Kepiawaian `Smart Farming` Pikat Sarjana Disain Interior jadi Petani Milenial

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kepiawaian `Smart Farming` Pikat Sarjana Disain Interior jadi Petani Milenial
RUMAH TANAM: Petani milenial Stefanus Rangga Santoso [kiri] sarjana disain interior lulusan Singapura yang sukses mengembangkan smart farming pada smart green house tanaman melon di Kudus, Jateng [Foto: YESS]

Jakarta [B2B] - Upaya mengubah mindset anak muda back to agriculture, terus diupayakan oleh Kementerian Pertanian RI. Stefanus Rangga Santoso, 27, layak jadi inspirator. Sarjana disain interior di Singapura memilih bertani di tempat asalnya, Kudus di Jawa Tengah melalui smart farming pada budidaya melon di lahan 1,3 hektar.

Rangga menerapkan budidaya smart green house [SGH] dengan metode hidroponik yang dikendalikan otomatis melalui sensor atau jarak jauh oleh smartphone berbasis Android. Hasilnya, Rangga memiliki 18 rumah tanam, populasinya 1.400 - 1.800 tanaman melon per rumah tanam sebagai produk utama label Laguna Greenhouse.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan SGH adalah cermin implementasi pertanian modern yang mengedepankan teknologi berbasis artificial intelligence.

“Sektor pertanian harus diintervensi oleh teknologi modern. Pertanian tidak bisa diolah lagi dengan cara tradisional yang makan biaya, waktu, tenaga dan pikiran. Yang jelas kita tidak bisa mencoba dengan peradaban yang lalu," kata Mentan Syahrul.

Menurutnya, smart farming dengan implementasi SGH dapat diterapkan pada metode hidroponik, konsep ramah lingkungan yang dapat mengendalikan kelembaban, suhu, nutrisi dan cuaca sehingga budidaya lebih optimal.

Kepala Badan Peyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan SGH adalah inovasi terbaru yang mampu mengendalikan suhu microclimate pada sebuah lahan pertanian modern. Pemanfaatan SGH akan menghasilkan produksi pangan berkualitas bagi kebutuhan nasional maupun ekspor.

"Smart green house itu sebetulnya bagian dari smart agriculture yang sedang kita bangun sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo. Intinya, pertanian modern yang memanfaatkan informasi teknologi, terutama internet of things atau artificial intelligence memanfaatkan sensor yang didukung big data," kata Dedi Nursyamsi.

Rangga selaku alumnus Raffles Design Institute di Singapura tentu lekat dengan teknologi modern serta agen properti di sela aktivitas kuliahnya, tak membuat Rangga lupa pada tanah airnya, Indonesia.

Dari hasil tabungan selaku agen properti di Singapura, Rangga memanfaatkan sebagai modal awal memulai usaha pertanian. Dia kepincut bertani, sejak masih SMA lantaran harga cabai melambung. Bersama dua teman, dia membuat rumah tanam mini untuk budidaya cabai di halaman rumahnya, namun terhenti karena harus kuliah.

Sepulangnya ke tanah air pada 2018, Rangga memulai bisnis pertanian bermodalkan uang tabungan sebagai agen properti di Singapura. “Tabungan itu pun akhirnya habis untuk biaya belajar dan eksperimen.”

Rangga mencoba irigasi tetes plus rumah tanam sederhana untuk budidaya cabai dan bawang merah pada lahan 1.3 hektar. Kini berdiri 18 rumah tanam, populasi hingga 1.800 tanaman melon per rumah tanam.

"Tinginya permintaan pasar pada melon, dengan metode hidroponik membuat hasil panen lebih terukur, seragam dan optimal, menjadi alasan utama saya,” kata Rangga.

Sebagai milenial, Rangga menerapkan manajemen Internet of Things (IOT) atau terkoneksi pada jaringan internet dalam berbudidaya. Inovasi greenhouse dengan pola tanam tanpa pestisida sehingga aman dikonsumsi. 

"Teknologi sangat membantu. Kalau kandungan nutrisi berubah, terjadi kebocoran, suhu atau kelembapan di rumah tanam tidak sesuai, alat akan menghubungkan pada ponsel pintar operator rumah tanam untuk segera mengatasi masalah yang terdeteksi," katanya.

Menurutnya, dengan sistem serba otomatis menjamin pasokan secara kontinyu dan hasil premium. “Pembeli tentu lebih senang jika pasokan kontinyu dan mutu produk jelas,” kata Rangga yang mengusung bendera usaha CV Santoso Agro bagi produk Laguna Greenhouse.

Saat ini, katanya, CV Santoso Agro mampu memasok  melon premium dengan kapasitas produksi hingga empat ton tiap 20 hari. Harga jual melon premium rata-rata Rp 40.000, sementara omset Rp148 juta hingga Rp160 juta per 20 hari. 

Tak hanya melon, Rangga juga bawang merah dan durian didukung lebih 20 karyawan. Sukses itu pula yang membuatnya didapuk menjadi salah satu narasumber kegiatan Millenial Agriculture Forum (MAF) yang digelar secara Hybrid pada Sabtu pekan lalu [2/10].

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan BPPSDMP] Idha Widi Arsanti menilai langkah Rangga bersama Laguna Greenhouse dan CV Santoso Agro sebagai cerminan bahwa pertanian ke depan harus dikelola secara bisnis yang berorientasi laba

"Cirinya, dengan mengembangkan produksi bernilai tambah sebagai manifestasi pertanian maju, mandiri dan modern yang menguasai sektor hulu hingga ke hilir," kata Kapusdik Idha WA yang juga Direktur Program Youth Enterpreneur and Employment Support Services [YESS].

Direktur Polbangtan Bogor, Detia Tri Yunandar menambahkan melalui tema MAF kali ini, Kementan mencoba memberikan wawasan kepada para milenial serta mendorong dan menarik minat milenial, untuk memanfaatkan peluang dan berani berbisnis hortikultura dengan SGH.

“Kami mengajak milenial mengubah mindset, pertanian tidak lagi konvensional. Pertanian ke depan adalah high technology yang menerapkan IOT dan berbasis IT. sejalan perkembangan saat ini, era industri 4.0, serba digital berbasis internet,” kata Detia TY.

Selaku penyelenggara MAF, pihaknya menghadirkan narasumber Netti Tinaprilla selaku akademisi dan seorang pengusaha sukses hortikultura, Stefanus Rangga Santoso serta DPM Hendra Hidayat untuk membuka wawasan generasi milenial bahwa pertanian adalah sektor yang menjanjikan. [Nurlaily/Mac]

Jakarta [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.