Produksi Teh Terancam, Pemerintah Salurkan Dana Revitalisasi Rp48 Miliar

Indonesian Tea is Threatened, Gov`t Provide Rp48 Billion for Revitalization

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Produksi Teh Terancam, Pemerintah Salurkan Dana Revitalisasi Rp48 Miliar
Rusman Heriawan (Foto: B2B/Mya)

Jakarta (B2B) - Tren pertumbuhan teh nasional cenderung menurun, luas total perkebunan teh milik rakyat dan perusahaan swasta terus berkurang, yang saat ini hanya mencapai 120 ribu hektar. Kondisi tersebut mendorong Kementerian Pertanian untuk menyediakan dana Rp48 miliar dari anggaran negara, kemudian menyalurkannya ke dinas perkebunan.

Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengatakan akibat luas lahan perkebunan teh terus menyusut mengakibatkan produksi teh nasional saat ini hanya 150 ribu ton per tahun. Begitu pula pada ekspor teh, rata-rata hanya 80 ribu ton per tahun, sebaliknya impor teh mencapai 20 ribu ton per tahun.

"Kita harus segera mengatasi kendala ini, sebelum semakin mengkhawatirkan. Kalau dibiarkan, lama-lama akan terjadi keseimbangan neraca perdagangan teh sebelum akhirnya Indonesia akan mengalami defisit dan menjadi negara pengimpor teh," kata Rusman Heriawan usai membuka rapat tahunan anggota Dewan Teh Indonesia dan Dialog Teh Nasional Tahunan 2013 di Jakarta, Selasa (26/11).

Rusman mengimbau para pemangku kepentingan yang menjadi sasaran program pemberdayaan pengembangan teh turut berpartisipasi dengan sungguh-sungguh.

”Kalau mental petani hanya meminta dan tidak ada upaya kuat mengubah nasib sendiri, dana yang besar itu tidak akan banyak gunanya. Yang penting apakah terlintas di benak kita semua untuk menjadikan industri teh nasional maju. Berbagai industri teh dunia juga kesulitan bahan baku, ini peluang bagi Indonesia” kata Wamentan.

Dana Rp48 Miliar
Ketua Umum Dewan Teh Indonesia Rahmad Badrudin mengatakan, dana sebesar Rp48 ini dari APBN bermanfaat untuk merevitalisasi perkebunan teh milik rakyat.

"Kita harus membantu petani yang jumlahnya banyak dan miskin. Tahun depan, kita akan mengembalikan kejayaan teh Indonesia melalui revitalisasi perkebunan teh rakyat," kata Rahmad Badrudin.

Menurutnya, produksi perkebunan teh rakyat masih terbilang kecil, yaitu 700 kilogram per hektare. Dia membandingkannya dengan produksi perkebunan teh swasta yang mencapai 2-3 ton per hektar.

Jakarta (B2B) - The growth of Indonesian tea tends to decrease, the total area of ��tea plantations of the people and private companies continue to decrease, currently only 120 thousand hectares. These conditions encourage the Ministry of Agriculture to provide funding Rp48 billion from the state budget, and then distribute it to the relevant agencies.

Rusman Heriawan, Deputy Minister of Agriculture said that the tea plantation area continues to decrease, as a result of Indonesian tea production is only 150 thousand tons per year. Similarly, the export of tea, an average of 80 thousand tons per year, and conversely, tea imports reached 20 thousand tons per year.

"We have to overcome this obstacle, before getting worried. If left unchecked, will lead to a balance of trade, and the deficit before Indonesia became a net importer of tea," Rusman Heriawan said after opened the annual meeting of the Indonesian Tea Council, and the 2013 Annual National Tea Dialogue in Jakarta Tuesday (26/11).

Rusman urged stakeholders empowerment programs targeted development of tea production, to seriously participate.

Support Rp48 Billion
Badrudin Rahmat, Indonesia Tea Board Chairman said, Rp48 billion from the state budget funds would be beneficial for the revitalization of smallholder plantations.

"We have helped many poor farmers. Next year, we will restore the glory of Indonesian tea, through the revitalization of smallholder plantations," said Rahmat Badrudin.

According to him, smallholder production is relatively small, only 700 kilograms per hectare. He compared the production of private companies that reach 2-3 tons per hectare.