Menggiurkan, Potensi Bisnis Vitamin A dan E berbasis Sawit

Indonesian Govt Encourage an Increase Exports of Palm Kernel Oil

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Menggiurkan, Potensi Bisnis Vitamin A dan E berbasis Sawit
SEMINAR ONLINE: Webinar ´Prospek Bisnis Vitamain A dan E berbasis Minyak Kelapa Sawit´ diikuti sejumlah jurnalis dari secara online [Foto: istimewa]

Jakarta [B2B] - Peluang bisnis produksi vitamin A dan E berbasis minyak sawit cukup besar, bukan hanya di dalam negeri, juga di mancanegara. Indonesia sebagai negara penghasil palm kernel oil [PKO] dan crude palm oil [CPO] terbesar di dunia akan diuntungkan dari potensi tersebut.

Pengamat pertanian, Bungaran Saragih mengatakan untuk menjadikan minyak sawit sebagai sumber vitamin A dan E yang berguna untuk kesehatan memerlukan proses panjang yang harus dikuasai industri dalam negeri, terutama mengubah dari minyak sawit.

"Penduduk kita nomor empat terbesar di dunia, yang masih banyak mengalami kekurangan gizi. Stunting kita juga tergolong tinggi, karena kekurangan vitamin A dan E," kata Bungaran Saragih pada webinar ´Prospek Bisnis Vitamain A dan E berbasis Minyak Kelapa Sawit´ di Jakarta, Rabu (9/12).

Dia mengakui prosesnya panjang dan rumit. Ada masalah enginering, sosial, bahkan politik pemerintah. "Peran pemerintah sangat penting, untuk menangkap peluang itu, jangan malu kita bekerjasama dengan asing, terutama dari sisi teknologi."

Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical  Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat mengatakan, industri sawit dalam negeri memiliki potensi besar, namun belum digarap secara serius atau secara bisnis.

Rapolo mencontohkan limbah cair kelapa sawit atau POME yang bisa menghasilkan listik dan gas, tandan kosong dapat diproses untuk menghasilkan listrik dan etanol, betkaroten dan tocopherol sebagai bahan baku industri makanan dan farmasi.

"Kelapa sawit atau CPO kita itu 300 ppm saja, maka dalam satu tonn terdapat 0,3 kg per ton. Jika asumsi 45 juta ton CPO kita per tahun, maka ada potensi beta carotene lima ribu ton per tahun," kata Rapolo.

Begitu pula dengan tocophecrolnya, berbagai literatur menyebutkan bahwa kadarnya mencapai 600 sampai 1000 ppm. Dengan 600 ppm, terdapat 0,6 kg per ton sehingga potensi yang terabaikan itu 27 ribu ton.

Harga beta carotene natural untuk vitamin E di pasar internasional mencapai US$350, harga pasarannya Rp7.500 per kg, sedangkan beta carotene sintesitis sebesar US$250 (Rp2.000 per kg) sedangkan harga tocopherol natural US$100 per kg, sedangkan sintetis berkisar US$20 hingga US$75 per kg.

Rapolo mengatakan, market leader di globa supply chain beta carotene tak satu pun perusahan dari Indonesia. Dari 20 perusahaan, semuanya milik asing.

"Ada lima besar yang menjadi pemain beta carotene yaitu Belanda, Jerman, Denmark, Amerika Serikat, dan Lycored Limited dari Israel. Begitu pula pemain global Tocopherol, tak satu pun nama perusahaan di Indonesia dari 16 perusahaan," katanya.

Jakarta [B2B] - Palm kernel oil or PKO turns out to have economic value and in great demand by international markets. Indonesia produced 47.1 million tonnes of crude palm oil (CPO) last year and 4.6 million tonnes of palm kernel oil. By comparison, in 2018 the country produced 43 million tonnes of CPO and 4.3 million tonnes of kernel oil.