Jakarta [B2B] - Badan Pusat Statistik [BPS] mencatat pertumbuhan ekspor produk pertanian pada November 2020 meningkat 6,33%  secara month on month [MoM] dan secara year on year [YoY] meningkat hingga 33,33%.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan bahwa peningkatan ini disumbang dari kenaikan beberapa produk hasil pertanian, seperti rempah-rempah, buah-buahan, cengkeh, sarang burung walet, dan hasil hutan.

"Selanjutnya ada ekspor minyak kelapa sawit yang melambung tinggi, yaitu 25,08 persen secara month on month. Berdasarkan kelompok HS 2 digit, yang meningkat tajam adalah ekspor lemak dan minyak hewan nabati," kata Suhariyanto secara virtual di kantornya, Selasa [15/12].

Suhariyanto juga menerangkan bahwa negara tujuan ekspor produk pertanian Indonesia, diantaranya ada China, Malaysia, Pakistan, Jepang, dan India. Untuk ekspor nonmigas, Chinga mendominasi hingga 22,87%.

Selain itu, kontribusi sektor pertanian pada November 2020 terhadap total nilai ekspor mengalami peningkatan sebesar 13,64%. Sedangkan industri pengolahan meningkat 1,46%.

"Bisa dilihat bahwa total ekspor kita pada November 2020 sangat menggembirakan sekali mencapai USD 15,28 miliar. Ini tertinggi selama tahun 2020. Bahkan, kalau mundur ke belakang ekspor November 2020 menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2018 lalu," kata Suhriyanto.

Sementara itu, peningkatan upah butuh tani di periode yang sama juga mengalami peningkatan sebesar 0,15% dari Rp.52.566 per hari menjadi Rp.55.848 per hari.

Sebagai informasi, upah nominal buruh tani adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan. Upah rill menggambarkan daya beli dari pendapatan yang diterima.