Sinergi Kementan & Pemkab Banjar, Pacu Penumbuhan Usaha bagi Peternak Itik
Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s SMKPPN Banjarbaru
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Banjar, Kalsel [B2B] - Kementerian Pertanian RI bersama International Fund For Agricultural Development [IFAD] akan menciptakan wirausahawan milenial tangguh dan berkualitas melalui Program Youth Enterpreneurship And Employment Support Services [YESS].
Melalui Program YESS akan terwujud regenerasi pertanian, meningkatnya kompetensi sumberdaya manusia dari perdesaan, meningkatnya jumlah wirausaha muda di bidang pertanian.
Pertanian diproyeksikan menjadi lapangan kerja menarik, prospektif dan menguntungkan dan berdampak pada penurunan angka pengangguran dan mencegah urbanisasi.
Program YESS dilaksanakan pada 15 kabupaten di empat provinsi yakni Kalimantan Selatan meliputi Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Tanah Bumbu; Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Bantaeng, Bone, Bulukumba dan Maros; Provinsi Jawa Barat mencakup Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Subang dan Tasikmalaya; dan Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Malang, Tulungagung, Pasuruan dan Pacitan.
Tahun 2023 ini terdapat penambahan empat kabupaten baru yakni Kabupaten Hulu Sungai Selatan di Kalimantan Selatan, Banyuwangi di Jawa Timur dan Bogor di Jawa Barat dan Gowa di Sulawesi Selatan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan terdapat dua kunci sukses pelaksanaan Program YESS Kementan.
“Pertama, Program YESS hadir untuk meningkatkan kapasitas pemuda di pedesaan melalui pendidikan dan pelatihan untuk menjadi agen pembangunan pertanian," katanya.
Kedua, kata Dedi Nursyamsi, pemuda dan pemudi harus memiliki jiwa kewirausahaan dari hulu sampai hilir.
Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri [SMK-PPN] Banjarbaru selaku Provincial Project Implementation Unit [PPIU] Kalimantan Selatan dalam Program YESS mengadakan District Multi Stakeholder Forum [DMSF] ke II di Kabupaten Banjar.
Hal ini untuk menyampaikan capaian dan evaluasi Program YESS dan mendiskusikan penguatan klasterisasi komoditas itik di Kabupaten Banjar.
Forum DMSF berlangsung di Hotel Aston Banua, Banjar pada Rabu [18/10] dengan mengundang 58 orang di antaranya dari Dinas lingkup Kabupaten Banjar, UPT Kementan Lingkup Kalsel, Offtaker, DPM/DPA Kalsel, Bank, Kadin, Hipmi, Iwapi, KTNA, HKTI, APJI, Hotel Aston Banua, industri swasta, Financial Advisor, Fasilitator dan Penerima Manfaat. Program YESS.
Mengawali forum ini, Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso menyampaikan bahwa kegiatan Yess di Kabupaten Banjar sudah terlihat hasilnya, khususnya pada peningkatan omset.
“Contoh Bagus Prasetyo di Martapura. Omsetnya naik jadi Rp20 juta, dari awalnya Rp5 jutaan. Tidak hanya omset, kualitas produk juga meningkat, misalnya madu, dari kemasannya biasa hingga terkemas baik,” katanya.
Budi Santoso menambahkan, selama 2.5 tahun sudah terjalin kerjasama yang baik dengan semua pihak. Harapannya, meskipun program akan berakhir, namun kerjasama harus terus berjalan agar terus muncul pengusaha baru. Klaster merupakan kolaborasi dari hulu sampai hilir, karena kalau individu agak susah bersaing.
Membuka DMSF, mewakili Bupati Banjar Saidi Mansyur, Asisten Perekonomian Dan Pembangunan Pemkab Banjar, Ikhwansyah mengatakan DMSF ke II, semua pihak terkait, khususnya pemerintah daerah didorong untuk memperkuat kerjasamanya.
“Hal itu, untuk mendorong pertanian menjadi lapangan kerja yang menarik dan berdampak menurunkan tingkat kemiskinan. Sektor pertanian menyumbangkan pendapatan tertinggi kedua, 18,87 persen di Kabupaten Banjar,” katanya.
Mengawali materi DMSF, Kepala Bappeda Litbang Pemkab Banjar, Siti Hamidah yang menyampaikan materi ´Dukungan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Banjar terhadap Program YESS´.
Siti Hamidah menyampaikan bahwa Pemkab Banjar memberi dukungan kebijakan atau peraturan yang terkait dengan mendukung partisipasi pemuda. Selain itu semakin meningkat masyarakat dan pemuda desa mendapatkan pelatihan manajemen bisnis. Hal itu didukung prospek bisnis bidang pertanian lebih baik ketimbang non pertanian.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Banjar, Kencana Wati menjadi pemateri kedua yang menyampaikan materi ´Dukungan Sektor Koperasi Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Untuk Program YESS´.
Kencana Wati menyampaikan materi terkait offtaker atau pasar maupun perusahaan ritel komoditas pertanian seperti subsektor peternakan melalui itik. Kelembagaan UMKM mampu mendukung pengembangan SDM di bidang pertanian.
Informasi pelatihan dan pameran dalam mendukung peningkatan kualitas produk pertanian dan olahan hasil pertanian. Informasi teknis pengurusan perizinan untuk legalisasi produk serta kemasan produk. Optimalisasi peran perkoperasian di sektor pertanian.
Terakhir dalam paparan yang disampaikan oleh Project Manajer PPIU Kalsel, Angga Tri Aditia P. bahwa Kementan hadir untuk saling mendukung, saling menyumbangkan ide, karena Program YESS untuk masyarakat Banjar.
"Fokus DMSF kali ini adalah bagaimana kita mengembangkan klaster. Kita petakan dari hulu ke hilir, khususnya klaster itik di kabupaten Banjar," katanya. [Tim Ekpos SMK-PPN Banjarbaru]
Banjarbaru of South Borneo [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Programme or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Ministry stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.
