Regional ASEAN, 3 Petani Milenial Wakili RI pada Online Workshop AWGATE

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Regional ASEAN, 3 Petani Milenial Wakili RI pada Online Workshop AWGATE
WORKSHOP ASEAN AWGATE: Kapusdiktan Idha Widi Arsanti [insert kanan atas] mengurai aspek teknis pengembangan petani milenial pada ASEAN AWGATE yang diikuti tiga petani milenial Indonesia [Foto: YESS]

Jakarta [B2B] - Tiga petani milenial Indonesia binaan Kementerian Pertanian RI mendapat kepercayaan mengikuti 'Online Workshop on Promoting Engagement of Young Generations in Agricultural Entrepreneurship' sebagai bagian dari ASEAN Sectoral Working Group on Agricultural Training and Extension [AWGATE] selama tiga hari, 26 - 27 Oktober 2021.

Ketiga petani milenial adalah Rizal Fahreza, praktisi pertanian yang juga founder dari F3 serta Duta Petani Milenial [DPM] Kementan, Azis Abdul Rahman Gunawan Alumni Polbangtan Bogor juga DPM dan Fasha Maulana, petani muda yang juga mahasiswa Polbangtan Bogor.

Keterlibatan ketiganya di kegiatan tingkat regional di kawasan Asia Tenggara [ASEAN] berupa 'Lokakarya Mempromosikan Keterlibatan Generasi Muda Kewirausahaan Pertanian' membuktikan keseriusan Kementan mengupayakan lahirnya petani dan pengusaha muda bidang pertanian. Kementan juga terus mendukung serta meningkatkan skala usaha di dalam negeri hingga ke pasar mancanegara.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, mengatakan urusan pangan adalah tugas utama negara, yang negara berkewajiban menyediakan makan bagi 267 juta rakyat di seluruh Indonesia.

"Kita telah mencetuskan slogan pertanian yang maju, mandiri dan modern. Harapannya, pertanian Indonesia tetap berproduksi dalam kondisi apa pun, menyediakan pangan bagi rakyat maupun negara-negara lain sehingga pertumbuhan perekonomian nasional ditopang sektor pertanian," kata Mentan Syahrul.

Menurutnya, langkah awal implementasi pertanian maju, mandiri dan modern adalah membangun koordinasi dan konsolidasi dengan semua kementerian/lembaga.

"Tujuannya agar saling menunjang, tidak ada ego sektoral membangun pertanian dan mensejahterakan petani itu sendiri," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa di banyak negara, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, juga kesempatan kerja, pariwisata, manufaktur, ekonomi, transportasi, sosial, dan makanan.

"Pandemi Covid-19 mengakibatkan pengangguran dan ketidakpastian pendapatan masyarakat, termasuk kaum milenial. Hal ini menyebabkan pergeseran besar dalam angkatan kerja produktif termasuk generasi muda,” kata Dedi pada pembukaan Online Workshop AWGATE.

Menurutnya, banyak generasi muda di kawasan ASEAN yang berhasil mengelola dan mengembangkan usahanya di bidang pertanian. Ciri-cirinya, menerapkan mekanisasi pertanian, pertanian cerdas, fasilitas dan teknologi modern, kegiatan bisnis, dan ilmu pertanian. "Sebagian besar mengembangkan kemitraan antara pengusaha dan produsen di wilayah yang luas.”

Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa Online Workshop AWGATE dapat menjadi ajang promosi keterlibatan dan kerjasama antara pengusaha muda agribisnis yang sangat penting dikembangkan dan difasilitasi baik di dalam negeri maupun di kawasan ASEAN.

Tujuh Negara
Dari aspek teknis, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP [Kapusdiktan] Idha Widi Arsanti, mengatakan bahwa workshop merupakan bagian kegiatan AWGATE, juga sebagai komitmen Indonesia menyelenggarakan lokakarya sebagaimana direkomendasikan dalam Pertemuan AWGATE sebelumnya.

Kapusdiktan Idha WA menambahkan workshop diikuti tujuh negara: Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja dan Myanmar maka kita bisa bertukar informasi tentang gambaran umum, pengalaman dan kisah sukses pengembangan Wirausaha Muda Pertanian, promosi dan kerjasama bagi pengembangan usaha serta merumuskan tindak lanjut pelibatan dan kerjasama antarpengusaha ASEAN Youth Agriculture.

"Setiap delegasi memaparkan gambaran umum kegiatan usahanya dan menjelaskan pengalaman masing-masing merintis usaha hingga saat ini dapat berjalan," katanya.

Menurutnya, juga disampaikan kebijakan masing-masing negera dalam mendukung dan mempromosikan pemuda di sektor serta pengembangan dan promosi wirausaha. Contohnya, tiap delegasi mengurai kegiatan usahanya seperti Thailand dengan komoditas sayur hidroponik.

Pendiri F3, Rizal Fahreza memperkenalkan usaha taninya berupa komoditas unggulan jeruk. Unik dan berbeda, F3 selain menyediakan jeruk segar siap petik.

"Konsumen pun menikmati keasrian lingkungan dan cicip nasi liwet, kuliner khas Garut karena F3 mengusung usaha tani bertema agroeduwisata," katanya.

Lokakarya juga menggelar virtual field visit berupa video short trip secara daring dan offline tentang petani muda sukses di Indonesia dan Teaching Factory Politeknik Pembangunan Pertanian Indonesia [Polbangtan] dan Sekolah Vokasi Pengembangan Pertanian.

Kegiatan Teaching Factory yang ditampilkan dari Politeknik Pengembangan Pertanian Indonesia [IADP]  Bogor, Gowa, Manokwari; Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian [ISSVSAD/SMK-PP] Sembawa, BUMP PT Cahaya Abadi Petani [CAP] milik DPM Husni Thamrin dan CAU Chocolate Bali milik DPM Kadek Surya.

Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.