi pangan nasional untuk update data Simluhtan sebagai basis data pertanian, sinergi dengan berbagai pihak dan para pemangku kepentingan," kata Leli Nuryati.

Dia mengingatkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian sebagai bagian dari komunikasi pertanian. Penyuluhan pertanian menitikberatkan pada aspek kegiatan pendidikan pada petani yang dalam praktiknya juga bertujuan mendorong replikasi, peniruan, pembujukan, dan propaganda.

"Ke depan, muara dari kegiatan penyuluhan adalah terbentuknya korporasi petani sebagai realisasi dari KEP berbadan hukum seperti koperasi atau badan hukum lain, sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani sehingga mereka punya posisi tawar atas produk yang dihasilkan," kata Kapusluhtan.

Kadistan Heronimus Hero mengingatkan tentang peran Balai Penyuluh Pertanian [BPP] di tingkat kecamatan sebagai ujung tombak peningkatan produksi pangan, maka harus lebih gencar menggerakkan para penyuluh pertanian turun ke lapangan mendampingi petani.

Keberadaan BPP sangat strategis, wadahnya yang berpusat di setiap kecamatan akan memudahkan koordinasi di tingkat desa dan kecamatan, mengatasi keterbatasan di tingkat provinsi sehingga BPP di kecamatan bisa langsung ke desa-desa melakukan penyuluhan sekaligus koordinasi dengan petani

“BPP adalah simpul koordinasi bagi penyuluh, mantri tani, pengamat organisme pengganggu tanaman dan pengawas benih, BPP dapat menggerakkan mereka yang muaranya peningkatan produksi,” kata Heronimus Hero.

Pendekatan Kawasan
Penyuluh pertanian harus mendukung transformasi kelembagaan petani dari kelompok tani [Poktan] menjadi kelembagaan ekonomi berbadan hukum yang diamanatkan UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani No 19/2013, tantangan utama adalah bagaimana meng-korporasi-kan petani yang kepemilikan lahannya sempit hanya 0,3 hektar.

"Pendekatan kawasan, identifikasi kelembagaan yang ada di masyarakat, konsolidasi didukung proses rekayasa sosial seperti diamanatkan UU No 19 tahun 2013 seperti diterapkan pada pengembangan Program #Serasi di Kalsel dan Sumsel," kata Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan - Pusluhtan, I Wayan Ediana.

Rekayasa sosial dimaksud, kata I Wayan Ediana, meliputi penguatan kelembagaan petani, kegiatan penyuluhan, dan pengembangan SDM pertanian melalui kelompok tani [Poktan] yang berhimpun di gabungan kelompok tani [Gapoktan] sebagai kelembagaan tani.

"Penyuluh harus mampu melakukan rekayasa sosial dalam konteks memberdayakan anggota Poktan dan Gapoktan dengan penguatan kelembagaan tani, penyuluhan pertanian melalui pendampingan dan pertemuan rutin, diikuti pelatihan, kursus singkat dan bimbingan teknis," katanya.

Menurutnya, rekayasa sosial hanya akan efektif apabila mampu meningkatkan pendapatan petani, dengan mengembangkan pola pikir yang berlandaskan kesamaan persepsi dan pemahaman, keinginan untuk maju bersama dan memanfaatkan segenap potensi dan peluang yang ada. [Liene]

Sambas of West Borneo [B2B] - Indonesian agriculture extension must change the mindset and way of working in the 4.0 era that changed subsystem agriculture into agribusiness, with institutional economic farmers support the formation of joint business groups to support the development of farmers´ corporations.