Pompanisasi, PJ Upsus Pajale `Mitigasi Kekeringan` di Musi Rawas - Lubuklinggau
Indonesian Officials Monitor the Impact of Drought in South Sumatra
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani

Lubuklinggau, Sumsel [B2B] - Sistem pompanisasi dipilih oleh PJ Upsus Pajale Kementan - Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau, I Wayan Ediana untuk mengantisipasi kebutuhan air 93 hektar sawah pada dua kecamatan di Lubuklinggau di bawah kendali Posko Kekeringan yang dibentuk Sabtu pekan lalu [20/7], untuk berkoordinasi dan pengendalian kondisi lapangan maupun update condition setiap hari dengan Kementan di Jakarta.
Langkah pompanisasi di bawah kendali Posko Kekeringan yang dibentuk oleh PJ Upsus Pajale Musi Rawas dan Lubuklinggau mengacu pada keputusan ´Rakor Mitigasi Kekeringan´ di Jakarta dua pekan lalu. Tujuannya, membantu petani mengantisipasi ancaman kekeringan lahan akibat kemarau, dengan menarik air dari sungai maupun sumber-sumber air di dekat lahan persawahan milik petani.
"Pompanisasi merupakan salah satu pemanfaatan teknologi yang mampu menumbuhkan luas lahan baru dan mengkompensasi lahan busuk menjadi produktif. Panen yang dihasilkan juga lebih bermutu karena optik organisme pengganggu tanaman relatif lebih kecil," kata I Wayan Ediana mengutip instruksi Dirjen Tanaman Pangan, Gatot Irianto Sumarjo yang memimpin Rakor mewakili Mentan Amran Sulaiman.
Sebelumnya B2B memberitakan, Rakor Mitigasi Kekeringan dihadiri Plt Sekjen Kementan, Momon Rusmono; Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy; Wakil Aster Kasad Brigjen TNI Gathut SU, dan dihadiri seluruh kepala dinas pertanian tingkat kabupaten/kota untuk membahas kekeringan di sejumlah wilayah serta langkah-langkah antisipasinya.
Provinsi Sumatera Selatan khususnya Musi Rawas dan Lubuklinggau belum mendapat peringatan waspada kekeringan yang dilansir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG], kendati begitu I Wayan Ediana mengaku tak mau ´kecolongan´ pada dampak kemarau mengingat sekitar 102.654 hektar terdampak kekeringan, dan 9.940 hektar sawah mengalami puso yang tersebar di 100 kabupaten/kota di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara seperti dilansir BMKG.
Kepala BPPSDMP Kementan, Momon Rusmono dan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan] Siti Munifah kerapkali mengingatkan para PJ Upsus Pajale di lingkup BPPSDMP Kementan untuk meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan, yang ditindaklanjuti pemantauan lapangan untuk identifikasi masalah diikuti langkah tindak lanjut mengatasi masalah di lapangan.
"Identifikasi wilayah kekeringan di Musi Rawas dan Lubuklinggau merupakan langkah antisipatif terhadap masa tanam Agustus dan September atau Asep 2019 untuk menjaga pencapaian target produksi padi, jagung dan kedelai di Sumsel," kata I Wayan Ediana, yang juga menjabat Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan - Pusluhtan BPPSDMP Kementan.
Antisipasi Dini
Upaya pompanisasi diupayakan dengan cara komunal melalui kelompok tani [Poktan] sebagai replikasi kebiasaan petani di Jawa dan Bali menghadapi kemarau. Caranya? I Wayan Ediana mengajak petani didukung pemuda setempat membentuk kelompok ´penyedia dan pengatur air´ maka kelompok pertama bertugas memompa air dari sungai ke lahan pertanian, kelompok kedua melakukan pengaturan air ke tiap lahan sesuai jadwal sehingga dapat mengatasi puncak kemarau pada Juli dan Agustus 2019.
Kepada pers usai Rakor Mitigasi Kekeringan di Jakarta, Senin [8/7], Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy menyatakan mengakomodir kebutuhan pemerintah daerah yang mengusulkan permintaan 20 ribu unit pompa air pada 2019, untuk kedalaman 20 - 25 meter agar menghasilkan air didukung daya tampung 1500 m3 untuk mengairi lahan kering maksimal 70 hektar.
Komitmen Kementan sebagai ´regulator produksi pangan nasional´ disikapi I Wayan Ediana untuk concern pada kepentingan daerah ketika mengunjungi Musi Rawas dan Lubuk Linggau selama dua hari, 19 - 20 Juli, dia berharap hal itu akan memicu sense of belonging dari para petani dan penyuluh maupun pejabat dan pegawai di kantor dinas terkait.
Kiatnya, setelah mendarat pada pagi hari di Bandara Silampari, I Wayan Ediana langsung ke lapangan memantau kondisi terkini hingga menjelang matahari terbenam, dilanjutkan koordinasi dengan pihak terkait hingga tengah malam. Koordinasi berlanjut pada pagi keesokan harinya, dengan mengundang para pemangku kepentingan seraya menikmati breakfast, lalu kembali ke lapangan sebelum bertolak ke Jakarta.
"Mereka pun jadi semangat bekerja untuk kepentingan daerahnya. Setidaknya, mereka mendapat bukti bahwa Jakarta saja concern pada kepentingan daerah, mosok mereka tidak peduli pada masa depan kampung halamannya," kata Septalina Pradini, Kasubbid Informasi dan Materi Penyuluhan - Pusluhtan BPPSDMP dan seorang staf, Purwanto mendampingi I Wayan Ediana selama dua hari Musi Rawas dan Lubuklinggau. [Liene]
Lubuklinggau of South Sumatera [B2B] - The South Sumatra province has not been warned of drought that was reported by Indonesian Meteorology, Climatology and Geophysics Agency [BMKG], respond to that I Wayan Ediana as the Person in Charge of increasing agricultural production for Musirawas and Lubuklinggau districts [PJ Upsus Pajale] trying to identify the impact of the dry season on rice production, follow the instructions of Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman.