Kementan Pantau Anomali Pasar di Jabodetabek, Antisipasi Ulah Penimbun Beras

Indonesian Govt Monitor Rice Supply in Traditional Market Ahead of the Harvest Period

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Kementan Pantau Anomali Pasar di Jabodetabek, Antisipasi Ulah Penimbun Beras
Mentan Andi Amran Sulaiman dikenal sebagai menteri yang kerap memantau pertanian Indonesia dari hulu ke hilir untuk mengetahui fakta lapangan, dan bukan sekadar mendapatkan laporan dari bawahannya di Kementan (Foto: B2B)

Tangerang, Banten (B2B) - Menyikapi kecurigaan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman terhadap anomali pasar untuk komoditas beras sejak pekan lalu, Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik di Kementerian Pertanian RI bersama media melakukan pemantauan pasokan beras di Pasar Tanah Tinggi, Tangerang belum lama ini.

Pemilik toko beras ´Budi´ mengatakan stok beras cukup karena pasokan dari daerah seperti Demak, Jawa Tengah dan Karawang, Jawa Barat tergolong melimpah, sementara harga jualnya di kisaran Rp8.200 per kg untuk kualitas medium.

"Sejak awal Februari harga beras turun dan diperkirakan berlanjut hingga April, karena pada Maret dan April memasuki masa panen," katanya kepada pers.

Imron, pedagang beras mengatakan kiosnya menjual beras sesuai harga pasaran, karena pasokan masih memadai.

"Saya menjual beras sesuai kualitas beras," katanya kepada pers yang memantau stok beras di Pasar Tanah Tinggi, didampingi oleh Rusman Ingguan, staf Humas Kementan.

Anomali Pasar
Sebelumnya diberitakan Mentan Amran Sulaiman mencurigai terjadi anomali pasar untuk komoditas beras yang sangat mencolok. Hal ini dilihat dari pasokan beras yang melimpah secara tiba-tiba di sentra-sentra beras di Indonesia.

"Ada kenaikan rata-rata 100 persen pasokan beras di tujuh sentra beras utama, padahal Januari dan Februari terjadi paceklik, sebelumnya terjadi El Nino terkuat sepanjang sejarah, sedangkan kita baru saja panen. Apakah ada yang main di sini? Atau ada yang menimbun beras? Kita akan telusuri ini," kata Mentan ketika berbincang dengan pers di  Bandar Lampung, akhir pekan lalu.

Meningkatnya pasokan beras terjadi di Pasar Induk Beras Cipinang (Jakarta) pada Februari mencapai 52.383 ton dibandingkan periode sama pada 2015 hanya 29.458 ton, Pasar Johar (Karawang, Jawa Barat) 20.953 ton dibanding tahun lalu 11.783 ton, Pasar Tanah Tinggi (Tangerang, Banten) 22.525 ton dibanding tahun lalu 12.667 ton, Pasar Lamongan (Surabaya, Jawa Timur) 23.572 ton dibanding tahun lalu hanya 13.256 ton, Pasar Caringin (Bandung, Jawa Barat) 28.811 ton dari tahun lalu hanya 16.202 ton, Pasar Dargo (Semarang, Jawa Tengah) 26.192 ton dari tahun lalu 14.729 ton, dan Pasar Beringharjo (Yogyakarta) 11.650 ton dari tahun lalu hanya 6.481 ton.

Berdasarkan data tersebut, Mentan mencurigai adanya praktik mafia yang memainkan pasokan beras di dalam negeri, yang mengakibatkan harga beras medium sempat naik hingga Rp9.000 per kg pada awal 2016.

"Sudah ketahuan pemainnya yah itu-itu saja. Ini anomali pasar, tiba-tiba beras dalam jumlah besar masuk ke Pasar Induk pada Februari, padahal bulan ini biasanya paceklik, tiba-tiba ada suplai beras masuk dua kali lipat dari biasanya. Ini aneh," kata Mentan.

Mafia Beras
Karena itu Kementan memperkuat kerjasama dengan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha untuk memberantas praktik mafia pangan ini. "Dua hari lalu kami sudah MoU dengan KPK dan KPPU, kita akan cari dan telusuri orang-orang yang mempermainkan harga ini."

