Turun 7%, Target Penurunan Konsumsi Beras Nasional hingga 2024

Indonesian Govt Encourages Local Food Diversification across the Country

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Turun 7%, Target Penurunan Konsumsi Beras Nasional hingga 2024
DISKUSI FORWATAN: Karo Humas Kementan, Kuntoro BA [ke-3 kiri]; Akademisi IPB, Dr Sahara [hijab], petani milenial Sandy OS; Ketua Forwatan Yuwono IN [kanan], Sekjen Forwatan, Bantolo dan Dewan Pembina Forwatan, Juni Arman [kiri]

Jakarta [B2B] - Pemerintah RI menargetkan penurunan konsumsi beras nasional 7% dalam lima tahun ke depan. Hingga 2024, target konsumsi turun ke posisi 85 kg per kapita/tahun atau setara 1,77 juta ton senilai Rp17,78 triliun. Sementara konsumsi 2020 ditargetkan turun ke 92,9 per kg dari 2019 sebesar 94,9 kg per kapita/tahun.

Kementerian Pertanian RI [Kementan] berupaya mengembangkan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal terutama sumber karbohidrat non beras antara lain ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum, yang fokus pada satu komoditas utama per provinsi. 

"Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mencapai 91,2 per kg per kapita per tahun," kata Riwantoro, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan [BKP Kementan] di Jakarta, Selasa [8/9].

Upaya Kementan tersebut mencuat dari Diskusi yang digelar Forum Wartawan Pertanian [Forwatan] bertajuk ´Diversifikasi Pangan Kokohkan Ketahanan Pangan Nasional. Pembicara yang hadir antara lain Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB University, Sahara; petani milenial Sandi Octa Susila; dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri serta 

Riwantoro menambahkan, BKP Kementan menargetkan penurunan pangan beras diikuti kenaikan konsumsi pangan lokal, mengingat besarnya peluang diversifikasi karena masyarakat ingin hidup sehat dan terbuka peluang bisnis usaha mikro, kecil dan menengah [UMKM].

Langkah tersebut, katanya, ditempuh BKP Kementan melalui strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal, untuk kebutuhan makan masyarakat menjadi pedoman. 

"Pemerintah berkomitmen menjaga kebutuhan pangan dan mencegah masyarakat kelaparan di tengah pandemi Covid-19. Ketika BMKG menyebut akan ada kekeringan," kata Riwantoro.

Menurutnya, diversifikasi pangan bertujuan antisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakkan ekonomi dan mewujudkan SDM yang sehat, dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras.

Karo Humas Kementan, Kuntoro BA mengatakan pengembangan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama per provinsi. Diversifikasi pangan difokuskan kepada enam pangan lokal sumber karbohidrat non beras diantaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.

"Kementan memastikan kebutuhan pangan 267 juta jiwa harus tercukupi kebutuhannya. Diversifikasi membantu ketahanan pangan masyarakat. Ada potensi pangan lokal untuk mendukungnya, pangan lokal non beras sehingga mendukung swasembada pangan," kata Kuntoro.

Dia menambahkan potensi produktivitas ubi kayu 10 ton per hektar dan pisang bisa mencapai 80 ton per hektar. “Selanjutnya, perlu mendorong pasar memperkenalkan produk. Jadi imejnya pangan lokal harus ditingkatkan agar menarik semua orang untuk konsumsi.”

Dr Sahara mengatakan pandemi Covid-19 momentum tepat untuk mempercepat diversifikasi pangan, karena itu, harus diubah bahwa beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat. Selama ini, pemerintah masih terlalu fokus pada pengembangan pangan jenis beras padahal ragam jenis pangan Indonesia sangat berlimpah.

Saat ini, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman. Namun, konsumsi beras per kapita terlampau tinggi sehingga kontra produktif karena menghambat investasi dan pengembangan produk pangan selain beras. 

"Efeknya, kemampuan kita memproduksi pangan lokal secara kontinyu rendah. Belum lagi bicara soal teknologi pengolahan pangan lokal yang masih terbatas,” katanya.

Sementara Sandi Octa Susila menuturkan bahwa petani milenial juga mendukung diversifikasi pangan lokal. Bahkan sudah melakukan ekspor mokaf [tepung singkong] dan sagu. Potensi lahan harus dioptimalkan untuk budidaya. Selain itu, perlu membangun kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan pangan lokal. 

Jakarta [B2B] - Indonesian Agriculture Ministry will focus on developing food diversification upstream to downstream based on home industry across the country as implementing development of local staple food. activities focus on diverse and balanced nutritious food consumption including sources of protein, vitamins and minerals, according to senior official of the ministry.

Secretary of the ministry´s Directorate General of Food Security Agency [BKP] Riwantoro said food diversification is an important theme in the development of food security in Indonesia. The goal of food diversification is to increase the availability and consumption of diverse, nutritious, and safe food to support the development of healthy, active, and productive human resources.