Jakarta (B2B) - Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) di Kementerian Pertanian RI menyatakan pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) per 17 Februari 2016 melonjak 138% atau mencapai 53.145 ton dibanding periode yang sama pada 2015, dan para pedagang beras di PIBC meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) menghentikan Operasi Pasar Beras yang berlangsung sejak 27 November 2015.

Kondisi serupa terjadi di enam sentra beras yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur padahal masa paceklik pada Januari 2016 baru saja berakhir tapi malahan terjadi penumpukan pasokan beras.

Kepala Pusdatin Kementan, Suwandi mengatakan fakta melimpahnya beras telah memicu ´anomali pasar´ dan layak menjadi masukan bagi para pakar dan pengamat untuk mengetahui fakta di pasar terhadap fenomena ini, dan aparat penegak hukum segera turun tangan untuk menyelidiki dugaan terjadinya upaya mempermainkan pasokan dan harga beras di pasar.

Suwandi mengingatkan bahwa pada Oktober hingga Desember 2015 untuk mengantisipasi dampak El Nino, banyak pihak menyatakan akan terjadi kekurangan pasokan beras sehingga diperlukan beras impor untuk mencukupi cadangan beras nasional, bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) dituding tidak mampu menyajikan data valid tentang persediaan pangan nasional, namun kini hal sebaliknya yang terjadi.

Fakta menunjukkan bahwa data BPS tergolong akurat, yang menyatakan bahwa Angka Ramalan II 2015 tentang produksi gabah 74,9 juta ton gabah kering giling (GKG) dinyatakan BPS lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional.

"Buktinya saat paceklik ini pun, masih banyak pasokan beras dan kini membanjiri pasar. Dengan demikian diyakini ada pula pasokan beras di tingkat produsen, di penggilingan, di tangan konsumen, dan Badan Urusan Logistik atau Bulog," kata Suwandi.

PIBC: Stop Operasi Pasar Bulog
Menyikapi melimpahnya pasokan beras di PIBC, Ketua DPD Perpadi Jakarta, Haji Nellys Soekidi dan Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Cipinang, Haji Zulkifl meminta secara resmi kepada Kepala Perum Bulog Divisi Regional DKI Jakarta untuk menghentikan Operasi Pasar Beras yang dilakukan Bulog sejak 27 November 2015.

Nellys mengatakan bahwa pada pekan keempat Februari 2016 akan memasuki masa panen, dan Maret hingga April 2016 merupakan puncak dari panen raya padi yang diperkirakan hasilnya akan membanjiri seluruh sentra pasar di Indonesia.

"Silakan yang berminat, sekarang datang ke sini, ribuan ton beras tersedia dengan harga Rp7.200 sampai Rp7.500 per kg. Sementara operasi pasar Bulog atas kerjasama divisi regional Jakarta dan Banten berjalan lancar sejak 27 November 2015," kata Nellys.

Menurutnya, harga beras yang sudah rendah saat ini jangan sampai turun lagi, karena bila harganya terus melorot hingga masa panen raya maka harga gabah akan anjlok dan petani merugi. Kementerian Perdagangan dan Bulog diharapkan turun tangan melakukan upaya stabilisasi harga gabah dan beras saat panen raya.

Suwandi menambahkan, saat ini sudah memasuki masa panen dan puncaknya akan terjadi pada Maret hingga April 2016. Produksi panen padi pada Februari 2016 diprediksi mencapai 5 juta ton GKG atau setara 3,1 juta ton beras yang dinilai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras penduduk yang diperkirakan mencapai 2,6 juta ton per bulan.

"Bahkan pada Maret 2016 akan ada panen raya dengan perkiraan produksi 12,6 juta ton GKG atau setara 7,9 juta ton beras, demikian pula panen pada April 2016 diperkirakan lebih dari 12 juta ton GKG," kata Suwandi.