Menurut Mentan, mafia beras ini menggelontorkan beras mulai Februari karena khawatir harga beras akan jatuh saat panen raya yang dimulai pada Maret jika tetap ditimbun.

"Selama ini yang menyimpan beras dalam jumlah besar di gudang yakin bisa mengendalikan harga. Namun ternyata pasokan beras di Bulog lebih dari cukup, beras impor belum dipakai, kemudian ada panen raya. Mereka memutuskan lebih baik mengeluarkan pasokannya sekarang daripada harga beras makin turun," kata Mentan.

Sebelumnya, Mentan melakukan inspeksi mendadak di Pasar Induk Cipinang pada Senin (8/2) yang mendapati harga beras terendah Rp7.500 per kg dari sebelumnya Rp 8.300 per kg. Sedangkan harga beras premium Rp8.600 per kg dari sebelumnya Rp9.000 per kg.

Tangerang, Indonesia (B2B) - Responding to the suspicions by Indonesian Agriculture Ministry Andi Amran Sulaiman on anomalies rice supply in traditional markets since last week, the Bureau of Public Relations at the Agriculture Ministry conduct monitoring in Tanah Tinggi market of Tangerang, Banten province recently.

Rice stall owners ´Budi´ at Tanah Tinggi Market said rice stocks are adequate, because the supply of Demak, Central Java and Karawang, West Java is more than enough, while the selling price in the range of 8,200 rupiah per kg for medium quality.

"Since the early February rice prices go down and is expected to continue until April, due in March and April entered the harvest period," he told reporters.

Imron, a rice trader said his stall to sell at the market price, because the supply is still adequate.

"I sell the rice according to the quality of rice," he told the press that monitors in Tanah Tinggi Market was accompanied by Rusman Ingguan, PR staff in the ministry.

Market Anomalies
Previously reported Minister Sulaiman leery there are anomalies in markets for commodities of rice, which suddenly abundant in some trading centers of rice in Indonesia.

"There was an average rise of 100 percent rice supply in seven major centers, while January and February classified as famine, the impact of El Nino. Does anyone take the chance? Or is this the act of hoarding rice? We´re going to search," Mr Sulaiman told the press in Bandar Lampung last weekend.

Increasing the supply of rice occurred in Cipinang Rice Center Market (Jakarta) in February reached 52,383 tons compared to the same period in 2015 only 29,458 tonnes, Johar Market (Karawang, West Java) 20,953 tonnes compared to 2015 only 11,783 tonnes, Tanah Tinggi Market (Tangerang, Banten) 22,525 tonnes compared to 2015 only 12,667 tonnes, Lamongan Market (Surabaya, East Java) 23,572 tonnes compared to 2015 only 13,256 tonnes, Caringin Market (Bandung, West Java) 28,811 tonnes compared to 2015 only 16,202 tonnes, Dargo Market (Semarang, Central Java) 26,192 tonnes compared to only 14,729 tonnes in 2015, and Beringharjo Market (Yogyakarta) of 11,650 tonnes in 2015 compared to only 6,481 tonnes.

Based on these data, Minister Sulaiman suspect mafia who plays the supply of rice in the country, which resulted in the price of medium-quality rice rose to 9,000 rupiah per kg in early 2016.

"It is known who was responsible. This is anomaly suddenly entered the market for rice in large numbers into Cipinang in February, which is usually a shortage of supply, sudden increases twice than usual. This is not unusual," Mr Sulaiman said.

The Mafia of Rice
The Agriculture Ministry to strengthen cooperation with the Business Competition Supervisory Commission (KPPU) to combat these fraudulent practices. "Two days ago we had a MoU with the KPK and KPPU, we will search and search for the perpetrators."

According to him, mobster poured of rice supply since February, fearing the price of of rice will fall during the harvest that began in March.

"During this time the hoards of rice believes can control prices. But it turns out the supply of rice in Logistics Agency is more than enough, imported rice has not been distributed, then will enter the harvest season. They decided it would be better to spend its supplies now than rice prices further go down," Minister Sulaiman said.

Earlier, Minister Sulaiman make unannounced visits at Cipinang Main Market on Monday (8/2), which finds the lowest rice prices of 7,500 rupiah per kg from 8,300 rupiah per kg. While the price of premium rice 8,600 rupiah per kg from 9,000 rupiah per kg.