Dedi Nursyamsi: Petani dan Penyuluh adalah `Serdadu Pangan` Indonesia Kuat

Farmers and Agricultural Extensionists are `Indonesian Food Soldiers´: Senior Official

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Dedi Nursyamsi: Petani dan Penyuluh adalah `Serdadu Pangan` Indonesia Kuat
KEBUN PERCOBAAN: Kepala BPPSDMP Kementan, Prof [R] Dedi Nursyamsi [kemeja putih]; Kabid Penyuluhan Kalbar, Sofyan; Kapuslatan Bustanul AC; Kepala BBPKH Cinagara, Wisnu WP; dan Kabid Zuroqi Mubarok [Foto: Prabu]

Pontianak, Kalbar [B2B] - Kebun Percobaan Sungai Kakap di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat seluas 12,5 hektar harus dimanfaatkan maksimal, untuk meningkatkan kemampuan serta kompetensi petani dan penyuluh pertanian era 4.0, mengingat perannya sebagai ujung tombak kekuatan pangan Indonesia. Penyuluh pertanian dianalogikan oleh Prof [R] Dedi Nursyamsi sebagai ´pasukan infantri´ yang hadir di depan memimpin petani sebagai ´serdadu pangan´ nasional.

"Penyuluh itu ibarat ujung tombak. Ibaratnya perang, yang paling terdepan itu pasukan infantrinya adalah penyuluh. Pernah lihat ujung tombak?" tanya Kepala BPPSDMP Kementan, Prof [R] Dedi Nursyamsi, Kamis [8/8] pada penyuluh Kalbar di Kebun Percobaan Sungai Kakap yang dikelola Balai Pengkajian Teknologi Pangan [BPTP] Kalbar di atas lahan milik pemerintah provinsi.

Dia pun menjelaskan tentang material ujung tombak terbuat dari besi yang keras dengan warna mengkilat, sementara tombak terbuat dari kayu, maka penyuluh harus kuat dan berkemampuan tinggi layaknya pasukan infantri memimpin petani sebagai ´serdadu pangan´.

"Peneliti itu gagang tombak. Begitu pula pendidik, dosen, widyaswara juga gagang tombak. Penyuluh adalah ujung tombaknya. Penyuluh harus lebih tajam daripada saya sebagai peneliti. Keseharian penyuluh bertemu petani. Ketemu milenial. Andalah, para penyuluh yang membangun semangat petani milenial untuk menanam, memupuk hingga mengetahui cara mengolah produk pangan bahkan packaging. Peran penyuluh itu luar biasa,” kata Dedi Nursyamsi yang tetap humble berada di depan penyuluh, meski menduduki jabatan eselon satu Kementan sekaligus Penanggung Jawab [PJ Upsus] Kalbar.

Tampak hadir Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian TPH Pemprov Kalbar, Sofian Suri; Kepala Pusat Pelatihan Pertanian [Puslatan BPPSDMP] Bustanul Arifin Caya; Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan [BBPKH] Cinagara, Wisnu Wasesa Putra dan Kabid Standarisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian - Puslatan, Zuroqi Mubarok.

Kompetensi, ilmu, semangat dan mental penyuluh harus luar biasa mendampingi petani. Ketahanan pangan kuat maka negara pun kuat, sebaliknya kalau lemah karena kekurangan pangan maka negara pasti lembek. Penyuluh dan petani milenial merupakan ujung tombak Indonesia kuat.

Dia pun memberikan contoh tentang Uni Soviet, negara adidaya berfaham komunis di Eropa, yang menjadi lemah dan kemudian bubar lantaran paceklik gandum sehingga rakyatnya kelaparan. Krisis pangan kemudian berdampak pada krisis ekonomi, politik, dan sosial yang memicu negara koloni Uni Soviet untuk menyatakan merdeka. Uni Soviet kini berganti nama menjadi Rusia tanpa ditopang Ukraina, Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan, dan sejumlah negara lainnya yang dahulu di bawah kekuasaan Uni Soviet.

"Indonesia pun begitu. NKRI adalah harga mati. Pangan kuat maka NKRI kuat. Pangan juga harga mati. Tak ada pangan, tak ada NKRI. Generasi milenial, khususnya petani dan penyuluh adalah masa depan bangsa dan negara. Harus tahan banting dan memiliki kemampuan entrepreneurship," kata Dedi Nursyamsi, yang merupakan profesor peneliti ke-127 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian [Balitbangtan].

Dia pun mengingatkan petani dan penyuluh Kalbar untuk memanfaatkan Kebun Percobaan Sungai Kakap yang dikelola oleh BPTP untuk sepenuhnya dimanfaatkan oleh penyuluh dan petani milenial Kalbar. 

Pontianak of West Borneo [B2B] - The Kakap River Agricultural Experimental Park in Pontianak, capital of West Borneo province, covers an area of 12.5 hectares must be utilized maximally, to improve capacity and competence of farmers and agricultural extensionists in the 4.0 era, considering its role as the spearhead of Indonesia´s power. Indonesian agricultural extension are analogous by Prof. [R] Dedi Nursyamsi as an ´infantry soldier´ who leads farmers as national ´food soldiers´.