Petani Kreatif, Panen Ganda Satu Lahan Tanam dari Tumpang Sisip

Indonesian Govt Seeks to Meet the Basic Food Needs

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Petani Kreatif, Panen Ganda Satu Lahan Tanam   dari Tumpang Sisip
VIDEO CONFERENCE: Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi [inset] memimpin MSPP bersama Kapusluh BPPSDMP Leli Nuryati [tengah] sebagai moderator didampingi host Kasubbid IM Pusluhtan, Septalina Pradini [Foto: Humas Pusluhtan]

Jakarta [B2B] - Sistem tanam tumpang sisip [relay croping] menjadi salah satu upaya mengejar target tanam sekaligus peningkatan produksi padi dan jagung. Tumpang sisip  adalah menanam dua atau lebih jenis tanaman pada satu bidang lahan, dengan pengaturan waktu tanam dan panen. Kiat tersebut lazim dilakukan petani di Pulau Jawa, Kementerian Pertanian RI berupaya melakukan sosialisasi tumpang sisip ke luar Jawa melalui penyuluh pertanian.

Hal itu dikemukakan Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mewakili Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada video conference Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) melalui Agriculture War Room [AWR] di Jakarta, Jumat [26/6].

Dirjen Suwandi mengapresiasi inisiasi petani jagung pada kelompok tani [Poktan] di Kabupaten Tuban dan Blitar, Provinsi Jawa Timur. Dia pun merekomendasikan sistem tumpang sisip dapat direplikasi di wilayah lain, khususnya wilayah pertanian yang memiliki potensi pengairan cukup.

Apresiasi serupa dilontarkan Suwandi pada petani Demak, 20 hari sebelum panen padi, petani tebar benih kacang hijau. Setelah panen padi, petani juga segera panen kacang hijau. Dari produksi 1,5 ton kacang hijau di kisaran Rp12.000 hingga Rp14.000 per kg, maka petani kreatif akan meraih laba Rp12 juta per dua bulan setiap hektar.

"Pola-pola kreatif seperti ini perlu dicontoh dan diterapkan di tempat lain karena luar biasa dan menarik," katanya.

Paparan Dirjen Suwandi disertai fakta empiris lantas meningkatkan viewers MSPP hingga kapasitas 300 partisipan melalui zoom meeting tiada tersisa, yang dipandu secara daring dari AOR BPPSDMP oleh Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan BPPSDMP] Leli Nuryati selaku moderator.

Leli Nuryati menambahkan MT II 2020 adalah musim basah, sehingga penyuluh bisa menggerakkan petani untuk percepatan tanam. "Kalau ada kendala, kontak langsung ke KostraTani, masing-masing kabupaten bisa evaluasi terhadap target sebelumnya," kata Leli Nuryati.

Begitu pula live streaming dari Agriculture Operation Room [AOR] pada Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani] di Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] tingkat kecamatan maupun AOR Kostrada di tingkat kabupaten/kota dan AOR Kostrawil di tingkat provinsi di seluruh Indonesia.

"Kapasitas live streaming juga full house 5.000 partisipan dari seluruh Indonesia," kata Kasubbid Informasi dan Materi Penyuluhan - Pusluhtan, Septalina Pradini selaku host MSPP.

Cara Bertindak
Dirjen Tanaman Pangan Kementan [TP] Suwandi mengatakan sistem tumpang sisip adalah bagian dari arahan Presiden RI Joko Widodo dalam kebijakan Mentan Syahrul untuk menggerakkan ekonomi petani mencakup Empat Langkah yang disebut sebagai Cara Bertindak [CB].

CB 1, peningkatan kapasitas produksi melalui percepatan tanam padi MT II 2020 seluas 5,6 juta hektar yang disesuaikan kondisi saat ini, musim kemarau, tetapi masih memungkinkan pertanaman; pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 164.598 hektar; Perluasan Areal Tanam Baru [PATB] untuk padi, jagung, bawang merah dan cabai; serta peningkatan produksi gula, daging sapi, dan bawang putih untuk mengurangi impor. 

CB 2, Diversifikasi Pangan melalui pengembangan pangan lokal berbasis kearifan lokal, pemanfaatan pangan lokal di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang dan sorgum untuk meningkatkan pendapatan petani.

CB 3, mencakup penguatan cadangan dan sistem logistik pangan melalui Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi [CBPP], Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota [CBPK] serta penguatan sistem logistik pangan nasional untuk stabilitas pasokan dan harga.

CB 4, pengembangan Pertanian Modern melalui pengembangan smart farming, pengembangan food estate, dan pengembangan korporasi petani.

“Petugas lapangan tolong mendata, jika tidak ter-report dengan baik maka tidak terdata. Sekarang harus berbasis spasial, standing crop difoto open camera dan dipetakan menggunakan sistem ArcGis [di-polygom-kan], otomatis terkirim ke Pusdatin, terutama untuk pertanaman di luas baku sawah. Kuncinya adalah pengairan, adanya sumber air," kata Suwandi.

Temuan Lapangan
Dari diskusi pada MSPP tersebut, terungkap adanya padi mengalami rebah di Kabupaten Bone Bolango yang akan berpengaruh pada hasil panen akibat angin.

Terkait hal ini, Suwandi menigatkan petani agar memilih varietas unggul dan pupuk sesuai anjuran, serta menghubungi BPTP provinsi untuk mendapat solusi teknologi dan varietas.

"Pengembangan benih padi baru juga dianjurkan yaitu varietas Inpari IR Nutrizinc dengan kandungan zinc sebesar 34,51 ppm Keunggulan ini turut mensukseskan program pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi dan masalah stunting di Indonesia," kata Suwandi.

Terkait benih yang terlambat datang mengakibatkan keterlambatan tanam akibat jauhnya lokasi pengadaan benih, para penyuluh dapat membina kelompok penangkar sesuai varietas yang diperlukan di daerah setempat. Benih yang dihasilkan oleh para penangkar akan dibeli oleh pengadaan melalui bantuan pemerintah  untuk mengatasi keterlambatan benih.

Dirjen TP Suwandi mengingatkan tentang ekonomi petani berupa korporasi merupakan salah satu trobosan dalam upaya pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang dikelola oleh petani, diharapkan koperasi ini mampu mensinergikan kegiatan agribisnis  hulu ke hilir dalam pengembangan kawasan pertanian.

Ketersediaan pangan harus tetap aman melalui percepatan tanam. Penyuluh tetap mendampingi petani untuk tetap produksi, tentunya tetap memperhatikan Protokol Kesehatan.

"Perlunya memantau dan memastikan kesiapan percepatan tanam MT II 2020, khususnya pengolahan lahan, penyiapan benih dan pupuk serta sarana produksi lainnya, pembiayaan pertanian melalui KUR, dan operasionalisasi Alsintan," kata Suwandi. [Liene]

Jakarta [B2B] - Farmers in Indonesia need to be guided and accompanied by agricultural extentionist, so that it can change the behavior of farmers developing agribusiness-oriented and market-oriented agriculture. Agricultural extensionist become the foundation are the hope of people to realize food self-sufficiency especially rice commodities supporting food security across the country, according to senior official of the agriculture ministry.