Kementan Ajak Petani Milenial Terapkan Zero Waste di Peternakan
Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s SMKPPN Sembawa
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Banyuasin, Sumsel [B2B] - Salah satu upaya peningkatan produksi dan produktivitas pada hewan ternak sebagai penyedia pangan hewani yang aman, sehat, utuh dan halal. Peternak sebagai pelaku utama, tentunya memiliki peranan yang sangat penting demi tercapainya pembangunan peternakan.
Guna mendukung hal tersebut, SMKPPN Sembawa salah satu UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] menggelar webinar Millennial Agriculture Forum [MAF] Vol. III Edisi 30.
Webinar bertajuk 'Intensifikasi Ternak dengan Kesehatan Hewan dan Zero Waste' diikuti lebih 600 partisipan pada Sabtu [13/8]. Hadir Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi selaku keynote speaker didampingi Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP [Pusdiktan] Idha Widi Arsanti selaku moderator webinar.
Kepala SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni mengatakan strategi pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dapat dikembangkan melalui Sistem Pertanian Terpadu dengan Zero Waste merupakan solusi terbaik bagi pengembangan pertanian maju, mandiri dan modern oleh petani milenial.
"Penerapan konsep zero waste dapat meningkatkan kualitas hasil produksi pertanian. Hasil pangan mandiri lebih berkualitas serta dapat menjadi solusi menuju pertanian ramah lingkungan. Tentunya berkelanjutan baik secara ekonomi maupun ekologi," katanya.
Upaya tersebut sejalan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa kesehatan hewan ternak berperan vital dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak, termasuk menangkal penyakit mulut dan kuku [PMK].
"Penanganan PMK terus dilakukan secara maksimal, dengan mendistribusikan obat, penyuntikan vitamin, pemberian antibiotik dan penguatan imun. Di sisi lain, Kementan juga terus bekerja melakukan riset dan uji lab untuk menemukan vaksin dalam negeri," katanya.
Mentan Syahrul meminta pemerintah daerah membangun integrated farming, mengintegrasikan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang dikelola secara terpadu.
"Kementan tidak bisa sendirian dalam mempertahankan ketahanan pangan nasional saat kondisi pemanasan global. Semua pihak baik dari kementerian, lembaga lain, pemerintah daerah, universitas, perbankan bersama mempersiapkan ketahanan pangan nasional," katanya.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengingatkan bahwa kita sekarang dalam kondisi krisis pangan global, maka bangsa yang maju harus bisa mencukupi pangan rakyat. Krisis tersebut dipicu pandemi Covid-19, imbas perang Rusia dan Ukraina dan PMK.
"Cara menghadapi krisis, genjot komoditas pangan nabati dan hewani, diversifikasi pangan lokal untuk menekan pangan impor. Pangan lokal akan menangkal krisis pangan global diikuti genjot produksi, genjot pengolahan, genjot konsumsi dan genjot marketing," katanya.
Hal utama yang harus tersedia, kata Dedi Nursyamsi, adalah pakan, benih, dan kesehatan hewan ternak. Pangan hewani tidak hanya dari sapi juga dari kambing dan domba.
Sementara Kepala Pusdiktan Idha Widi Arsanti mengajak generasi muda khususnya petani milenial untuk bersama-sama mengatasi wabah PMK.
"Cara mencegah PMK dapat dengan cara biosecurity untuk barang, kandang, karyawan dan ternak. Konsep zero waste-nya yakni feses dan sisa pakan dijadikan pupuk organik untuk pupuk tanaman," katanya.
Hadir narasumber, dosen kesehatan hewan, Eko Sugeng Pribadi yang mengulas tentang ternak untuk peningkatan hasil. Faktor kunci sukses adalah kesehatan dan kenyamanan induk, dengan cara selalu menjaga kesehatannya agar induk tetap sehat.
Kenyamanan induk terdiri atas calving interval [menjaga bagaimana induk yang dipelihara disiplin melahirkan], terhindar dari penyakit dan kebersihan kandang.
Terkait PMK, Eko SP menambahkan bahwa virus berbahaya bagi ternak saat ini adalah PMK dengan gejala pada ternak seperti banyak mengeluarkan ludah, mengecup bibir, suhu tubuh tinggi, gemetaran, kaki bengkak, produksi susu berkurang, luka dan lecet terlacak dan rongga mulut, luka dan lecet serta kurus.
"Secara umum, kita bisa merawat ternak kita yang sakit dengan memberi antibiotika, antiradang, penurun panas, vitamin, pakan halus, dan vaksinasi," katanya lagi.
“Pengelolaan peternakan dan pasca panen yakni ranch atau peternakan rakyat, letak rumah potong hewan, tata niaga yang memberikan nilai tambah, rantai dingin serta edukasi konsumen mengenai daging segar," ujarnya.
Sementara materi tentang 'Limbah Kandang meningkatkan pendapatan Peternak' disampaikan oleh dosen peternakan Universitas Sriwijaya, Arfan Abrar bahwa limbah kandang harus dikelola untuk meningkatkan nilai tambahnya.
"Kita ketahui, setiap hari budidaya ternak menghasilkan limbah berupa feses maupun urine. Dari sisi jumlah feses basah 8-10 kg/hari dan urin 10 kg/ekor/hari, sehingga harus dilakukan upaya pengelolaan limbahnya.
Risikonya tinggi, kata Arfan Abrar, apabila limbah kandang tidak dikelola dengan baik, akan berisiko pada kesehatan lingkungan yang memicu media penyebaran penyakit.Kiatnya, ubah mindset limbah menjadi unit penghasil pendapatan baru sebagai investasi.
Narasumber Muhammad Awal Gunadi mengulas pemanfaatan dan pengelolaan limbah yaknik pupuk kompos dan pupuk cair. Komposisi pada pupuk padat/ kompos berupa PH H20 7,02, N 1,22, P 1,05, K4,00.
"Adapun bahan-bahan untuk pembuatan pupuk padat yakni kotoran kerbau, jerami padi, dan dikomposer. Sedangkan untuk pupuk cair menggunakan bahan-bahan kotoran kerbau, EM4 serta disirkulasi," kata Awal Gunadi, peternak Pokmas Ulak Kuto Mandiri Desa Bangsal Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. [timhumassmkppnsembawa]
Banyuasin of South Sumatera [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.
