PPMKP Ciawi Diminta Transformasi Metode Pelatihan
Indonesian Govt Increase Capacity Building of Agriculture HR
Editor : Kemal A Praghotsa
Translator : Dhelia Gani
Bogor, Jabar [B2B] - Untuk mendapatkan SDM pertanian yang berkualitas, cara-cara serta ilmu yang mendorong peningkatan kapasitasnya harus terus disesuaikan. Hal ini juga disampaikan ke Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian [PPMKP] Ciawi sebagai salah satu unit kerja dibawah Kementerian Pertanian khususnya Badan Penyuluhana Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] yang bertugas dalam memberikan pelatihan manajemen dan kepemimpinan aparatur. PPMKP Ciawi diminta mentransformasikan metode pelatihan sehingga bisa mencetak SDM Pertanian unggul.
Menteri Pertanian RI [Mentan] Syahrul Yasin Limpo mengatakan, ilmu pertanian harus terus diperbarui agar bisa menyesuaikan diri.
"Saat ini kita sudah memasuki era industri 4.0. Artinya, pertanian pun harus diperbarui. Harus ada sentuhan sains dan teknologi. Dan itu membutuhkan SDM berkualitas," kata Mentan Syahrul.
Hal yang sama diutarakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP], Dedi Nursyamsi, di PPMKP Ciawi, Kamis [4/3].
"Saat ini kita sedang melakukan transformasi dari konvensional ke modern termasuk juga teknologi dari tradisional ke modern. Kalau tradisional masih menggunakan manual, atau tenaga ternak. Tradisional membuat produktivitas rendah, waktunya lama. Kalau kita mengandalkan cara tradisional sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan," kata Dedi Nursyamsi.
Oleh karena itu, sambungnya, siap tidak siap transformasi harus dilakukan. Dedi Nursyamsi menjelaskan, ciri pertanian modern adalah cepat, produktivitasnya tinggi, dan pemanfaatan IT.
"Dengan modern proses produksi bisa lebih cepat. Apalagi dengan inovasi 4.0 semua dikendalikan dengan komputer atau internet off things," katanya.
Ditambahkannya untuk mendukung hal itu, dibutuhkan sarana dan prasarana pertanian modern serta SDM yang juga modern.
"Mindset, dan pemikiran yang modern pun dibutuhkan. Kalau masih menggunakan cara berpikir konvensional maka tidak bisa mengendalikan alat pertanian modern, teknologi pertanian modern," ujarnya.
Dedi Nursyamsi menjelaskan untuk menciptakan atau mencetak SDM yang modern, dibutuhkan juga pelatih yang modern, seperti Widyaiswara, Dosen, Penyuluh yang profesional, serta berdaya saing.
"PPMKP Ciawi bertugas menghasilkan dan melatih aparatur pertanian yang berjiwa entrepreneurship tinggi, yang profesional, daya saing. PPMKP Ciawi mempunyai tugas yang mulia. Oleh karena itu, semua harus melakukan transformasi yang modern," katanya.
Ditambahkannya, transformasi bisa dimulai dari pelatihan Pra Jabatan yang lebih banyak diisi generasi milenial. Metodologi pelatihan pun harus di transformasi. Karena, milenial mempunyai ciri kritis, cerdas, cepat menguasai IT.
"Metode pelatihan yang manual jaman dulu jangan diterapkan lagi, seperti contohnya pelatihan untuk pra jabatan yang sekarang dikenal dengan latsar [pelatihan dasar] sekarang harus menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan generasi milenial. Dan kita harus siap dengan perubahan-perubahan yang kini seketika kian berubah," tambah Dedi Nusyamsi.
Menurut Dedi Nursyamsi, yang tidak kalah penting adalah melakukan transformasi mindset atau cara berpikir dari konvensional ke modern. dan hal itu bisa dimulai dari hal kecil.(Cha)
Ciawi of West Java [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.
