Milenial DPA Kementan Tembus Pasar Jepang, Buktikan "Bertani itu Keren"

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Milenial DPA Kementan Tembus Pasar Jepang, Buktikan "Bertani itu Keren"
MENTOR PROGRAM YESS: Suhendar, petani milenial sukses dari Cianjur, Jabar yang menggerakkan petani di kampung halamannya untuk menembus pasar ekspor tanpa mengabaikan kebutuhan pasar lokal dan Jakarta [Foto: Pusdiktan BPPSDMP]

Cianjur, Jabar [B2B] - Suhendar, petani milenial Cianjur, Jabar bersama 200-an petani Cipendawa dari Gapoktan Multi Tani Jaya Giri [Mujagi] berhasil menembus pasar Jepang melalui komoditas sayuran. Suhendar dikukuhkan Kementerian Pertanian RI sebagai Duta Petani Andalan [DPA] bukti "bertani itu keren" sekaligus menguntungkan.

Suhendar yang memimpin Gapoktan Mujagi di Kampung Pasir Cina, Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur menggerakkan lebih 200 petani yang berhimpun pada 28 kelompok tani [Poktan] memasok enam kuintal cabai pasar lokal, restoran, pasar modern dan Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta.

Gapoktan Mujagi didorong Suhendar menjadi gabungan kelompok tani yang berorientasi bisnis, yang menerapkan manajemen pola produksi melalui jadwal tanam dan jadwal panen pada 200 hektar lahan cabai dan sayuran.

"Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat petani dari Gapoktan Mujagi, justru semangat meningkatkan produktivitas panen. Setiap hari, kami produksi sayuran hijau seperti kubis, sawi putih, terong, aneka bawang, bawang daun, cabe dan tomat," kata Suhendar.

Sukses tersebut membuatnya didapuk oleh Program Youth Entrepreneurship and Employment Support [YESS] untuk menjadi mentor dan fasilitator yang akan membimbing pemuda penerima manfaat Program YESS di Cianjur, untuk petani dan wirausaha muda pertanian.

“Kalian generasi milenial, jangan takut bertani. Bertani itu keren, menjanjikan dan memberi berkah tersendiri bagi kehidupan," kata Suhendar.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mendorong generasi milenial untuk mengembangkan pertanian di daerah masing-masing, dan tidak lagi berfikir bahwa pertanian saat ini masih konvensional melainkan didukung teknologi informasi di era digitalisasi global.

"Petani itu keren, menjadi petani adalah kebanggaan! Jangan lagi berpikir bahwa petani itu konvensional. Petani saat ini harus cerdas, mandiri, berorientasi maju dan modern. Petani saat ini harus mampu menjawab tantangan digitalisasi global," kata Mentan Syahrul.

Menurutnya, Kementan terus mengupayakan regenerasi petani melalui resonansi serta mewadahi petani milenial pada Duta Petani Milenial [DPM] dan DPA. Penguatan peran petani milenial di seluruh Indonesia, untuk mengkoordinasikan informasi dan program-program pembangunan di setiap kabupaten dengan cepat.

"Wadah DPM dan DPA eksis, agar petani milenial tumbuh masif, dengan mengoptimalkan peran mereka memacu sektor pertanian melesat hebat. Petani milenial berperan penting mendorong pengembangan jejaring usaha di wilayahnya. Saat ini telah terdata lebih 2.000 petani milenial di seluruh Indonesia," kata Mentan Syahrul.

Seruan tersebut ditegaskan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi  Nursyamsi bahwa DPM/DPA sudah melakukan resonansi di 34 provinsi. Usaha tani petani milenial bervariasi dari hulu ke hilir bahkan menembus ekspor seperti Suhendar.

"Kehadiran mereka diharapkan menjadi ikon pertanian masa kini dan contoh bagi generasi milenial lainnya untuk menekuni sektor pertanian," kata Dedi.

Dia kembali menegaskan seruan Mentan Syahrul bahwa pertanian bagai ´merpati putih yang tidak ingkar janji.’ "Buktinya, pertanian salah satu subsektor ekonomi yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19."

Suhendar, sosok ideal petani milenial yang dipercaya memimpin Gapoktan Mujagi yang berdiri pada 2009 di Kecamatan Pacet, Cianjur dengan komoditas utama cabai dan sayuran yang tetap eksis di tengah pandemi.

"Ada dampaknya tapi tidak signifikan. Sulit memasarkan saja, karena restoran dibatasi jumlahnya (permintaan produk) atau supermarket harus disesuaikan karena pengurangan kebutuhan disana," katanya.

Menurutnya, Gapoktan Mujagi berupaya menjaga kualitas tanaman sayuran sehat, aman dikonsumsi dan tidak tergantung produk kimia, harus dipastikan dari proses penanaman hingga penggunaan pupuk.

Kelompok Wanita Tani [KWT] yang tergabung pada Gapoktan Mujagi juga eksis mengolah aneka hasil panen mulai pengembangan bahan baku hingga pengolahan hasil panen menjadi produk makanan seperti kripik kentang dan olahan cabe seperti powder cabe kering. [Nurlaily/Mac]

Cianjur of West Java [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.