Bearish Snack, Cemilan Kekinian Produksi Mahasiswa Polbangtan Kementan
Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s Polbangtan Bogor
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani

Bogor, Jabar [B2B] – Untuk kesekian kalinya, program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian [PWMP] yang ditawarkan Kementerian Pertanian berhasil mendorong generasi muda untuk terjun ke dalam bidang wirausaha.
Mahasiswa Jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan [PPB] Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] Bogor membentuk sebuah kelompok usaha yang memproduksi aneka makanan ringan yang aman dan mudah dikonsumsi untuk menemani waktu senggang, salah satunya Bearish Snack.
Kelompok yang diketuai oleh Farhan Ilham Thoriq, memiliki empat anggota lainnya yakni, Ikhsan Nuri, Faisal Kurnia Harahap, Fahmi Kurniawan, Hajar Asfiyah. Kelompok mahasiswa tingkat II ini memiliki banyak aneka camilan seperti basreng ikan, kripik kaca, dan juga macaron.
Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, seluruh program yang dirancang Kementan berpusat pada penguatan kapasitas SDM.
"Setiap insan pertanian harus terus berkarya dan berusaha membangun pertanian Indonesia, meningkatkan produksi, memperkuat rantai nilai dan mendongkrak ekspor komoditas pertanian," ujar Mentan Syahrul.
"Pertanian memiliki potensi yang luar biasa. Potensi yang bisa menghasilkan. Kita berharap generasi muda bisa menggarap sektor ini. Karena, pertanian seperti merpati yang tidak pernah ingkar janji," tambahnya.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa dibutuhkan lebih banyak anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.
"Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian kedepan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya tetapi juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian," papar Dedi.
Penerima manfaat program YESS PPIU Jawa Barat ini memiliki produk Basreng sebagai produk unggulan. Farhan, salah satu anggota kelompok mengatakan proses pembuatan basreng hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
"Basreng ini merupakan produk unggulan kami. Proses pembuatan basreng sendiri, untuk sekali produksi menggunakan 5 kg bakso dan membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk memproduksi 40 pieces basreng ikan," papar Farhan.
Farhan menjelaskan, untuk desain kemasan memilih warna hitam, merah, dan kuning karena terinspirasi dari strategi marketing dari KFC dan McD. Menurut penelitian, warna cerah akan lebih lama diingat oleh manusia dan menarik.
"Kami desain warna background hitam agar warna tambahan merah dan kuningnya terlihat mencolok dan menyala sehingga bisa menambah ketertarikan pembeli, selain itu warna merah juga berarti cemilan ini pedas dan desain kuning berarti cemilan ini bersifat original," jelas Farhan.
Bearish Snack berasal dari kata Bearish di saham perusahaan besar yang berarti harga jual lagi turun alias murah. Sesuai dengan semboyan “Kualitas atas harga miring” yang diusung oleh kelompok ini.
Untuk penjualan dimulai dari harga Rp.10.000/pieces, Teknik pemasaran yang dilakukan menggunakan media online dan E-commerce seperti Shopee dan Tiktok, tak hanya dari Kota Bogor, pembeli dari luar kota pun sudah banyak seperti dari Bandung, Sukabumi, Cianjur, dan Sidoarjo, dalam waktu 10 bulan FHI Group telah mendapat keuntungan hingga Rp.3.810.000.
Farhan mengatakan ada beberapa faktor tantangan dalam usaha Bearish Snack ini, yang pertama yaitu fasilitas usaha yang ditempatkan di Gudang Asrama Putri.
“Kadang bila akan produksi malam takut mengganggu mahasiswa yang sedang istirahat” ujar Farhan.
Faktor yang lain yaitu dari pihak expedisi "Terkadang pihak expedisi tidak mau mengambil barang, contoh salah satunya yaitu J&T itu kalo produk kurang dari 1 KG biasanya mereka itu menyuruh kita yang mengantar produk ke J&T terdekat, tidak mau mengambil produk langsung dari kami," tegas Farhan.
Bogor of West Java [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.